Assalamu'alaikum ❤
Happy Reading ya❤
***
'Apa salahnya untuk mencoba dan menjalaninya bersama-sama? '
-Icha-
Hari ini aku sangat bosan sekali berasa dirumah. Kak Zahra lagi pergi sama bang Khalid, aku mau pergi jalan-jalan sebentar pikirku.
"Bunda, Icha mau pergi sebentar, " izin ku pada bunda.
"Mau kemana? " tanya bunda.
"Mau nyari buku di toko buku depan komplek bun, " jawabku jujur.
"Yaudah, jangan pulang terlalu malam, " suruh bunda padaku.
"Iya bunda, " jawab ku, kemudian pergi berjalan-jalan sembari menunggu waktu berbuka.
Aku berjalan menuju toko buku yang tidak jauh dari rumah. Sekedar mencari novel baru yang memang lagi best seller.
Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke toko buku tersebut. Aku langsung saja masuk dan pergi ke arah tempat-tempat novel.
Novel nya bagus-bagus sih, aku mengambil beberapa novel yang terbilang memang populer gitu.
"Aw, maaf, " aku tidak sengaja menabrak seorang lelaki yang tidak terlalu asing bagiku. Ia berjongkok membantuku. Tuh kan bener emang gak asing, lah dia kakel aku Kak Malik.
"Kamu bukannya Icha ya? " tanya nya padaku.
"Iya aku Icha, " jawabku. Astaghfirullah. Kok aneh sekali sih. Kalian tau gak dia itu perfect, sudah tampan, pintar ngaji pula.
"Yaudah maafin kakak, " ujarnya pada ku. Padahal bukan dia yang salah tapi aku kan(?)
"Iya, gapapa kok, "
"Kamu nyari apa? " tanya nya sama aku lagi.
"Sekedar nyari novel buat nemenin Icha di rumah, " jawabku sambil tersenyum.
Astaghfirullah senyum nya itu. Plis cha jangan senyum. Iman ku gak kuat. Batin Malik.
"Yaudah, Icha abis ini mau kemana? " tanya kak Malik lagi padaku.
"Mau ke taman sebentar, sekalian nungguin waktu buka puasa, " jawabku. Aku saat ini sedang menikmati ciptaan Tuhan yang selama ini aku tunggu kehadirannya.
"Kakak boleh ikut? " pinta Kak Malik padaku. Aku tentu saja tidak bisa menolak permintaannya. Sungguh sebuah anugrah bisa bertemu dengannya. Sudah tampan baik pula.
"Boleh kok, yasudah Icha mau bayar novel dulu, " kataku kemudian pergi ke kasir untuk membayar 2 novel yang telah aku beli.
***
Aku dan Kak Malik saat ini sedang berjalan-jalan sembari menunggu waktu buka puasa. Tidak ada perbincangan diantara kami berdua. Tuhan memang tau isi hati hambanya.
"Icha sekolah di pesantren kan? " tanya nya membuka percakapan padaku.
"Iya, Icha sekolah di pesantren kak, " jawabku sambil tersenyum.
"Icha gak usah senyum, " suruh nya padaku. Lantas aku bingung dengan ucapannya.
"Kenapa? " tanyaku dengan nada yang penasaran.
"Gak udah senyum, terlalu manis kalo senyum, " katanya. Oh tidak apakah pipi ku memerah sekarang(?)
"Gak udah gugup gitu, " kata kak Malik. Emang deh sudah seperti cenayang aja.
"Iya kak, " jawabku. Kak Malik tampan sekali kalau lagi senyum, sama seperti sekarang.
Entahlah, sepertinya aku jatuh cinta sama Aisyah, dia memang tidak cantik namun, hatinya yang cantik. Dia ramah, pendiam juga.
"Icha, " panggilku padanya. Dia menoleh. MasyaAllah, senyumnya.
"Iya kak, " jawabnya sembari tersenyum manis padaku. Ya Allah aku mencintai makhluk ciptaan-Mu yang satu ini.
"Icha mau gak ta'aruf sama kakak? " tanya ku padanya. Lebih cepat lebih baik bukan (?) , aku memang sedang mencari calon pasangan hidup ku. Ya dalam keluarga ku memang begitu (ada di part sebelumnya)
Icha diem aja, sepertinya dia kaget sama yang aku bilang. Tapi pipinya itu merah seperti tomat. Dia malu.
"Maksud kakak? " tanya nya, sepertinya dia bingung.
"Kakak lamar kamu, " jawabku sambil tersenyum padanya. Tapi dia masih syok saat ini.
"Ya sudah, mari kakak antar kamu pulang, biar kakak tau rumah kamu dimana, " kataku. Dia ngangguk gitu aja. Kemudian aku pergi anterin dia pulang. Ternyata rumahnya gak terlalu jauh dari rumahku juga.
"Makasih ya kak, " katanya sambil tersenyum. Aku cuma balas pake senyuman aja. Kemudian aku pulang untuk memberitahukan hal ini pada ayah.
***
"Assalamu'alaikum, " ucapku saat sudah sampai dirumah setelah mengantarkan Icha.
"Waalaikumsalam, " jawab bunda sambil bukain pintu. Aku salamin tanganya bunda gak lupa cium pipi bunda.
"Bunda, Malik mau kasih tau sesuatu, " kataku sambil tersenyum. Bunda pasti bingung liat aku yang senyum-senyum seperti orang gila.
"Yaudah, entar aja setelah buka puasa, " kata bunda sambil tersenyum. Senyuman yang sangat cantik. Bidadari yang selalu mengerti perasaan ku.
Adzan maghrib sudah berkumandang, sebagai anak sulung, aku harus memberi contoh buat adik ku yang paling kecil. Buka puasa sudah selesai dan sholat maghrib juga sudah dilaksanakan.
"Ayah, Malik mau kasih tau sesuatu yang penting," kata ku. Memang penting. Ralat sangat penting. Mengenai masa depan ku sendiri.
"Yaudah di ruang tengah aja, sekalian sama bunda mu, " kata ayah. Aku tersenyum mendengarnya. Semoga saja ayah bisa menerimanya.
"Mau kasih tau apa sih? Dari tadi waktu pulang, bunda kepo nih, " kata bunda ku ngegoda anaknya.
"Malik udah punya calon, " kata ku sambil tersenyum. Mereka berdua sedikit terkejut tapi sedetik kemudian ayah membuka suara.
"Namanya siapa? " tanya ayah.
"Namanya Aisyah, " jawabku yang masih setia dengan senyuman.
"Kamu sudah tau rumahnya dimana? " tanya ayah.
"Sudah ayah, Malik sudah tau rumahnya dimana. Rumahnya tidak jauh dari sini, " jawabku. Sepertinya Ayah menerima pilihanku.
"Ya sudah, besok malam kita akan ke rumahnya. Dan ya besok kamu bilang sama Aisyah kalau kita akan ke rumahnya, " kata ayah. Aku senang sekali kalau pilihanku di terima.
"Ya ayah, Malik akan kasih tau dia besok, " kata ku. Kemudian naik ke atas. Sebelum pulang tadi aku sempat meminta nomor telepon nya. Ya sesekali memberikan informasi padanya.
***
"Bang, " panggil ku pada Bang Khalid yang sedang berada dalam kamarnya. Mungkin dia sibuk ya sama Kak Zahra(?)
"Iya Icha kenapa? " tanya Kak Zahra yang membuka pintu untuk ku.
"Icha mau curhat sama kakak, oh ya bang Khalid ada kan? " tanya ku.
"Ada, ayo masuk aja, " suruh nya. Aku langsung masuk saja. Emang kalau sama abang sendiri kadang nge gemesin buat orang yang udah kenal pingin nabok aku.
"Kenapa? " tanya bang Khalid.
"Gini, tadi Icha ketemu sama Malik. " kataku sedikit menjeda kalimat ku.
"Malik yang Icha bilang anak pemilik pesantren tempat Icha sekolah kan? " tanya bang Khalid.
"Iya, terus tadi itu dia ngajak Icha ta'aruf, Icha kaget bang, tadi sempat juga nganter Icha pulang," jelas ku.
"Emang Icha mau diajak ta'aruf ?," tanya kak Zahra padaku.
"Icha belum sempat jawab, tapi tadi dia chat Icha kalau besok malam dia mau ke rumah sama keluarganya bang, gimana dong? " tanya ku.
"Icha suka kan sama dia? Kalau Icha suka terima dan jalani aja, abang tau kalian sama-sama suka dan Icha memang juga akan nikah nanti disaat umur Icha 17 tahun. Dan sekitar 3 hari lagi umur Icha 17 tahun kan? " jelas Bang Khalid.
Aku cuma ngangguk aja. Kemudian keluar dari kamar bang Khalid, sebelum keluar aku sudah bilang buat kasih tau bunda sama ayah. Biarin abang yang urus katanya. Ya udah aku terima beres aja.