Chereads / Yogyakarta in Love / Chapter 3 - |YIL 02|

Chapter 3 - |YIL 02|

Kata siapa jadi jomlo itu sengsara?

•||•

Tepat pukul 18.10 waktu Indonesia Barat, mobil yang ditumpangi Sabima dan juga Erlangga sampai di parkiran stasiun kereta api Senen. Jarak dari rumah ke stasiun memanglah dekat. Sehingga Erlangga maupun Bima masih bisa santai dalam mengendarai kendaraan mereka.

"Hati-hati, Mas. Kalau di sana nanti jangan lupa makan."

Erlangga terkekeh, sedangkan tangannya menyambut tas Eiger berwarna hitam dari tangan Bima lalu menggendongnya di punggung. "Tenang aja, Bima. Gue tinggal di sama empat tahun. Jadi nggak usah khawatir, lah."

Sabima berdecih. Kakaknya memang pernah tinggal di Yogyakarta dulu. Selepas SMA, kakaknya itu memilih berkuliah di Yogyakarta karena mendapatkan universitas di sana.

"Iya deh, iya, yang pernah jadi mahasiswa rantau mah lebih tahu," ledek Bima pada sosok Langga.

Langga tertawa. Tangannya menepuk bahu adiknya beberapa kali. "Lo juga mahasiswa rantau, Bima."

"Rantau apaan? Gue kuliah di Bandung, tinggal di tempat Opa sama Oma, nggak kost-kostan. Apa rasa, Mas..."

Erlangga tertawa. "Ya kan sayang Bim kalau lo nge-kost. Lagian udahlah, udah lewat juga."

Sabima mengangguk membenarkan. Dirinya melirik jarum jam di pergelangan tangan kirinya. Sudah hampir jam 7 malam.

"Udah mau jam tujuh nih, Mas. Udah sana lo masuk."

Erlangga menyunggingkan sebuah senyuman, dan mempersempit jaraknya dengan sang adik. Memeluknya dengan erat. "Jagain Papa sama Ocha, Bima. Gue balik sebulanan lagi."

"Siap, Mas. Have fun, ya!"

•||•

Erlangga masuk ke dalam kereta ekonomi-bisnis jurusan stasiun tugu Yogyakarta dan melihat sekitar. Mencari tempat duduknya di kereta itu. Bibirnya menampilkan senyum tipis saat ia melihat kursinya sudah ada di depan mata.

Tangannya melepas ranselnya dari lengan, lalu menaruhnya di atas bagasi. Sedangkan dirinya mulai duduk dan membuka tas Eiger berwarna biru dongker di tangannya.

Bibirnya lagi-lagi menampilkan senyum kecil. Membayangkan akan kembali menginjakkan kaki di kota Yogyakarta, kota dimana ia menempuh pendidikannya selama tiga tahun setengah di salah satu universitas negeri di sana. Ah. Erlangga sungguh bahagia.

Yogyakarta yang penuh warna.

"Kalau Langga udah besar nanti, Ibu mau Langga ajak kemana?"

Mata Erlangga kecil menatap penuh binar ke arah sang Ibu—Safina—yang sedang mengusap-usap rambutnya dengan lembut. "Emang Langga mau bawa Ibu kemana?"

"Langga mau ajak Ibu jalan-jalan, sama kayak Papa ajak Bima dan Mama Hasna jalan, Bu."

Safina tersenyum miris. Ia mengusap kepala Erlangga sekali lagi sebelum mencium puncaknya. "Ibu mau ke Yogyakarta, Mas. Ibu mau kesana."

Erlangga tersenyum pedih. Debaran jantungnya tiba-tiba saja bertalu menggila. Ingatan pedih masa kecilnya mengambang bagaikan daun yang jatuh dari atas pohon ke dalam genangan air.

Ibu.

Ya Tuhan.

Andai saja, andai saja Ibu masih ada di sini. Andai saja Ibu masih bisa ia raba wajahnya, sudah pasti, Erlangga akan membawa Ibu kemanapun yang Ibu mau. Meskipun nyawa Erlangga adalah taruhannya.

Tapi sekali lagi, Erlangga tidak bisa. Tuhan lebih sayang dan cinta pada Ibu ketimbang dirinya. Dan Erlangga sudah mencoba untuk ikhlas. Cukup melihat Papa begitu menyayangi Ocha saja, sudah membuat Erlangga mau bertahan hingga saat ini.

Drt drrt

Ocha

Masssss!

Mas kok ke Yogyakarta nggak bilang Ocha?🥺

Erlangga tersenyum, tangannya menekan keyboard dan mengetikkan balasan pesan untuk adiknya.

Erlangga Mahardika

Kamu kan lagi honeymoon.

Masa mas ganggu kamu.

Iya. Ocha memang sudah menikah. Pernikahannya digelar sekitar 1 bulan yang lalu. Baik Ocha maupun Bima sama-sama melangkahi dirinya, tapi itu bukan masalah bagi Langga. Lagipula, dirinya yang masih ragu dengan pernikahan.

Ocha

Ish. Parah banget sih, Mas.

Yaudah kalau gitu Ocha titip oleh-oleh ya!

Erlangga Mahardika

Ya.

👍💜

Ocha

Tapi oleh-olehnya bukan makanan lho, Mas.

Erlangga berdecak samar.

Erlangga Mahardika

Apa?

Ocha

Ocha mau mas pulang nanti udah bawa calon istri sekaligus calon kakak ipar Ocha!

Have fun, maskuuh!

•••••

—cendoldawet!