Nindi geleng-geleng kepala saat mendengar teriakan bersahutan dari lantai dua. Wanita itu tengah menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga kecilnya. Bi Asih sudah tidak lagi bekerja dengannya. Wanita tua itu sudah tidak sanggup bekerja berat. Nindi pun juga kasihan dan tidak mau memaksa untuk menjadi asisten di rumahnya.
Walaupun ada asisten lainnya yang bekerja menggantikan Bi Asih, Nindi tetap tidak sepenuhnya menyerahkan urusan makanan khusus keluarganya kepada mereka. Wanita itu lebih suka turun tangan langsung. Baginya, membuat keluarganya senang dan kenyang karena masakannya adalah hal yang membahagiakan.
"Celin, stop!"
Nindi menoleh kala bocah perempuan 5 tahun berlari ke arahnya untuk berlindung di balik kaki Nindi. Wanita itu menghela napas dan menatap bocah perempuan 5 tahun satunya lagi yang kini berdiri di depannya sambil berkacak pinggang dengan raut wajah kesal.
"Rebutan apalagi kali ini, Dek?" tanya Nindi penasaran.