Chereads / Sandaran jiwaku / Chapter 47 - pilihan ku

Chapter 47 - pilihan ku

Karina berangkat ke Jakarta dengan perasaan jengkel kepada Ravael.

dasar laki-laki tak berperasaan, ngomong cinta tapi apa buktinya, ya kali nama gue Jesicca, sejak kapan coba nama gue anda Jesicca nya, apa perlu gue sebutin nama gue itu Karina Anggrainy, ucap Karin pada intan.

maksudnya? ucap intan kebingungan.

flash back on

Karina memapah Ravael keluar dari bar, sesampainya di mobil Karina mendudukkan Ravael di kursi penumpang, sedangkan dia di duduk di bangku kemudi,

kamu kok bisa mabuk gini sih ucap Karina.

Ravael yang sudah tidak sadarkan diri pun melantur, maafkan mas, Jesicca sayang ucap Ravael sambil membelai lembut rambut Karina.

Karina menghentikan mobilnya mendadak, dan Karina menatap tajam ke arah Ravael, tapi yang jelas yang dipelototi sudah tertidur.

Karina menitikkan air matanya.

apa sebegitu tidak pantasnya aku untuk di cinta sehingga setiap laki-laki yang aku cintai menghianati aku, batin Karina.

flash back off

tak butuh waktu lama Karina, sampai di Jakarta langsung menghubungi orang tua nya dan orang tua Ravael, meminta mereka untuk bertemu di cafe karena ada hal penting yang harus mereka bicarakan.

sedangkan di tempat Ravael, Ravael masih bingung mengapa Karina marah kepadanya, apa karena dia mabuk semalam, dan siapa yang mengantarnya ke hotel, Ravael masih mencoba untuk mengingat kembali kejadian semalam, namun karena dia tidak bisa mengingat kejadian semalam, akhirnya dia memutuskan untuk membersihkan dirinya agar bisa menyusul Karina ke Jakarta.

Ravael tanpa sadar menghabiskan waktu dua jam lebih di kamar mandi, karena dia berendam untuk menghilangkan pusing di kepalanya sehingga dia ketiduran di bathtub.

dia keluar dari kamar mandi karena mendengar suara ketukan keras dari luar kamar mandi, siapa yang berani menggedor pintu sekencang ini, batin Ravael. lalu memakai jubah mandi yang memang sudah disediakan oleh hotel.

Ravael keluar kamar mandi dengan jengkel, dan semakin jengkel karena melihat Iksan yang menggedor pintu tersebut.

apa kamu mau dikirim ke Antartika bersama beruang kutub, ucap Ravael marah dengan tatapan mata yang seakan ingin membunuhnya.

maafkan kelancangan saya tuan, tapi nyonya besar tadi menghubungi saya mengatakan bahwa anda tidak bisa di hubungi, ada hal urgent yang harus dibicarakan dengan anda ucap Iksan.

Ravael memeriksa handphone miliknya, dan betapa terkejutnya dia melihat 30 panggilan tak terjawab dari orang tuanya, dan 20 panggilan tak terjawab dari mertuanya.

lalu Ravael berusaha untuk menghubungi kembali orang tua nya namun tidak terhubung. ada apa ini, ucap Ravael Lo kenapa masih diam cepat booking tiket penerbangan sekarang juga ucap Ravael.

maafkan saya tuan itulah tujuan saya kesini kita akan terbang setengah jam lagi, ucap Iksan.

lalu kenapa Lo masih diam disini cepat kita berangkat, bentak Ravael, hendak berlari keluar.

maaf tuan, ucap Iksan

apa lagi bentak Ravael

maafkan saya tuan tapi apakah tuan yakin keluar dengan jubah mandi, ucap Iksan gentar.

ah sial ucap Ravael, berlalu meninggalkan Iksan menuju lemari pakaian, dan semakin sial karena ini bukan kamar hotel yang di booking nya melainkan kamar Karina, jadi wajar saja tidak ada pakaiannya disana.

dengan kesal Ravael menatap Iksan, lalu Iksan menyerahkan pakaian Ravael.

kenapa dari tadi kamu tidak memberikan nya pada ku ucap Ravael sambil mengepalkan tangannya, seakan menatap tajam Iksan.

bukannya anda yang pergi tanpa bertanya dulu pada saya batin Iksan.

Ravael mengenakan pakaian tanpa memakan waktu lama.

tiba-tiba handphone Ravael berbunyi menandakan ada notifikasi chat, lalu Ravael melihat siapa yang mengirim chat tersebut, dan ternyata itu pesan dari Karina.

💌Apabila diriku bukanlah bagian dari cinta mu, maka setidaknya aku adalah salah satu orang yang selalu menyebutmu dalam doaku. merelakanmu pergi bukanlah pilihan terbaik, namun meminta agar dirimu kembali pun bukanlah hal yang tepat.

Bak alas dari kaca lantas berjalan diatas paku, setapak demi setapak pedih amat tercampak, memendap pedih kelu saat kau sebut dia di hadapanku saat kita bersama.

Saling mengenal dengan dirimu semudah hembusan nafas, namun melupakanmu sesulit aku mengambil bulan

Biarkan saja berjuta kata terangkai dalam benakku yang masih tak berani menampakkannya di depanmu. Namun tanpa kusadari ternyata pikiranku telah jauh menguasai hingga berharap bisa bersanding denganmu.

Awalnya dirimu yang mengulurkan tangan untuk sekedar menjadi pasanganmu, namun seketika dirimu bosan aku dicampakkan, seraya dirimu dengannya. Aku adalah orang yang kan selalu menjaga indahnya kisah kita, walaupun pelangi tidak akan selamanya ada.

Seperti malam, ia pun turut berduka saat tahu diriku bukanlah untukmu Lantas harus bagaimana diriku melupakanmu? Setiap nada adalah suaramu dan setiap hempasan angin adalah detak jantungmu. Ketika mengenal dirimu seringan cara mengambil nafas, maka melupakanmu seperti halnya ku berhenti bernafas. Aku lebih baik tidur dan tak terbangun lagi karena terlalu pedih jika harus membuka mata tanpa hadirmu disisiku.

Dulu dirimu pernah membuatku terbang bahkan hingga naik ke bintang – bintang, namun kini diriku kau hempaskan jauh ke dalam jurang yang curam. Ragaku memang terlihat masih tetap seperti dulu, tapi tidak dengan hatiku.

mungkin saat kamu membaca pesan ini kamu tidak akan pernah bisa menemukan diriku lagi. Dapatkah aku egois berharap dirimu menungguku sejenak, paling tidak hingga hatiku sembuh dari luka yang tengah menganga ini. selamat tinggal Ravael, terima kasih untuk semuanya dari yang mencintaimu Karin.

tanpa terasa air mata Ravael jatuh dan Ravael terduduk di di lantai kamar hotel.

tuan apa yang terjadi ucap Iksan.

Ravael tersadar dan berusaha menghubungi Karina namun nomor Karina sudah tidak aktif lagi.