Zura tanpa sadar menoleh dan melotot ketika dirinya dikatain bodoh. "Kau udah Hantu ngatain Manusia bodoh pula. Hantu tidak tau diri."
Sedetik kemudian Zura mengucek-ngucek matanya berkali-kali. "Kau bukan hantu?" Tanya Zura. Dia takjub melihat seorang gadis yang sangat cantik berpakaian dress selutut berwarna merah muda di hadapannya. Pipinya merah merona dengan rambut panjang berwarna blonde.
Gadis itu nyengir kuda sebelum menjawab. "Intinya aku makhluk halus."
"Kenapa kau bisa secantik ini?"
"Karna aku tidak jelek. Aku punya nama loh, namaku Misya."
"Aku Zura. Syukurnya kau berpenampilan seperti ini, jadi aku tidak takut."
"Aku memang seperti ini karna aku bangsa Jin asli. Aku tidak pernah menjadi manusia lalu mati, aku terlahir memang sudah seperti ini."
"Lalu kenapa kau berada disini? Kenapa tidak kembali ke alam Jin sana."
Misya menunjuk ke lemari. "Di laci lemari ada cincin berbatu ruby, aku tinggal didalamnya. Cincin itu milik ibumu yang dihadiahkan untukmu tiga tahun yang lalu tapi kau menolaknya. Ibumu sedih dan dia meletakkannya disana. Tadianya aku ingin memukul kepalamu karna menolak cincin itu, palingan kau hanya merasa sakit kepala. Tidak kusangka kau bisa melihatku."
Zura memutar bola matanya. "Cincin itu menyeramkan, makanya aku menolaknya." Setelah berbicara seperti itu Zura mengalihkan pandangannya kembali ke arah jendela untuk melihat lelaki yang menarik perhatiannya tadi.
"Loh, kemana lelaki yang ada disana tadi?"
Misya ikut melihat ke arah jendela. "Hujan sudah berhenti, dia sudah kembali masuk ke rumah."
"Kau kenal dia?" Tanya Zura kaget.
"Tentu. Siapa yang tidak mau mengenal lelaki tampan sepertinya?"
"Sepertinya dia bukan Manusia biasa."
Mendengar itu Misya tertawa kecil. "Dia memang bukan Manusia biasa."
"Maksudmu?" Tanya Zura bingung.
"Manusia tidak tau bahwa kehidupan itu ada banyak. Ada 3 dunia di kehidupan ini. Dunia atas, tengah, dan bawah. Dunia atas itu dibawah langit diatas Bumi, orang Bumi biasanya memahaminya seperti khayangan atau tempat para Dewa Dewi. Dunia tengah itu dataran, tempat tinggal kita ini. Sedangkan dunia bawah itu berada di lautan terdalam yang Manusia tidak dapat menjangkaunya, disana juga ada kehidupan dan perkotaan. Seperti itulah kehidupan sebenarnya."
Zura memasang wajah tak percayanya. "Aku tidak yakin akan hal itu."
"Terserah kau mau percaya atau tidak, yang aku tau lelaki bernama Ael itu berasal dari dunia atas. Kabarnya dia di hukum dan di tendang ke Bumi. Dilihat dari cahaya biru di tanganmu, kau adalah milik dari salah satu mereka."
Zura langsung melihat cahaya biru di tangannya, dia menghela nafas, kesal karna cahaya biru yang berbentuk tali yang melilit mengganggu pandangannya. "Aku tidak mengerti apa maksud cahaya biru ini."
"Cahaya biru itu merupakan tanda kepemilikan yang berarti kau sumber makanan mereka yang lezat. Mereka mengambil energi kehidupanmu dengan menghisapnya dari kulitmu, dan juga memakan cairan di tubuhmu, mau itu keringat, air liur, dan cairan orgasmemu."
"Apa!? Pantas saja mereka meminta makan samaku. Bagaimana aku bisa lepas dari mereka?" Tanya Zura serius.
Misya mengedikkan bahunya. "Aku tidak tau banyak tentang mereka. Karna seperti yang kau tau derajat mereka lebih tinggi dari Manusia dan Jin. Mereka sangat menjaga rahasia kehidupan mereka. Sangat sulit untuk masuk ke dunia atas karna disana merupakan replika surga dan neraka."
"Bukannya Jin itu serba tau? Kenapa kau tidak tau banyak?"
"Jin juga sama seperti Manusia, jika ingin tau sesuatu harus mencaritahu terlebih dahulu bedanya bangsa sepertiku lebih cepat. Saat aku mencaritahu tentang mereka, itu sangat sulit. Tidak ada Jin yang berani mendekati mereka karna mereka akan menendang para Jin dan hantu ketempat terjauh jika berani mengganggu. Aku saja baru pulang dari segitiga bermuda karna Ael sialan itu menendangku kesana. Kau bayangkan saja betapa jauhnya segitiga bermuda itu, dasar makhluk sialan!"
Zura menahan tawanya. Dia merasa lucu melihat ekspresi wajah Misya yang benar-benar tampak kesal dengan mengerucutkan bibir.
"Jika kau ingin tau tentang mereka kau bisa bertanya langsung dengan pemilikmu. Kau akan takjub dengan kenyataan bahwa dunia atas itu sangat luar biasa. Kau akan tau rahasia-rahasia pembodohan pada Manusia yang dilakukan penghuni dunia atas." Setelah berucap seperti itu Misya berjalan mundur, melambai, kemudian masuk ke dalam lemari. Zura tau bahwa Misya kembali ke tempatnya.
Zura membuka lemari pakaian yang dimasuki Misya tadi lalu dia membuka lacinya. Disana dia melihat kotak cincin berwarna merah muda kemudian mengambilnya. Dia memakai cincin itu di jari manisnya, dia yakin Misya bisa membantunya.
Tiba-tiba Misya keluar lagi dari cincin itu. "Heh, jangan.. aku tidak mau ikut kemanapun kau pergi. Aku yakin pemilikmu akan menemuimu lagi jika dia lapar. Dia bisa mengambil rumahku dan membuangnya ke Antartika."
"Seriusan?" Tanya Zura tak percaya.
Misya mengangguk yakin. "Mereka sangat sensitif sama makhluk sepertiku ini. Jahatkan? Padahal aku sangat mengagumi Ael."
Zura melepas kembali cincin yang ada di jarinya lalu meletakkan kembali ketempatnya. Bagaimanapun dia tidak mau melibatkan Misya.
*****
"Bu, aku mau ke supermarket terdekat dulu ya." Kata Zura berpamitan. Dia memakai hoodie kesayangannya.
"Kunci mobil di gantungan dekat pintu keluar ya." Jawab Ibu Zura.
"Aku mau jalan kaki aja. Aku melihat ada supermarket kecil di depan sana saat mau kesini."
Ibu Zura cepat-cepat menghampiri anaknya. "Tidak. Anak gadis tidak boleh keluar malam-malam sendirian. Jalan kaki pula."
"Bu... Supermarket di depan sana tidak jauh. Aku sudah biasa sendirian." Setelah berbicara seperti itu Zura berlari cepat menghindari Ibunya yang bawel.
Angin malam terasa sangat dingin dan lembab, mungkin karna musim hujan. Zura mengantongi tangannya untuk menghindari kedinginan. Ketika dia melewati rumah Ael, dia merasa rumah itu sangat menyeramkan jika dilihat dari pintu pagar karna dihalaman terdapat banyak tumbuhan dan perpohonan sehingga rumahnya tidak terlalu jelas dari depan.
Zura merasa merinding ketika dia merasa ada yang mengikutinya dari belakang. "Mungkin itu hantu." Ucapnya pelan.
Tidak memperdulikan itu, dia berjalan lagi dengan santai sambil bersenandung kecil. Tapi suara langkah itu semakin jelas dan membuatnya merasa kesal.
"Woi! Siapa yang ngikuti aku dibelakang?" Tanya Zura tanpa menoleh dan langsung berjalan cepat.
Tak ada jawaban apapun dan hanya ada suara angin yang menggerakkan pepohonan pinggir jalan. Dari jauh Zura melihat pamflet supermarket dan itu membuatnya lega seketika, jadi jika ada setan dia bisa langsung lari terbirit-birit.
Zura sampai di supermarket tanpa menoleh ke belakang dan selamat tentunya. Dia langsung menuju rak tempat makanan ringan karna dia suka jajan. Rasanya dia mati bosan di kamar ketika mulutnya tak mengunyah apapun.
Setelah memasukkan beberapa makanan ke keranjang, dia hendak ke tempat khusus es krim, tapi langkahnya terhenti seketika ketika dia melihat sosok Ael yang berdiri di depan rak pupuk tanaman instan.
"Ael? Lebih baik aku putar arah daripada berurusan dengan makhluk sepertinya. Bisa-bisa selangkanganku sakit lagi." Ucap Zura, dia berbalik dan memilih jalan memutar agar tidak bertemu dengan lelaki itu.
Setelah sudah puas membeli jajanannya, Zura langsung pergi ke kasir untuk membayar. Saat semua belanjaannya sedang di scanner, lelaki bernama Ael itu masuk ke barisan kasir yang sama dengan Zura, itu membuat dia jantungan seketika. Mata mereka bertemu, Zura cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain.
***********