Chereads / HIJRAH KU / Chapter 5 - 5|PERTUNANGAN|

Chapter 5 - 5|PERTUNANGAN|

Assalamualaikum❤

Happy Reading❤

***

'Jodoh itu seperti surah dalam Al-Quran yaitu

الم

Alif Lam Mim.

Hanya Allah yang tau'

-author-

Sesuai janji yang telah ditentukan. Khalid telah memberitahukan perihal Icha yang di ajak ta'aruf. Orang tuanya setuju, memang mereka juga sedang mencari calon untuk Icha.

"Icha, nak kamu sudah siap?," tanya bunda padaku.

"Udah kok bun, bentar Icha turun," jawabku sambil memasang jilbab ku.

Gak butuh waktu lama akhirnya aku sudah siap dan aku langsung turun ke ba bawah untuk membantu bunda memasak menu buka puasa.

"Icha, udah siap buat di jodohin?," tanya Bunda sambil lihat ke arahku.

"Kalau dia memang terbaik menurut Ayah, Icha seneng kok Bun," jawabku sambil tersenyum.

"Kamu gak mau kuliah dulu, seperti abangmu?," tanya Bunda padaku. Sebenarnya aku juga ingin menggapai cita-cita ku menjadi seorang dokter, tapi aturan keluarga ku saja sudah membuat cita-cita ku luntur begitu saja.

"Icha mau, tapi apa Icha harus langgar aturan keluarga ini?," tanya ku pada Bunda. Bunda kelihatan bingung untuk menjawab pertanyaan ku.

"Kalau Icha sih, Icha mau jadi dokter, Icha mau kuliah juga, tapi dengan aturan keluarga ini aja udah buat cita-cita Icha luntur Bun. Mereka bilang walaupun anak perempuan sekolah tinggi ujung-ujung nya akak menjadi ibu rumah tangga juga 'kan?,"

"Kalau emang Icha bakalan jadi ibu rumah tangga, jadi sekolah tinggi gaada gunanya menurut keluarga ini Bun," kata ku panjang lebar yang semakin buat bunda ngerasa bersalah, entah karena ia tidak bisa melihat ku menggapai sesuatu yang aku inginkan, tidak seperti bang Khalid yang sudah kuliah dan beristri. Dia bebas karena dia laki-laki, sedangkan aku anak perempuan yang sangat dijaga.

"Bunda ngerti sayang, kalau kamu gak mau nikah sekarang, bunda bisa kasih tau ke ayah mu," kata bunda, lantas aku menggeleng.

"Enggak apa-apa kok bun, "

"Yaudah Icha naik dulu, bentar lagi buka puasa dan mereka akan datang juga," kata ku. Kemudian naik ke kamar untuk mengganti pakaian ku.

***

"Apa kamu siap untuk membimbingnya nanti?," tanya Ayah padaku perihal perjodohan itu.

"InsyaAllah Malik bisa, Malik akan berusaha bimbing dia ayah, " jawabku sambil tersenyum.

"Yasudah, mari kita pergi ke rumahnya, " kata Ayah. Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke rumah Icha. Beda kompleks saja dan tidak terlalu jauh dari komplek rumahku.

Sekitar 10 menit perjalanan menuju rumah Icha akhirnya kami sampai di rumah yang sederhana namun terkesan antik ditambah dengan bunga-bunga yang berwarna-warni menjadikan rumah ini menjadi lebih indah.

"Assalamu'alaikum, "  kata Bunda sambil ngetuk pintu rumah Icha.

"Waalaikumsalam," jawab seseorang dari dalam rumah. Dan aku yakini itu pasti ibu nya.

"Eh Ismi, ini anak kamu toh?," tanya bunda nya Icha. Mereka sudah saling kenal teman pesantren katanya.

"Iya Maryam, ini anakku namanya Malik dan Alisha," kata bunda ku.

"Yasudah masuk dulu," kata bunda nya Icha mempersilahkan kami untuk masuk ke dalam rumah.

"Bunda itu siapa?, " tanya seorang perempuan yang mengenakan syar'i dengan wajah yang ditutupi oleh cadar.

"Calonnya Icha," kata bunda pada gadis itu.

"Oh ya kenalin dia menantu aku, istrinya Khalid," jelas bunda nya Icha. Ternyata kakak iparnya Icha. Kelihatan nya masih muda sekali dan sangat sopan menurut pandangan ku sendiri.

"Icha dimana sih?," batin ku mulai bertanya-tanya.

"Sebentar dulu ya, aku panggilin Icha nya dulu," kata Bunda nya Icha. Senyum ku merekah ketika mendengar namanya.

Tidak berapa lama kemudian, Maryam dengan Icha turun dari atas. Icha mengenakan syar'i seperti biasa, bersamaan dengan itu Malik melihat ke arah Icha.

"Ini putri mu? Cantik nya sama seperti bundanya," kata bunda sambil megangin wajahnya Icha. Sungguh indah ciptaan Tuhan.

"Tunggu, ayahnya Icha belum pulang sebentar lagi," kata Bunda nya Icha. Bunda sama Yah sih cuma ngangguk aja.

"Sementara itu kalian berdua bisa ke teman belakang, saling mengenal lebih jauh," kata Ayah ku. Icha cuma ngangguk aja. Dia pergi ke taman belakang dan Bunda nya Icha suruh aku buat susul dia.

#Taman Belakang Rumah.

Icha lagi duduk di bangku taman rumahnya. Sepertinya keluarga ini sangat suka dengan bunga. Dari halaman depan dipenuhi bunga dan ditaman belakang nya banyak sekali terutama bunga mawar.

"Icha," panggilku, lantas yang mempunyai nama pun menoleh karena namanya di panggil.

"Iya?," jawabnya sambil nengok gitu. Terus senyum. MasyaAllah aku gak bohong dia cantik.

Aku duduk di dekatnya. Dia geser dikit. Memang istri idaman, mungkin dia tau kalau aku belum menjadi mahram nya, maka dari itu dia sedikit menggeser dirinya.

"Kamu gak mau pake cadar?," tanyaku. Dia sedikit nunduk gitu. Aneh gak kalau aku hanya begitu sama dia?

"Icha belum siap pake cadar."

"Takutnya,nanti kalau Icha udah pakai, Icha lepas lagi," katanya ngejelasin aku. Sekarang aku ngerti, alasan dia gak make cadar, padahal bunda nya aja make.

"Emang kamu ada niat buat pakai cadar?," tanya ku lagi.

"Kalo niat sih, Icha emang ada niat buat makai cadar, tapi belum siap aja," katanya.

"Kalo Icha nikah sama kakak, Icha mau pake cadar?," tanyaku seraya mendekatkan diri padanya.

"Nanti Icha liat aja, Icha gabisa janji, takutnya Icha ingkari," katanya sambil sedikit nunduk.

"Kalo Icha mau, nanti kakak bantu biar Icha hijrah bareng kakak," kata ku sambil megang tangannya. Dia tersenyum sambil berhadapan sama aku.

"Makasih," kata dia yang masih setia dengan senyum nya.

"Yaudah, masuk aja bentar lagi buka puasa," kataku sambil ngajak dia masuk ke dalam lagi.

***

"Icha, bantuin Bunda sebentar," panggil bunda ku saat aku sudah ada di ruang tamu.

"Iya Bunda," kataku kemudian berlalu pergi ke dapur membantu bunda mempersiapkan menu buka puasa.

*

"Assalamu'alaikum," ucap seseorang dari luar sambil ngetuk pintu dan aku yakini kalau itu adalah ayah. Aku membuka pintu dan menampilkan sosok pria yang sangat sayang pada anaknya.

"Waalaikumsalam ayah," jawabku sambil mengambil alih tas yang ia bawa.

"Ini calonnya Icha?," tanya Ayah saat sudah sampai di ruang tamu.

"Iya dia Malik anakku," kata ayah nya kak Malik.

"Ooh, yasudah nanti kita selesaikan saat sudah selesai berbuka," kata ayahku.

Tidak lama, adzan maghrib mulai berkumandang menandakan waktu berbuka sudah tiba. Setelah berbuka dan sholat maghrib berjama'ah yang di pimpin oleh Malik acara dimulai.

"Untuk sekarang kita belum bisa menikah kan nya, kita tunggu 1 minggu untuk acara pernikahan," kata Ayahku.

"Yasudah, untuk sekarang ini biarkan mereka saling mengenal dulu, tunang kan saja mereka, " kata Ayah kak Malik.