"Apa kamu akan jadi penunggu pintu atau mau jadi patung?" Tanya Alif setelah ia sampai di dalam kamarnya dan melihat Alifah hanya berdiam diri di depan pintu padahal dia sudah berada dalam kamar Alif kurang lebih lima menit yang lalu.
"Klik."
Tiba-tiba terdengar bunyi pintu yang sedang di kunci dari luar sebelum Alifah menjawab pertanyaan Alif.
"Kenapa pintunya di kunci dari luar?" Kaget Alifah. Sedang yang di tanya hanya cuek bebek. Sudah pasti pelakunya Eyang, siapa lagi selain dia?
"Mending kamu ganti baju aja, terus tidur. Tidak capek apa, seharian kita belum istirahat sama sekali."
"Tapi.... "
"Kamu tidur sama Eyang enggak papa kan Mawar?" tanya Eyang pada Mawar.
"Enggak apa-apa kok Eyang"
"Ya sudah yuk tidur. Kamu pasti capek kan? Atau mau minum susu dulu?"
"Mau langsung tidur saja Eyang. Tapi apa boleh kak Alifah saja yang menanti Mawar tidur di sini? Mawar tidak biasa di tinggal kak Alifah." tanya Mawar hati-hati.
Bukan apa-apa, dia tau persoalan kakaknya. Pernikahan mereka tidaklah sah, mereka seharusnya tidak boleh dalam satu kamar berdua.
"Mulai sekarang dibiasakan ya. Karena kak Alifah kan sudah menikah, jadi Mawar belajar tidur tanpa kak Alifah. Eyang janji, eyang yang akan nemenin Mawar tidur"
Mawar hanya menghela nafas berat dalam diam. Sepertinya dia tidak bisa menolong sang kakak. Kak Alifah semoga aman.
"Apanya yang tapi-tapi?"
"Emmm...apa kamu punya kunci cadangan? Saya kembali saja ke kamar sebelah. Tidak mungkin kan kita sekamar" tanya Alifah was-was.
"Dan kamu bakal temukan Eyang tidur dengan Mawar di kamar sebelah. Kalau kamu tidak percaya coba saja"
Bolehkah Alifah meraung saat ini?
Selang beberapa menit suasana kamar kembali sunyi. Baik Alif maupun Alifah Sama-sama bungkam, tak tau harus ngomong apa dan berbuat apa. Situasinya benar-benar aneh.
"Ekhemm" Alif bedehem, untuk mencairkan suasana yang kurang nyaman dan canggung.
"Sebaiknya kamu mandi deh, ganti baju. Habis itu kita tidur"
Alifah menelan ludahnya mendengar perintah Alif. Apa tadi?? Dia di ajak tidur? Bunuh saja Aku!!
Sementara Alif sendiri seakan tersadar dan kaget, sepertinya pemilihan kosa kata yang di ucapannya salah dan membuat dirinya seolah-olah mengajak Sifat tidur bareng. Terbukti dengan raut wajah Alifah yang menatapnya dengan tatapan horor.
"Maksud aku, kamu ganti baju habis itu kita istirahat. Tidak mungkin kan sampai pagi kamu berdiri terus di depan pintu. Dan asal kamu tau, saya tidak punya kunci cadangan. Dan jangan harap Eyang bakal membukakan kita pintu malam ini. Tujuan dia jelas kan, dia berharap kita... " Alif sengaja memotong perkataannya hanya ingin melihat raut wajah Alifah yang semakin ketakutan. " Kamu pasti tau maksud aku"
Dan benar saja tatapan Alifah melebar, dan sedetik kemudian cairan bening di pelupuk matanya menggenang.
"ehh ehhh aku Cuma bercanda keles. Serius.... " kata Alif panik melihat Alif yang mulai mengeluarkan cairan bening di matanya. Sumpah dia paling benci melihat wanita menangis. Bukan karena kasihan, tapi dia bener-bener benci melihat air mata.
"Kamu mandi cepat sana" perintah Alif kemudian yang di turuti Alifah dengan patuh.
Satu jam kemudian.
Tok tok tok.
"Alifah kamu tidur dalam kamar mandi ya? Teriak Alif.
"semedinya nanti aja!! Aku gerah ini... Gantian dong."
Alif tidak tau saja, memang itulah tujuan Alifah berlama-lama dalam kamar mandi. Andai dia bisa, dia rela tidur di kamar mandi saja. Dari pada harus satu ruangan dengan Alif. Atau lebih jelasnya dia menghindari Alif.
Klek (anggap saja suara pintu)
Tiba-tiba pintu terbuka menampakkan sosok Alifah yang... Membuat Alif bengong kaya kambing conge'
"Kamu serius pake baju itu?" tanya Alif tidak percaya dengan penampilan Alifah. Hello... ini sudah malam, saatnya orang tidur, bobok cantik. Kenapa pakaian yang di kenakan Alifah seakan pengeng pergi ke acara pengajian?
Sementara yang di tanya hanya menampilkan wajah seakan bertanya 'ada yang salah? ' jangan bayangin Alifah keluar dengan pakaian tidur pada umumnya atau baju yang seksi misalnya. Jangan Harap!!! Jangan harap ia menampakkan auratnya di departemen Alif. Big No!!
"Aku enggak nyangka kamu keluar dengan pakaian pengajian seperti ini. Seharusnya itu, kamu keluar kamar pake baju tidur kek, yang sedikit..." Lagi-lagi Alif memotong perkataannya. "Seksi...karena ini malam pertama kita"
Goda Alif dengan tatapan nakalnya.
"Auuhhhhh." Teriak Alif, karena barusan saja Alifah menendang tulang keringnya dengan kuat tanpa perasaan.
"Belum apa-apa kamu sudah KDRT"
Keluh Alif sambi Mengusap-ngusap kakinya yang sakit. Sangat sakit. Tau kan Alifah itu jago bela diri, jadi walaupun hanya sedikit menggunakan tenaga pastinya sakit jika dia mengeluarkan jurusnya.
"Mulutmu jaga kalau bicara. Kalau tidak...Kakimu aku patahin sekarang juga, beserta dengan mulutmu aku robek"
Enak saja dia pake baju seksi di depan Alif.
"auuucchhh takut." Balas Alif menampakkan wajah menjijikkan dimata Alifah.
"Saat ini aku tidak ingin bertarung dengan kamu, tapi kalau bertarung di atas.... " kalimat Alif sengaja ia potong lagi, sambil mengarahkan mata nakalnya kearah ranjang yang di depan Alifah.
Seketika mata Alifah membulat melihat tatapan Alif mengarah ke mana. Hanya orang bodoh yang tak tau apa maksud Alif. Dan dengan amarah yang membuncah, kembali Alifah ingin menendang kembali kaki Alif, tapi sayang dengan refleks Alif bisa menghindar dari serangan Alif, kemudian segera berlari masuk ke dalam kamar mandi. Dia yakin kali ini Alifah benar-benar akan mematahkan kakinya.
Doauurrrrr. Alifah menendang pintu kamar mandi sebagai pelampiasan Alifah karena gagal menendang kaki Alif.
"Awas kamu Alif!!!" Geram Alifah dengan wajah memerah. Bukan hanya karena marah, tapi karena malu mendengar perkataan Alif. Apa tadi? Malam pertama?? Alifah merinding mendengar kata-kata itu.
Selang lima belas menit kemudian pintu kamar mandi kembali terbuka. Tapi.....
"Aaaaaaaaaaa" suara Alifah menggema dalam kamar Alif dengan kencang sambil menutup wajahnya lebih tepatnya menutup matanya. Karena di dipan pintu kamar mandi berdiri sosok Alif yang hanya memakai handuk, itu pun hanya menutupi bagian tubuh bawah saja.
Kubur saja aku...
Seumur-umur, ini pertama kalinya ia melihat tubuh laki-laki secara Live tanpa sensor, ya walaupun bagian bawah masih tertutupi sih. Tapi tetap saja itu tidak boleh. Ohhh tidak!! matanya sudah ternoda. Tidak suci lagi. Ayahnya saja perasaan tak pernah menampakkan tubuh telanjangnya di depan Alifah.
"Santai keles liat tubuh atletis aku. Aku tau kamu terpesona dengan tubuh aku, ngaku kamu" tegur Alif kepedean.
"Engga usah sok nutupin mata segala, ini gratis kok... Enggak di bayar. Seharusnya kamu itu bersyukur hanya kamu yang aku biarin liat perut aku yang six pec ini."
"Pake baju enggak.... Cepetan!!! " Teriak Alifah semakin menjadi-jadi.
"Usshhhh.... enggak usah Teriak-teriak bisa enggak sih. Eyang bisa dengar nanti, di sangkanya kalau aku itu perkosa kamu" balas Alif semakin menggoda Alifah. Dia terhibur dengan wajah Alifah. Sepertinya dia bakalan sering-sering menggoda Alifah jika reaksinya semenakjubkan ini.
"Kamu....!!"
Perkataan Alifah berhenti karena Alif berjalan pelan ke arah tempat tidur, lebih tepatnya mengarah ke dia.
"Ka..kamu mau apa?" Tanya Alifah waspada sambil terus mundur ke belakang. Tatapan horor untuk Alif ia layangkan tanpa berkedip.
Bukannya menjawab, Alif semakin maju dengan tatapan yang menakutkan. Yang di tatap rasanya ingin menangis. Ya Tuhan selamatkan aku....
"Alif jangan bercanda kamu. Labih baik kamu pake baju. Ka..kamu tidak kedinginan apa?" bujuk Alifah. Tapi balasan Alif hanya mengeluarkan seringai anehnya yang horor.
"Kan ada kamu yang akan menghangatkan" balas Alif.
Apa katanya? Menghangatkan??
Jangan takut!!! Kamu bisa melawan Alif jika dia berbuat yang tidak-tidak. Ingat, kamu memiliki sabuk hitam. Mengalahkan Alif tidaklah sulit. Kata-kata Alifah menyemangati diri sendiri di tengah debaran jantungnya yang bertabuh bagaikan bunyi genderang.
"Alifah.... " panggilan Alif meruntuhkan keberanian Alifah.
"Apa.... Apa?? Ha?? " balas Alifah sok berani. Padahal jantungnya semakin berdisko ria, dan keringat dingin seperti jagung mulai bermunculan. Kenapa dia jadi cewek penakut sih.
"Kamu pasti tau apa yang akan saya lakukan kan? " jawab Alif. Saat ini ia sudah berjarak setengah meter dengan Alifah, bahkan selangkah lagi dia sudah ikut naik diatas tempat tidur. Tangannya secara perlahan mengarah ke wajah Alifah hendak membelainya.
Secara refleks Alifah hendak berdiri, tapi dengan cepat Alif menahannya bahkan sekarang ia mengurung Alifah di pinggiran tempat tidur dengan kedua tangannya di sisi kiri kanan Alifah. Jangan lupakan senyum miring Alif melihat raut wajah Alifah yang ketakutan seperti anak kucing yang imut dengan mata yang terpejam menunggu reaksi Alif selanjutnya.
Sungguh pemandangan Alif yang bertelanjang dada adalah pemandangan yang menakutkan menurut Alifah, dan parahnya dia tidak bebas untuk bergerak. Karena bergerak sesenti saja, di pastikan wajahnya sudah menempel dengan wajah Alif.
"Apa kamu menunggu saya untuk menciummu?" bisik Alif dekat telinga Alifah yang membuatnya semakin merinding.
Seakan mendapat kekuatan entah dari mana, Alifah berhasil mendorong Alif hingga hampir terjengkal ke belakang, tetapi sayang kakinya mengenai ujung handuk Alif sehingga pemandangan yang betul-betul horor terpampang jelas di depan matanya.
"Aaaaaaaaaa" Kembali teriakan yang kencang berhasil memeriahkan kamar Alif lagi. Dan kali ini bukan hanya Alifah yang berteriak, tetapi Alif juga turut serta menyumbangkan suaranya yang tak kalah kencang dari Alifah, bahkan suaranya bisa terdengar sampai keluar saking syoknya.
Ohh tidaaakkk!!! Bunuh saja dirinya. Harga dirinya sudah tidak ada lagi di depan Alifah akibat handuk yang melorot.