Tahun-tahun berlalu dengan cepat. Kafka bahkan tidak menyangka kalau sekarang dia sudah beranjak dewasa dan menjadi laki-laki yang diidamkan kaum hawa.
"Heh! Melamun lagi lo," tegur Agung, salah satu sahabat Kafka sejak mereka masih duduk dibangku sekolah dasar.
"Siapa yang melamun? Lo gak lihat gue lagi fokus sama kertas-kertas ini?" tanya Kafka ketus.
Agung terkekeh geli. Kafka tidak pintar berbohong dan Agung tahu ada yang sejak tadi mengganggu pikiran sahabatnya itu.
"Mending lo cerita deh ke gue, Kaf. Soal Ela?" tebak Agung.
Kafka menghela napas lalu mendorong kertas di depannya menjauh. Fokusnya benar-benar terganggu saat ini. Tebakan Agung kenapa kampret sekali sih?
"Lo dukun atau apa sih?" tanya Kafka heran.
Agung tertawa renyah. Kafka mudah sekali ditebak isi pikirannya. "Di jidat lo tertulis dengan huruf kapital, GUE CEMBURU SAMA ELA! gitu," ujar Agung membuat Kafka sukses menjitak kepalanya.
"Gue gak cemburu," sanggah Kafka dengan malas.