Assalamu'alaikum ❤
Happy Reading ❤
***
Gadis berjilbab biru itu sedang duduk ditaman depan rumahnya sambil bersenandung lagu.
Mulia indah cantik berseri
Kulit putih bersih merah di pipimu
Dia Aisyah putri Abu Bakar
Istri Rasulullah
Sungguh sweet nabi mencintamu
Hingga nabi minum di bekas bibirmu
Bila marah nabi kan bermanja
Mencubit hidungnya
Aisyah
Romantisnya cintamu dengan nabi
Bukan persis novel mula benci jadi rindu
Kau istri tercinta ya Aisyah Humaira
Rasul sayang, kasih, Rasul cintamu...
Belum sempat Aisyah menyelesaikan lirik lagunya, ia dikejutkan kedatangan Khalid yang sudah duduk di sampingnya.
"MasyaAllah bang, " ujarku sambil mengelus dadaku.
"Taget? Aduh kok adiknya abang taget sih? " tanya bang Khalid sambil mencubit hidungku.
"Bang, gak usah tarik hidung Aisyah, " kata ku merajuk pada Bang Khalid.
"Kamu gak bosen diem dirumah terus? Gak nyari Zahra? " tanya bang Khalid padaku.
"Kemarin Icha ada kabar dari Zahra, katanya dia mau kesini habis buka puasa, " jawabku. "Abang kangen ya sama Zahra? " goda ku pada Bang Khalid.
"Enggak, cuma nanya aja, salah? " ujar Bang Khalid.
"Udah gih, kamu masuk dulu, Siap-siap bantuin bunda, " lanjut bang Khalid.
"Iya, Icha masuk nih, " jawabku kemudian berlenggang dari hadapan bang Khalid.
Fyi. Zahra adalah sahabat kecil Aisyah. Nama lengkapnya itu Aina Azzahra. Namanya cantik sama seperti orangnya.
***
Disisi lain, seorang gadis tengah bersiap-siap menggunakan cadar nya. Memang dalam keluarga nya jika anak gadis yang telah memasuki usia 17 tahun akan mengenakan cadar tidak terkecuali Azzahra.
"Zahra, " panggil sang bunda.
"Iya, Zahra turun bun, " jawabku, kemudian aku bergegas turun untuk menghampiri bunda yang sudah siap dengan syar'i nya.
"Hati-hati kak, jangan lari-lari gitu, nanti jatuh, " tegur sang ayah.
"Iya ayah, maafin Zahra, " ujarku saat sudah sampai di bawah.
Sebelumnya kenalin dulu Bunda aku yang cantik namanya Izzatunnisa simple sekali sih menurut ku. Dan Ayah aku namanya Attar al-Ibram simple juga sama seperti istrinya.
"Udah siap? Kalo udah kita pergi kerumah Icha, " ujar bunda.
"Udah kok bun, Zahra udah siap. Zahra juga kangen sama Icha, " ujarku dengan nada yang sedikit merengek.
"Iya, bunda tau kok. Yaudah yuk kita pergi, kasian bunda nya Icha capek nungguin kita, " ujar bunda.
***
Tidak butuh waktu lama untuk sampai di rumah Icha, Zahra dan keluarganya telah tiba di kediaman keluarga Arsyad.
"Assalamu'alaikum, " ujar bunda sambil mengetuk pintu rumah Icha.
***
Saat ini Icha sedang duduk sambil menonton tayangan televisi diruang tamu, tiba-tiba ada seseorang yang mengucapakan salam sambil mengetuk pintu
"Waalaikumsalam, " jawabku sambil bergegas membuka pintu untuk tamu.
"Kak Zahra, " ujarku saat membuka pintu dan melihat kalau itu adalah Kak Zahara dan keluarganya.
"Aisyah, bunda mu dimana, " tanya bunda Kak Zahra.
"Bunda lagi di dapur, " jawabku. "Oh ya, masuk dulu, " aku menpersilahkan Kak Zahra beserta keluarganya untuk masuk kedalam rumah.
Kak Zahra itu wanita cantik, terlebih lagi ia mengenakan cadar. Aku sangat ingin seperti dia, tapi rasanya belum mampu dan sebentar lagi usiaku akan 17 tahun dan aku akan mencoba untuk hijrah. Menjadi lebih baik lagi.
Sembari keluarga ku dengan keluarga kak Zahra berbincang-bincang aku mengajak kak Zahra ke taman depan rumah. Sekedar menanyakan beberapa hal yang memang ingin aku tanyakan.
"Kak Zahra, ke taman yuk, " ajak ku padanya.
"Yaudah yuk, " jawabnya, matanya itu hitam pekat entahlah aku sangat suka dan mengingat seseorang.
"Kak Zahra, Icha mau nanya, " ujarku saat kami berdua sudah sampai ditaman.
"Icha mau nanya apa? " tanya Kak Zahra lembut padaku.
"Kak Zahra kan udah umur 18 tahun sekarang, sewaktu kakak mulai mengenakan cadar gimana sih? " tanya ku penasaran.
"Awalnya sih Kak Zahra juga gabisa. Kak Zahra ngerasa gerah gitu, terus segala aktifitas kakak ada yang terkendala karena mengenakan cadar, "
"Tapi tidak ada salahnya untuk mencoba kan? Yang baru akan terbiasa karena sering bersama, " ujar kak Zahra mereka jelaskan padaku.
"Icha mau seperti kak Zahra. Icha mau coba mengenakan cadar, " ujarku.
"Masya Allah,Icha masih muda sekali, beda 2 tahun sama kakak, " ujar Kak Zahra lagi padaku.
Lama kami berdua berbincang-bincang Bang Khalid datang menghampiri kami berdua.
"Dek dipanggil sama bunda tuh, " kata bang Khalid.
"Em-yaudah deh, Kak Zahra, Icha masuk dulu, " ujarku kemudian bergegas masuk menghampiri bunda.
***
"Zahra, " panggil ku pada Zahra yang sedang duduk sendiri setelah ditinggal oleh Icha.
Merasa namanya dipanggil Zahra menoleh. "Iya, kenapa?, " tanya nya padaku. Masya Allah hanya mata pekat hitam yang terlihat namun cantiknya tidak tertutup, memang ciptaan Tuhan yang aku cintai.
"Kamu kuliah? " tanya ku basa-basi sambil mendudukkan diri dekat nya, ia sedikit menggeser menjauh dariku.
"Gak usah jauh-jauh Ra, " ujarku sambil tersenyum padanya.
"Bukan muhrim bang, " jawabnya. Memang ia yang aku cari. Wanita yang takut pada lelaki bukan muhrim nya.
"Gapapa, entar juga sah kok, " ujar ku. "Yaudah masuk gih, ada hal penting yang harus di selesaikan, " kata ku kemudian masuk mendahului nya.
***
"Zahra, kesini sayang, " ujar bunda memanggilku.
Aku duduk di dekat bunda dan di depan ku ada Khalid? Ya Khalid sedang duduk di depan ku, mengenakan peci hitam yang nampak tampan padanya. Astaghfirullah, ujarku dalam hati.
"Umur kamu berapa Ra, " tanya ayah nya Khalid padaku.
"18 tahun, " singkat ku. Memang aku itu seperti ini dan tidak akan berubah jika memang kehendak diriku.
"Kamu kuliah? " tanya nya lagi.
"Enggak, saya enggak kuliah, " jawabku.
"Kamu tidak ada niatan untuk ta'aruf Ra? " tanya nya lagi yang membuat aku bingung harus menjawab apa. Lantas aku menggeleng sebagai jawaban.
"Begini, kami sudah sepakat untuk menikahkan kalian hari ini setelah sholat maghrib, " ujar ayah menjelaskan padaku.
"Astaghfirullah, secepat itukah? Aku masih ingin sendiri, " Batin ku.
"Terserah ayah aja, Zahra tau pilihan ayah memang baik buat Zahra, " ujarku. Oh ya, aku itu anak penurut pada orang tua.
"Ya sudah, ini sekedar acara keluarga saja, " ujar ayah lagi aku mengangguk sebagai jawaban.
***
Sholat maghrib dan buka puasa telah selesai. Lantas aku sangat gugup dengan acara pernikahan yang diadakan secara mendadak ini. Namun, aku tau pilihan ayah memang baik padaku.
Tidak mengenakan make up. Sekedar mengenakan syar'i dan cadar yang aku kenakan saat ini.
Icha yang membawaku turun dari kamarnya menuju ruang tamu yang sudah ada ayah dan ibuku serta orang tua Icha. Tunggu, bukannya itu Khalid? Ya itu Khalid dan apakah aku akan dinikahkan dengannya? Sungguh jika memang ia aku akan sangat senang, senyumnya saja bisa membuat hati kaum hawa melting.
Setelah sampai aku di dudukkan dekat Khalid. Dan ayah memulai ijab kabul. Tidak ada kendala sama sekali sampai kata 'sah'.
Aku mencium tangan Mas Khalid dan Mas Khalid mencium kening ku lama sambil berbisik pada ku.
"Jangan lupa, aku akan menjadi lelaki kedua yang akan melihat wajahmu nanti dan kamu telah menjadi milikku seutuhnya" Bisik Mas Khalid padaku.
***
Acara sudah selesai dan aku akan tinggal disini. Tidak berpisah dengan orang tua, karena ayah dan ibuku menginap disini.
Saat ini aku dan Mas Khalid sedang berada di balkon kamar nya Mas Khalid.
"Zahra, " panggil Mas Khalid padaku.
"Iya, " jawabku. Mas Khalid menghampiri ku dan memeluk ku dari belakang.
Warning!!!
Adegan+++ nya:)
Mas Khalid membuka cadar ku, ya dia melihat wajahku sekarang.
"Apa kamu tidak ingin berbakti pada suami? " tanya nya. Aku mengerti apa maksudnya.
"Aku akan berbakti pada mu, " ujar ku. Mas Khalid mendekati ku, lantas aku berjalan mundur sampai aku mentok di tembok.
Mas Khalid mulai mencium ku dari kening, pipi, mata dan terakhir di bibir ku. Bukan sekedar kecupan yang ia berikan tapi sebuah lumatan. Jujur saja awalnya aku sangat terkejut, tapi aku tidak ingin durhaka pada suami sendiri.
Mas Khalid menggendong ku dan membawa ku ke ranjang, ia lagi-lagi mencium ku tapi tidak dibibir ia mencium ku dileher juga, karena ia telah membuka jilbab yang aku kenakan.
"Ahh, " satu desahan lolos karena Mas Khalid mencium leherku.
"Jangan mendesah sayang, " ujar nya. Ah tidak apakah wajahku memerah saat ini?
Mas Khalid mulai melakukannya dengan ku, jujur aku takut juga tapi harus aku lakukan karena aku istri nya.
"Ahh, " satu desahan lagi lolos, Mas Khalid nampak tersenyum melihat ku.
***
Setelah melakukan hubungan suami istri aku dan Mas khalid beristirahat.
Aku tidak sampai berfikir ke sini. Aku hanya berfikir kalau Mas Khalid adalah sebuah khayalan ku saja, tapi khayalan ku menjadi kenyataan saat ini.
'Tuhan memang mengerti akan keinginan hamba-Nya'
-Azahra-