Chereads / Alifah, Kaulah yang Kumau / Chapter 5 - Arti sebuah persahabatan

Chapter 5 - Arti sebuah persahabatan

Suara ribut di dalam kelas tak membuat Alifah terganggu dalam tidurnya. Beberapa menit yang lalu bel berbunyi pertanda guru harus undur diri dari kelas meskipun masih semangat mengajar. Dan segeralah para siswa itu membuat ulahnya masing masing sambil menunggu kedatangan guru berikutnya.

"Alifah bangun!! Aku mau kasih sesuatu." pinta Fira mengusik kenyamanan Alifah. Sahabat memang segalanya, guru saja membiarkannya tertidur dia malah berani membangunkan Alifah.

" Udah entaran aja...biarkan dia istirahat" bela Evi.

"Kok dia tidur mulu sih kerjaannya. Emang dia begadang karena kerja apa?? Segitu berat yah Fah kehidupan kamu" Katanya sedih, jiwa carenya dalam mode On.

"Enggak apa apa. Cuma semalam memang begadang untuk menyelesaikan pesanan" Jawab Alifah bangun dari tidurnya, menghentikan laju air mata buatan Fira. Jika di biarkan bisa kebanjiran.

"Kalo kamu butuh bantuan bilang! Jangan dipendam sendiri. Aku punya tabungan kok. Jika kamu butuh kamu bisa pake" tuh kan.. Fira baik?! sebawel bawelnya Fira, dia itu pedulinya tingkat tinggi.

"Kita itu saudara dan saudara itu saling membantu. Jika saudara sakit kita juga harus merasa sakit" sambungnya mulai cerewet.

"Salah!! Jika saudara sakit...saudarahya yang lain harus sehat. Siapa dong yg akan merawat jika semuanya sakit??" Balas Alifah. Mulutnya mulai terbuka siap meladeni Fira untuk membungkam mulutnya dari pertanyaan yang akan membuatnya sedih.

"Tapi Fira benar Fah, jika kamu butuh sesuatu tolong bilang ke kita.Mungkin kita tidak bisa membantu secara keseluruhan tapi izinkan kita meringankan bebanmu" kata Evi menengahi.

Sementara Fira hanya ngangguk ngangguk membernarkan perkataan Evi, dia senang karena di bela." kita kan saudara" sambungnya sambil tersenyum. Dia tahu sahabatnya itu segan meminta bantuan, sesulit apa pun masalahnya Alifah akan cari solusi terlebih dahulu untuk dirinya sendiri.

Makanya sekali kali dia harus diingatkan, ada mereka yang siap membantu. Sabahat itu tidak hanya hadir di saat kita berjaya saja, tapi saat kesusahan, dia juga harus hadir untuk saling menghibur menguatkan kalau perlu membantu meringankan beban.

"Aku cu..."

"....Iya iya !! aku tau. Kamu pasti mau ngomong kan selagi kamu sehat dan masih mampu kamu tidak akan merepotkan orang lain. Iyan kan??!"kata Fira protes menghentikan ucapan Alifah.

"Iya. Nanti. Pasti saya akan ngomong kekalian jika terdesak." Jawab Alifah. Kali ini dia harus mengalah.

"Ingat Fah, kita ada untuk kamu kok. Jangan merasa terbebani jika kita membantu kamu. Kamu itu juga harus memikirkan Mawar" tambah Evi lagi.

Alifah hanya tersenyum mendengar perhatian sahabatnya. Dalam hati dia berdoa semoga persahaban mereka tidak hanya di dunia, tapi sampai ke syurganya Allah. Karena sesungguhnya barang siapa yang saling mencintai karena Allah, maka kelak mereka akan dikumpulkan di akhirat bersama orang yang kita cinta". Jadi jangan salah memcintai sesuatu, kelak kalian akan bersama orang yang kalian cintai. Beruntung kalau orang yang kita cintai itu masuk syurga..kalau orang itu masuk neraka?? Bisa ikutan kita.

"Eh ngomong ngomong, Mawar apa kabar?? Dia msih judes engga?? Udah manggil kamu kakak atau embak?Tanya Fira mengalihkan suasana yang mulai mellow.

"Nanyanya satu satu Fir.." kata Evi memperingati.

"Belum....dia semakin pendiam. Sepertinya dia merasa dia beban saya." jawab Alifah sendu mengingat tingkah Mawar.

Niat Fira sebenarnya ingin menghibur Alifah, tapi sepertinya dia salah mengambil langkah. Membahas Mawar, sama halnya mengingatkan kehidupan Alifah yang semakin hari semkin menghawatirkan. Bukannya takut dia menghadapi kejamnya dunia ini bagi anak yatim sepertinya, tapi dia punya Mawar, dia harus menghidupi Mawar juga. Memikirkan sekolahnya juga, dan kebutuhan Mawar lainnya.

Meninggalkan Mawar di rumah sendirian saja hatinya Was was. Ungtunglah Mawar tipikal anak yang penurut, dan cepat paham maksud seseorang jika di beri arahan walau pun usia baru 5 tahun. Mawar adalah amanah Ayahnya sebelum meninggal dunia.

Dia tidak boleh meninggalkan Mawar sesulit apapun kehidupan Alifah setelah kepergian ayahnya. Allah pasti akan menolongnya, walaupun semua manusia berpaling darinya. Ungtunglah ada sahabat sahabatnya yang siap membatu kesulitannya. Jadi tetap semangat and keep smile.

"Ya udah..kita shalat dhuha' dulu yuk'!"ajak Evi.Mengerti tatapan Fira yang meminta bantuan.Dia sadar diri,dirinya membuat sahabatnya sedih. Dan dia takut jika dia salah bicara lagi.

Senyum Alifah merekah..terlihat cantik..sangat manis. Jika ada cowok di beri senyum seperti itu, pasti mereka sudah mimisan. Mendengar sahabatnya mengingatkan shalat dhuha' Alifah bahagia. Evi dan Fira semakin itiqomah. Karena remajs zaman sekarang, sangat jarang saling mengingatkan dalam kebaikan.

Jika di ingatkan malah di kira sok alimlah, sok baiklah sok sok-anlah. Huffhh.... Bagaima generasi kita bisa berahlak mulia dan dekat dengan Allah, jika di ingatkan saja mereka tidak mau mendengar. Dan lebih parahnya lagi, mereka tidak mau belajar Islam.

Berungtungnya Alifah bisa mengajak sahabatnya sama sama belajar Islam. Yah walaupun penuh perjuangan mengajak mereka. Soalnya,terlalu banyak yang harus dikorbankan jika ingin hijrah dan Istiqomah.

Korban waktu tenaga bahkan harta yang kita punya.Tapi yakinlah, Allah SWT akan menggantinya dan membalasnya. So, jangan khawatir!! Allah akan membantu kesulitan kita.

"Ayokk!!"

"Kita tinggal ya Fir..kalo ada guru yang masuk..seperti biasa.. izin". Pesan Evi, kan jam sekarang masih jam 9, jadi mereka masih menunggu jam pelajaran selanjutnya.

"Siiipp". Balas Fira,sambil menaikkan jempolnya." Titip doa ya"pesannya, lalu cengir."Semoga pangeran tampan nan sholeh segera menghampiri"

"Persiapin diri dulu,jika ilmunya sudah banyak,,,baru di aplikasikan"Pesan Alifah.

"Ini lagi semangat semangatnya persiapkan diri kok"katanya sambil memperlihatkan Buku tebal Syirah wanita wanita pejuang.

"Iya kita doakan."kata Alifah tersenyum melihat tingkah ajaib sahabatanya."kita pergi ya ...Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikum salam warohmatullahi Wa barakatuh" balas Fira, tersenyum mengiringi kepergian kedua sahabatnya.

Fokusnya pada Alifah. Wanita berjilbab(Gamis) dan berkerudung sebatas perutnya. Awal mula Persahabatannya sejak kelas 1 SMA hingga sekarang, begitupun dengan Evi. Mereka mulai akrab saat masa orientasi sekolah.

Alifah pertama kali mencuri perhatiannya, saat Alifah membantah seniornya karena menyuruhnya memakan permen cap kaki. Saat itu gaya Alifah sunggu keren dimatanya, dimana dia sunggun berani melawan seniornya yang semena mena dengan peraturan yang tak masuk akal tanpa takut sekalipun.

Bayangkan....satu permen untuk semua orang.Helloooww!!! Jika salah satu ada di antara para siswa punya penyakit menular seperti TB(Tuberculosis) alias TBc, kan bisa gawat. Memangnya para senior itu mau bertanggung jawab??Mau menanggung biaya pengobatannya?? Enggak kan? Dan Alifah berhasil menyelematkan teman temannya dari acara berbagi liur itu.

Tetapi semenjak saat itu Alifah jadi bulan bulanan seniornya, jadi pahlawan bagi teman temannya sekaligus virus pembawa perubahan, dimana sebelumnya si senior semena mena pada Junior mulai berkurang.

Karena setelah kejadian itu beberapa junior ikutan membantah jika apa yang di perintahkan seniornya tidak masuk akal,dan mereka tidak takut sanksi yang membayangi,salah satunya Fira. Bagaimna enggak dikatakaan masuk akal coba,dengan berdalih berbagi permen dapat mengakrabkan seseorang seperti saudara.

Tapi apapun alasan senior dengan berbagi permen alias berbagi liur tetap menjijikkan dan enggak boleh dibenarkan apalagi dituruti. Karena itu sama halnya berbagi penyakit, cari mati namanya alias menentang takdir.

ternyata bukan hanya Fira yang kagum padanya, tapi si Evi juga ikutan mengagumi Alifah,dengan alasan yang sama. Mereka pun berfikir Alifah sangat cocok untuk dijakan sahabat. Bukan hanya itu, Alifah juga gampang di ajak untuk diskusi tanpa menyudutkan lawan dan merasa dirinyalah paling benar.

Berbeda dengan kebayakan orang, jika kita berdiskusi dengan orang yang otaknya encer, terkadang mempertahankan pendapat itu wajib, tanpa melihat apakah pendapat kita benar atau salah, memaksa orang untuk menerima pendapat kita, bahkan ada yang sampai jontos jontosan dan saling membenci karena bersilang pendapat.

Alifah mah the best lah orangnya.Jika pendapatnya tidak diterimah, ya sudah ngapain di paksakan, dan jika pendapat orang dirasanya masuk akal dan benar, Alifah pasti akan setuju dengan pendapat orang lain.Oh iya, Alifah juga jago lho bela diri, dia asisten pelatih cewek,Keren kan. Tapi...itu dulu,Jaman sebelum dia hijrah jadi cewek seutuhnya.

Bukan berarti sebelunmya itu Alifah cewek jadian jadian ya..Jadi sebenarnya Alifah itu tomboy, tapi tomboy lain dari pada lain. Jika cewek Tomboy itu pada umumnya sok jagoan,energik, jika berjalan mengcopy paste cara berjalannya cowok, dan sebagainya..Alifah tidak.

Kecuali cara berpakaian. Dia sama sekali enggak sok jagoan, cara membela temannya pun jika ada pembulyyan disekolah, bukan dengan adu kekuatan fisik, justru dia menghindari itu. Karena menurutnya,adu kekuatan itu sakit dan cara begok menyelesaikan masalah. Tapi bukan berarti membiarkaan dirinya menjadi samsak lawan.Kalau bisa di selesaikan dengan kepala dingin dulu, kenapa enggak?

Adu kekuatan itu dipakai pada saat tidak ada jalan keluar lagi, dan isi kepala lawan hanya ada batu, bukan otak. Terus cara berjalan, nah ini yang paling aneh. Fira itu kalo jalan sama Alifah harus sesabar mungking, karena cara jalan Alifah itu kaya siput, lambat.

Dia enggak pernah tergesah gesah apalagi enggak grasak grusuk. Tenang tapi pasti.Sesuai dengan pembawaannya setenang Air yang dalam tapi menghayutkan. Dan jika dilihat cara berpakaian, umumnya cowok itu suka baju yang longgar,Nah Alifah suka tuh...celana longgar dan baju yang longgar. Dan rambut di sembunyiin dalam topy.

Tapi sekarang rambutnya di sembunyika dalam kerudung hinggah perut dan bajunya selain longgar, juga bersambung di akalin jadi Gamis buatan Ala Alifah sendiri. Karena dia punya keterampilna menjahit. Ya walaupun pada awalnya menuai Aksi protes oleh guru dan lain lain, tapi Alhamdulillah dengan penjelasan yang keren ala Alifah dan di dukung dengan dalil, para guru pun menerima penjelasan tersebut dan tidak melarang siapa pun jika ingin memakainya. Karena sayang juga, jika murid sejenius Alifah harus dihukum karena soal pakaian. Sekali lagi Allah menolong Alifah melalui otak encernya.

Allah SWT berfirman

yaaa ayyuhan-nabiyyu qul li`azwaajika wabanaatika wa nisaaa`il-mu`miniina yudniina 'alaihinna min jalaabiibihinn, zaalika adnaaa ay yu'rofna fa laa yu`zaiin, wa kaanallohu ghofuuror rohiimaa

"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."

(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 59)

"Assalamu'alaikum.....liat Alifah enggak??"tanya seorang cowok pada teman Fira, menyadarkannya dari lamumannya. Dia ingin menjawab kalau Fira ke musollah. Tapi dia urungkan setelah tau siapa yang bertanya.

"Ada apa Al??"tanya seorang cewek yang bernametag Alifah putri AR (singkatan dari Ardenian). Dia melangkah ke arah pintuh pada cowok yang memanggilnya.

"Ini"kata Alif. Cowok yang panggil Al, oleh Alifah.

"Wah kamu memdapatkannya??"kata Alifah sumrigah. Senyumnya terlihat cantik.Bahagia karena Novel yang di impikannya tepat berada di depan matanya. Tetapi diam diam mendapat tatapan sinis dan iri oleh teman teman kelasnya.

"Iya kebetulan adeknya Rival punya.Jadi aku pinjam.Di jaga ya..bukan punya aku soalnya"Balas Alif.

"siip kamu emang bisa di andelin. Tapi enggak usah di bawa pada saat jam pelajaran juga kali"kata Alifah enggak enak hati.

"Enggak apa apa. kebetulan aja, aku ada urusan dengan seseorang."

"Di kelas ini?? Siapa??" Tanya Alifah penasaran.

"Alifah"

"Alifah??" Tanya Alifah memastikan jawaban Alif, yang dibalas anggukan oleh Alif.

"emm sepertinya dia pergi. Dia ada di mussolah, jam segini biasanya dia pergi shalat dhuha". Kata Alifah.