Setelah menikmati sarapan pagi bersama tadi, kini Azzura bersama sang Ibu dan Ayah sedang dalam perjalanan menuju bendara. Dia akan mengantar kepergian kedua orang tuanya, sebelum akhirnya mulai bertugas di perusahaan. Sengaja tidak menggunakan supir pribadi sang Ayah, dia meminta Tian pengawalnya untuk mengantar mereka. Karena setelah dari bandara, Azzura harus segera pergi bekerja.
Mobil sudah berhenti, Azzura pun keluar untuk mengantar kedua orang tuanya. Sedangkan Tian kini tampak mengeluarkan beberapa koper bawaan Tuan besarnya dari dalam bagasi. Mereka berjalan menuju area keberangkatan Internasional, bersama Tian yang masih sibuk mendorong koper-koper dibelakang. Mungkin Azzura memang sengaja melakukan itu untuk memberi hukuman pada sang pengawal yang sudah kurang ajar.
"Jaga diri kamu baik-baik ya sayang! Mommy pasti akan sangat merindukan dirimu." Ucap Alena meraih tubuh putrinya untuk dia peluk.
"Mommy juga harus baik-baik disana! Jaga kesehatan! Pastikan juga Daddy menjaga pola makannya. Aku tau Grendma pasti akan memasakkan banyak makanan saat tau putra kesayangannya datang." Balas Azzura yang diakhiri bisikan pada kalimat terakhirnya.
Alena tertawa pelan mendengar kalimat terakhir putrinya, lalu mengecup kening Azzura dengan sayang. Dia sedikit tidak rela harus berpisah dengan putrinya. Terlebih keputusan suaminya yang meminta Azzura untuk mengurus perusahaan. Putrinya itu pasti akan merasa terbebani dengan keadaan ini.
"Mommy akan pastikan itu."
"Sampaikan salam sayangku untuk Grandpa dan Grandma. Akan aku doakan agar Grenpa segera sembuh, supaya Daddy dan Mommy bisa secepatnya pulang."
"Kami bahkan belum berangkat Zura. Kenapa kau justru meminta agar Daddy dan Mommy segera pulang?" Kali ini Ben yang tanpa sengaja mendengar percakapan istri dan putrinya tampak menyahuti.
"Memangnya tidak boleh? Mommy bilang kita harus berdoa dan meminta sesuatu yang baik. Kalau aku meminta Mommy dan Daddy untuk tinggal lama di Qatar, bisa-bisa hidupku yang akan menderita." Jawab Azzura dengan wajah cemberutnya.
Ben menggelengkan kepala, sedangkang Tian yang juga mendengar keluhan Nona mudanya tampak tersenyum sekilas. Dia tidak menyangka jika Nona muda yang sejak tadi hanya menampakkan wajah seram saat berhadapan dengannya, kini justru terlihat manis dan menggemaskan. Semoga nanti Tian tidak dibuat jatuh cinta dengan pesona-pesona lainnya yang dimiliki Azzura.
"Baiklah, sudah saatnya Daddy dan Mommy pergi. Jaga dirimu baik-baik! Jika membutuhkan bantuan, ada Tian yang salalu siap kapan pun untukmu. Dan jangan sering-sering menghubungi Kakakmu! Kau tau kan dia sedang sibuk dengan perusahaan dan keluarganya. Jadi sebisa mungkin jangan merepotkan dirinya! Daddy percaya kau akan dengan cepat belajar, dan pasti akan banyak yang membantumu di perusahaan." Ucap Ben panjang lebar. Membuat Azzura sedikit jengah mendengarnya.
"Baiklah Daddy"
Ben meraih tubuh Azzura dalam pelukannya. Mencium lama kening putrinya yang kini sudah tumbuh dewasa. Ben yakin jika Azzura bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Putrinya itu hanya butuh belajar dan mempraktekannya secara langsung. Jika Azzura sudah terbiasa, maka semuanya akan berjalan dengan semestinya.
"Tolong ingat perkataanku tadi pagi Tian! Aku percayakan Azzura dalam pengawasanmu. Jaga dan lindungin dia, seperti halnya kau menjaga nyawamu sendiri!" Ucap Ben yang kini sudah beralih ke hadapan Tian. Meninggalkan Azzura dan Alena yang tengah menikmati pelukan perpisahan Ibu dan anak.
"Saya akan mengingat itu semua Tuan." balas Tian diakhiri bungkukan badan seperti biasa.
Ben menepuk pelan bahu kiri Tian. Menyerahkan tanggung jawab besar yang akan dia pikulkan kepada pria muda itu. Semoga Tian tidak akan merasa kesulitan saat harus menghadapi segala sikap buruk putrinya nanti.
***
"Kita sudah sampai Nona." Ucap Tian yang kini sudah memberhentikan mobilnya dibaseman gedung perkantoran Abraham Company.
Azzura menolehkan kepalanya, lalu dengan nada sinis dia menjawab. "Aku sudah tau."
Dia mengambil tas kerjanya, lalu menegakkan tubuhnya. Bersiap untuk segera melakukan tugas-tugasnya hari ini. Masih menunggu sambil terduduk dikursi penumpang belakang. Azzura sedikit berdeham untuk menarik perhatian Tian. Tian menolehkan kepala, menatap Azzura yang tampak melotot ke arahnya.
"Apa yang kau tunggu? Cepat keluar dan bukakan pintu untuk ku!"
Tian pun segera keluar dari dalam mobil. Membukakan pintu belakang untuk Azzura, dan mulai berjalan mengikuti langkah sang Nona muda. Memasuki lift yang nantinya akan membawa mereka pada lantai dimana ruang kerja Azzura berada. Ruang yang mungkin juga akan menjadi ruang kerjanya. Karena tugasnya saat ini adalah berdiri dengan setia disisi Azzura.
Pintu lift sudah terbuka, saat mereka tiba di lantai lima. Azzura mulai melangkahkan kakinya, menyusuri lorong gedung yang baru pertamaua kali dia datangi. Dia sedikit bingung harus melangkah kemana lagi, sebab dilantai ini tampak sepi dan tidak ada satu pun karyawan disini. Azzura membalikkan tubuhnya, menatap Tian yang tampak menahan tawa.
"Apa yang kau tertawakan?" Tanya Azzura sedikit kesal.
"Maaf, tidak ada Nona." Jawab Tian diakhiri gelengan kepala
"Dimana ruang kerjaku?"
"Nona belum tahu dimana ruangan Tuan Ben biasanya? Bukankah ini perusahaan keluarga Nona?"
"Kalau aku tahu, aku tidak akan bertanya padamu." Azzura semakin kesal setelah mendengar kalimat Tian yang terdengar seperti sindiran baginya.
Tian tersenyum saat melihat kekesalan dia wajah Azzura. Dia pun berjalan mendekati Azzura, berhenti disampingnya dan berkata. "Mari Nona, biar saya tunjukkan jalannya." Melanjutkan langkah, dan kembali tersenyum saat mendengar gumaman kesal Azzura yang berada dibelakangnya.
"Dasar tidak cepat tanggap. Bagaimana bisa Daddy dan Kakak memilih dirinya untuk menjadi pengawalku. Cara kerjanya sangat lamban sekali. Menyebalkan."
Tak butuh waktu lama, saat Tian yang terlebih dahulu memimpin langkah mereka. Wajar saja, Tian sudah beberapa kali datang ke kantor ini. Sedangkan Azzura baru pertama kali menginjakakan kakinya disini. Tian membukakan pintu ruangannya, dan disana sudah ada enam karyawan yang berdiri menanti kedatangan Azzura. Empat karyawan lelaki, dan dua karyawan perempuan.
Azzura memasuki ruangan, lalu mendudukan diri dibalik kursi kebesaran sang Ayah. Kursi yang mungkin nanti akan diwariskan untuk dirinya. Tian berdiri disamping kirinya, lalu salah satu karyawan lelaki menghampiri Azzura dan menyerahkan dokumen yang berisi struktur kepegawaian di kantor ini. Azzura membuka dan membacanya sekilas. Lalu menatap satu persatu karyawan yang berdiri dihadapannya.
Pria yang tadi menghampiri dirinya mulai memperkenalkan diri. Dan setelahnya dia juga memperkenalkan karyawan-karyawan yang lainnya. Mereka semua adalah orang-orang penting di perusahaan ini. Dari mulai Kepala bagian keuangan, Kepala bagian pemasok bahan dan produksi, Kepala bagian perencanaan, Kepala bagian penjuala, Direktur pengelola, dan Sekertaris untuknya.
Azzura menganggukan kepalanya, lalu meminta semuanya untuk kembali bekerja melakukan tugasnya masing-masing. Tak lupa juga dia meminta beberapa dokumen-dokumen penting untuk bisa dipelajari. Dia butuh itu semua untuk memulai tugas dan membiasakan diri dengan pekerjaan baru ini. Dan pastinya hari ini akan berlalu dengan begitu lama.