Keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan kelima anaknya membeli sebuah rumah yang berada di pedesaan. Mereka merupakan keluarga yang bahagia dari sejak rumah tangga itu berdiri. Dalam keluarga ini terdapat dua anak tampan dan tiga anak yang cantik. Riki merupakan anak pertama, Bayu anak kedua, Amira anak ketiga, Aini anak keempat, dan anak yang terakhir adalah Mona. Umur mereka hanya selisih satu tahun, dan Riki merupakan anak pertama di antara mereka yang sudah berumur 20 tahun.
Mereka memilih tinggal di pedesaan karena mereka berpikir hidup di desa akan lebih sejuk, lebih nyaman, dan lebih sehat juga daripada tinggal di kota yang penuh dengan polusi akibat kendaraan, limbah pabrik, dan lainnya.
Hari itu, mereka sampai di rumah impian mereka.
Ibu : "Akhirnya sampai juga kita"
Ayah : "Rumahnya sangat indah"
Riki : "Tapi hawa nya kok terasa beda ya?" ucapnya sambil menyimpan koper
Ayah : "Kau ini, kau kan belum beradaptasi dengan rumah ini"
Amira : "Iya, Kak Riki tuh suka aneh, baru juga sampai sudah bicara negatif"
Aini : "Kamarku dimanaaaaa?!" teriaknya
Riki : "Ya ampun kau berisik sekali, pelan pelan aja kali"
Aini : "Ehehe, iya maaf"
Mona : "Pokoknya kamarku harus yang paling bagus!"
Bayu : "Ayo terus berdebat masalah kamar" ucapnya kesal karena sambil bermain game
Riki : "Heeeyy, berhenti main game! biar gak kesel terus"
Aini : "Ini sangat sesuai dengan rumah impianku, Ayah memang pintar memilih desain rumah"
Ayah : "Haha, dasar kau ini, bukan ayah yang memilih desainnya, tapi memang sudah dari dulu nya desain rumah nya seperti ini"
Aini : "Pokok nya Ayah sangat pintar memilih rumah"
Ayah : "Hahaa, desainnya memang sangat cocok dengan rumah impian ayah selama ini, makanya ayah memilih rumah ini jauh jauh sampai ke pedesaan seperti ini"
Merekapun akhirnya membereskan rumah bersama sama. Saat itu Riki berniat untuk melihat seluruh ruangan rumah dan juga halamannya. Diapun pergi keluar untuk mencari udara segar di luar rumah. Saat itu dia merasa ada sesuatu yang aneh, mulai dari hawa nya, rumah itu terlihat seperti sudah sangat tua di mata Riki. Tapi seluruh keluarga nya sangat menyukai rumah tersebut.
Riki : "Kenapa perasaanku tidak enak begini ya?"
Riki memikirkan ucapan ucapan tetangga disana saat pertama datang, bahwa dulunya cerita rumah itu tidaklah menyenangkan, melainkan sangat menyeramkan untuk di ketahui. Tapi keluarganya sama sekali tidak percaya akan hal seperti itu. Hanya Riki, yang merasa mulai curiga dengan rumah tersebut.