Di luar hujan sangat deras ,tapi serly terus berjalan tanpa berniat kembali ke kamar hotel dimana ia meninggalkan Indra. Ia malu, sangat malu akan diri nya yang kotor. gadis itu merasa diri nya bodoh karna mengharapkan Indra meski hanya sedikit ,wanita seperti nya tak pantas mempunyai perasaan apapun terhadap lelaki pikir nya.
Akila yang sedari tadi duduk menunggu di sebuah cafe dekat hotel ,melihat sahabat nya di bawah guyuran hujan.gadis itu berlari mengejar sahabat yang sangat ia cemaskan.
"serly..."
Akila memeluk tubuh sahabat nya yang terasa sangat dingin karena basah.
"kamu nangis?"
Serly menggelengkan kepala nya ,gadis itu berharap sahabat nya tadi tidak melihat mata nya yang merah.
"aku ini sahabat kamu. aku tau kamu nangis meski kamu menyembunyikan dengan cara apapun ,aku tetep tau" Akila berteriak karna suara hujan terdengar sangat bising.
"aku mau pulang, kila" Serly menangis dalam pelukan sahabat nya.
"iya kita pulang ya."
Di saat bersamaan ,di jarak yang tak terlalu jauh dari mereka Indra melihat serly di bawa pulang oleh akila.pemuda itu tidak tahu dimana kesalahan nya sampai gadis itu pergi begitu saja.
Indra lalu masuk ke dalam mobil milik nya yang terparkir di parkiran hotel.
Dalam diam, Indra mengingat saat dimana serly kecil yang selalu ia jaga diam diam.
Ia ingat dengan jelas ,saat usia nya 5 tahun pengurus panti menemukan bayi di pinggir jalan dekat panti asuhan. Indra sangat senang karna teman nya bertambah menjadi 4 dengan kehadiran bayi kecil yang di beri nama Serly.
tok..tok..
Indra tersentak saat seorang wanita mengetuk kaca mobil milik nya.
"ada apa?" Indra menurunkan kaca mobil untuk menegur Maya.
"bukain lock nya aku mau masuk"
"gak"
Indra menutup kembali kaca mobil nya. la menghidupkan mobil dan pergi tanpa menghiraukan Maya.
"iih dasar cowok rese.." Maya kembali masuk ke dalam mobil nya yang di parkir agak jauh dari mobil Indra.
Maya juga kembali memikirkan cara untuk bisa mendekati Indra, sang pewaris keluarga Sinaga.
*
Akila mengeringkan rambut Serly setelah menggantikan baju sahabat nya dan baju nya sendiri.
Sedangkan Serly hanya diam dengan pandangan lurus kedepan. Ia bingung kenapa harus pergi begitu saja dari Indra. Dada nya terasa sakit mengingat kemungkinan pemuda itu tidak akan menemui nya lagi setelah malam ini.
"serly... apa benar kamu baik² saja"
Serly tersenyum kecil "aku baik"
"yasudah tidurlah lebih awal" .
Akila pergi meninggalkan Serly di kamar nya .Gadis itu pikir sahabatnya butuh waktu sendiri.ia menutup pintu kamar tanpa mengeluarkan suara
Serly menghempas kan tubuh nya di atas kasur. gadis itu menutup kedua mata nya .Mengingat wajah Indra perasaan aneh itu muncul kembali .Entah apa ,tapi sangat nyata ia rasakan.
"Indra..." ucap nya lirih "pantas dia tau aku sering menangis di bawah selimut".
****
Pagi ini Indra pulang ke rumah keluarga Sinaga untuk sekedar menyapa orang rumah.
Semua anggota keluarga tampak sedang menikmati teh di taman belakang.Indra duduk di samping nenek nya .
"semalam untuk apa kamu pergi ke hotel?" Tanya Tia Sinaga ibu Indra "kenapa kamu gak langsung pulang ke rumah"
Arya Sinaga meletakkan cangkir teh yang baru saja ia minum.
"kamu itu selalu saja menyuruh anak itu membuntuti Indra"
"Papa... jika tidak, aku tidak akan tau apa yang di lakukan anak kita"
"sudah Indra katakan ,ma. jangan menyuruh maya mendekati Indra lagi. Indra tak suka" Ucap Indra kesal.
pemuda itu tidak suka dengan gadis yang bernama maya karna baru beberapa kali bertemu saja gadis itu dengan lancang pernah merobek lukisan seorang gadis yang susah payah ia gambar.
"Nak, Maya anak yang baik. cobalah lebih dekat dengan nya"
"sebaiknya kamu segera mencari Istri nak. agar nanti dia yang mengikutimu" sahut Ari Sinaga kakek Indra .Semua orang tertawa dengan perkataan nya.
"iya dengar kan kata kakek mu" ucap Laila nenek Indra.
"Iya tapi nenek janji akan setuju bagaimana pun calon istri Indra nanti ya" bisik Indra di telinga Laila. wanita paruhbaya itu mengangguk setuju, karna baginya tak ada yang lebih penting dari kebahagiaan cucu nya.
Keluarga itu kembali melanjutkan pembicaraan hangat dengan meminum teh.
Bersambung...