Eh, udah hari Sabtu lagi nih...
wkwkwkwk jadwal update Ms Hedon dong yah!
Gimana nih? Nagih gak sih cerita baru Shin ini?
Harusnya sih nagih, soalnya dah banyak dikasih micin
๐คฃ๐คฃ๐คฃ๐คฃ
Kuy... Baca pelan-pelan, resapin, klik Vote terus komen deh isinya ๐นโค๏ธ Gitu yah tata cara bacanya ๐๐
Happy Reading Bebeb2cu โค๏ธ
๐น๐น๐น๐น๐น
Sally menghamburkan semua barang-barang yang ada di dalam kamarnya. Ia membanting boneka-boneka mahalnya ke lantai untuk melampiaskan kekesalannya.
Bagaimana mungkin Daddy nya tega memberikan misi gila itu padanya hanya karena sebuah pulau. Sally bahkan yakin, uang Daddy nya tidak akan habis hanya karena membeli sebuah pulau.
"Aaarrgh! Menyebalkan, sialan!" umpat Sally.
"Maid? Profesi pesuruh itu, dan aku harus menjadi maid selama satu bulan," Sally mengacak rambutnya frustasi.
"Aku benci diperintah orang lain dan Daddy malah memberiku misi untuk menjadi Maid. Ya Tuhan, kenapa orangtua ku kejam sekali," gerutu Sally.
"Tidak ada shopping, pesta. Tidak ada mobil mewahku, tidak ada barang-barang brandedku. Cih... Menyedihkan sekali,"
"Semua gara-gara Xena sialan! Coba saja kalau wanita ular itu tidak mendahuluiku, tentu saja aku tidak akan mau menerima tantangan gila ini," Sally terus menggerutu sendiri.
"Menggunakan seragam terkutuk itu. Ck... Menjijikan sekali,"
Sally benar-benar frustasi. Ia kehilangan nafsu makannya malam itu. Moodnya seketika down. Besok ia harus berkeluh kesah pada sahabatnya, Feli. Iya, Feli harus tahu penderitaannya ini. Feli pasti akan membantunya, Sally yakin tentang itu.
Suara ketukan pintu kamarnya membuatnya geram.
"Siapa di sana?" teriak Sally.
"Bisakah berhenti mengetuk pintu itu terus menerus. Fuck you!" bentak Sally sambil berjalan untuk menghardik lebih keras orang yang sudah mengetuk pintu kamarnya berkali-kali tanpa henti.
Seketika mulutnya tertutup rapat. Pria tinggi menjulang menatapnya lekat seakan ingin menelannya hidup-hidup.
'Sial! Kenapa aku harus berteriak memaki memakai bahasa kasar itu. Mati aku!' batin Sally.
Pelaku yang mengetuk pintu kamar Sally adalah Peter, Daddy nya sendiri. Pria paruh baya itu akan murka jika mengetahui anak gadisnya mengumpat kasar.
"Aku menyekolahkanmu di tempat yang ratusan ribu bahkan jutaan orang ingin berada di sana agar kau menjadi orang yang berpendidikan. Tidak mengumpat kasar seseorang dengan makian murahan seperti itu. Kau tahu, Daddy tidak pernah mengajarkanmu untuk bersikap bar-bar demikian," nasihat Peter pada Sally di depan pintu kamar anak gadisnya itu.
Sally hanya bisa tertunduk lesu mendengar ceramah dari Daddy nya itu.
"Aku minta maaf, Daddy." kata Sally penuh penyesalan.
Peter melihat keadaan kacau di dalam kamar Sally dan menghela napas.
"Mulai sekarang, persiapkan dirimu untuk menjadi seorang maid yang baik. Jangan panggil maid untuk membersihkan kamar mu yang sungguh mengerikan ini. Kau harus mulai membiasakan diri dari sekarang," ucap Peter dan Sally melotot tidak percaya atas apa yang dikatakan oleh Daddy nya.
"Hah? Aku membersihkan semua ini sendirian?" tanya Sally pada Peter.
Peter mengangguk.
"Ya. Jika kau mau pulau di Maladewa beserta fasilitas lengkapnya, kau harus patuh pada ucapan Daddy," kata Peter.
"Ah- satu lagi. Mulai besok, kartu kredit unlimited mu resmi Daddy tutup untuk sementara. Kau hanya bisa memakai kartu debit yang sudah Daddy persiapkan. $50.000 cukup untuk hidupmu selama dua minggu ke depan sebelum semua fasilitas mu, Daddy cabut," jelas Peter tanpa ragu.
"Hah!" kaget Sally.
"Jangan lupa bersihkan kamarmu. Makan malam akan diantar ke kamarmu lalu beristirahatlah," Peter mengacak puncak kepala Sally lalu mencium dahinya.
"Good night, Baby girl," ucap Peter dan pria paruh baya itu berlalu meninggalkan Sally yang masih berdiam mematung di depan pintu kamarnya.
$50.000? Are you kidding me, Daddy?
$50.000, aku harus hidup selama dua minggu dengan uang itu? Ini benar-benar gila! Kartu Kredit Unlimitedku turut serta ditarik? Hah- Daddy benar-benar kejam.
"BARBARA! Cepat kemari dan bereskan semua kamarku!" jerit Sally dan salah satu maid di rumahnya bergegas menaiki anak tangga menuju kamar Sally.
Sally mengabaikan ucapan Daddy nya. Wanita itu memilih untuk berendam di dalam Jacuzzi, berharap dengan berendam semua hal gila yang menempel di kepalanya bisa segera pergi dan besok Daddy nya akan berubah pikiran. Membiarkan maid yang membereskan serta membersihkan kamarnya seperti biasa.
Di dalam Jacuzzi, Sally memandangi gambar yang menampilkan keindahan pulau dan laut biru kehijauan terhampar. Pulau Maladewa adalah salah satu goals paling diinginkan Sally.
Soon, aku akan menghabiskan liburanku bersama pria tampan di pulau pribadiku sendiri tanpa adanya gangguan.
Sally, kau pasti bisa memenangkan misi yang Daddy berikan padamu. Hanya menjadi maid selama satu bulan adalah hal yang mudah. Kau tidak boleh menyerah demi Pulau di Maladewa. Kau pasti bisa, Sally harga dirimu dipertaruhkan dihadapan Zena.
Sally menghabiskan beberapa jam untuk bernegosiasi pada dirinya sendiri. Memikirkan secara matang apa iya harus menerima atau membatalkan permintaannya. Jika ia membatalkannya, maka ia harus mengakui Zena lebih hebat dibandingkan dirinya.
TIDAK AKAN!
Arrrgh! Semua ini membuat kepalanya pusing lebih baik ia tidur dan esok hari ia bisa bertukar pikiran dengan Feli.
๐น๐น๐น๐น๐น
"Sally... Hei... Sally!" panggil seorang pria bertubuh jangkung dan berwajah tampan.
Sally berhenti berjalan dan menoleh sambil bersedekap tangan di dada memandang malas pria yang memanggilnya.
"Ada apa?" tanya Sally ala kadarnya.
Ferdinan tersenyum lebar. Pria tampan dan cukup kaya ini begitu menyukai bahkan tergila-gila dengan Sally. Namun, Sally selalu mengabaikannya.
"Aku baru membeli Yacht seharga $1.500.000. Aku ingin mengajakmu berkeliling dengan yacht baru ku," kata Ferdinan antusias.
Sally memandang pria itu dari atas ke bawah beberapa kali, lalu menggeleng sambil berdecak tanpa ekspresi.
Baru saja Sally akan membuka mulut untuk menjawab ajakan Ferdinan tiba-tiba wanita berambut pirang memeluk erat lengan Ferdinan sambil menyenderkan kepalanya di sana.
"Wah, kau punya yacht baru? Itu hebat. Kita bisa memakainya untuk berlibur ke pulau pribadiku dengan yacht mu itu, Fe," ucap Zena antusias.
Sally memutar bola matanya malas. Ia tahu, wanita ular itu pasti akan menyindirnya, karena ini bukan hal pertama kali yang terjadi.
"Kau punya pulau pribadi, Ze?" kaget Ferdinan.
Zena mengangguk cepat sambil tersenyum lebar.
"Ya. Aku baru saja membeli pulau pribadi. Aku tidak suka membual tentang sesuatu. Ku rasa aku sudah berhasil menggeser posisi Queen di kampus ini. Queen yang hobi membual tanpa bukti nyata ucapannya," Zena melirik sinis sambil tersenyum culas pada Sally.
Sally menahan diri untuk tidak menjambak rambut pirang Zena akibat ucapannya itu.
"Aku yakin, harga pulau mu, tidak jauh berbeda dengan harga mobil baru ku yang limited edition. Hanya orang-orang tertentu yang bisaย memilikinya," Sally tersenyum sombong sedangkan Zena berdecih kesal.
"Maaf Ferdinan, aku tidak berkenan naik ke yacht mu. Jika kau sudah membeli super yacht seperti milik Daddy ku, kau boleh mengundangku. Aku akan pastikan datang," ucap Sally sombong.
Wanita itu tersenyum miring lalu berjalan meninggalkan Zena dan juga Ferdinan.
"Dasar wanita sombong! Bisa-bisanya ia berkata demikian padamu, Fe," ucap Zena kesal dan bermaksud memancing Ferdinan kesal.
Pria itu tersenyum menanggapi umpatan Zena.
"Apa yang dikatakan Sally ku rasa benar. Yacht ku tidak sebanding dengan yang dimiliki oleh Daddy nya. Aku akan bekerja lebih keras agar Sally bisa menolehku, ah- tidak, agar Sally menganggapku ada dan berguna untuknya," kata Ferdinan sembari melepas pelukan Zena di lengannya.
"Aku pergi dulu, Zena,"
Ferdinan pergi meninggalkan Zena sendirian. Wanita berambut pirang itu menghentakan kakinya ke ubin dan berdecak kesal.
"Kenapa wanita sombong itu tidak pernah dibenci oleh Ferdinan. Tingkah lakunya arogan seperti itu seharusnya dijauhi semua orang, tapi kenapa itu tidak terjadi. Menyebalkan sekali!" gerutu Zena.
๐น๐น๐น๐น๐น
"Dengar semuanya!" suara lantang Selena memenuhi ruang kelas pagi itu.
"Manusia yang sering dieluh-eluhkan sebagai Queen di kampus ini, ternyata kini hanyalah pecundang," ucap Selena berani sambil duduk di atas meja.
Seisi ruangan berdesas desus mendengar ucapan itu. Mereka tentu mempertanyakan apa maksud dari ucapan Selena. Bagaimana mungkin Sally dan Feli bisa digeser begitu saja posisinya. Atas dasar dan alasan apa Selena bisa mengatakan hal yang demikian.
"Zena sudah membeli sebuah pulau pribadi di dekat Ibiza, harganya tentu cukup fantastis. Sedangkan aku sendiri, sudah membeli private jet limited edition,"
Semua teman-temannya yang ada di dalam ruangan terpekik kaget dengan ucapan Selena itu. Mereka tidak menyangka jika Selena dan Zena bisa berada satu level di atas Sally dan juga Feli.
"Kedua orang yang mengaku dirinya Queen itu hanya lah pecundang saat ini," ucap Selena meremehkan.
Sally berjalan tegap masuk ke dalam kelasnya sambil mengangkat dagunya tinggi. Ucapan Selena sukses melukai harga dirinya. Ia tidak akan segan-segan memberi hadiah menarik pada Selena, wanita bitch bagi Sally.
Jambakan kuat diberikan Sally pada rambut merah ombre hijau milik Selena. Wanita itu memekik terkejut atas tindakan bar-bar Sally.
"Fuck you, Sally! Ini sangat sakit. Kau menyakitiku gadis bar-bar! Lepaskan tanganmu, Sialan!" teriak Selena dan Sally hanya tersenyum miring sambil terus menarik rambut Selena.
"Ini baru rambutmu yang ku buat sakit, jika mulutmu berucap sembarangan lagi, maka aku tidak segan untuk menampar mulutmu dengan highheels mahalku. Camkan itu, Bitch!" desis Sally sambil melepaskan jambakannya dan Selena segera membenahi rambutnya dan melotot kesal pada Sally.
"Dengar! Untuk kalian semuanya yang ada di sini. Aku akan menunjukkan pada kalian semua jika aku akan memiliki pulau Chora di Yunani beserta fasilitas lengkapnya. Silakan sombong saat ini kalian, lihat nanti, apakah memang aku pecundang atau malah kalian sendiri yang menjadi pecundang!" ucap Sally santai.
Sally berjalan meninggalkan kelasnya tanpa rasa bersalah sedikit pun. Sebagian besar isi kampus sudah sangat mengenal peringai seorang Sally Beatrice. Wanita yang hobi foya-foya untuk pesta dan belanja, tidak pernah mau kalah dan terakhir cukup bar-bar dalam bertindak.
๐น๐น๐น๐น๐น
Ketemu cogannya gak boleh buru-buru yah, biar greget nunggunya ๐๐๐๐