Chapter 5 - Bab 4

KRING...

Bel tanda istirahat terdengar nyaring di SMA UNGGULAN PERTAMA. Inilah saat saat yang paling ditunggu para siswa yang sedari tadi mendengar suara perut protes minta diisi. Berbagai jajanan kuliner yang disediakan kantin sekolah ini sangat populer. Selain rasa yang nikmat ditambah kebersihan yang terjaga. Harga yang disajikan juga sangat beragam sesuai menu.

Para siswa juga bisa menikmati waktu istirahat dengan nyaman. Karena disekitar kantin terdapat taman dengan meja kursi yang nyaman untuk istirahat dan belajar kelompok.

Gazebo dengan atap menyerupai rumbai rumput juga didirikan di berbagai tempat. Pohon, bunga dan tumbuhan hijau lainnya tertata rapi untuk memperasri lingkungan. Maklum saja, sekolah ini termasuk sekolah elite dengan persyaratan penerimaan siswa baru yang ketat. Juga termasuk sekolah terfavorit se provinsi. Jadi fasilitas yang dimilikinya juga termasuk unggulan.

Kelas yang dimiliki di tiap tingkatan ada tujuh kelas. Dari tiap kelas, hanya kelas F saja yang memiliki keunggulan lebih dari kelas lain. Kelas ini hanya diisi oleh siswa pilihan dari keluarga donatur sekolah. Mereka dari kelas ini bahkan mendapatkan rest area pribadi di kantin dan taman. Siswa kelas lain tidak diizinkan menempatinya kecuali seizin anggota kelas F dan Kepala Sekolah.

Para siswa biasa sangat patuh dan mengetahui hal ini, karena keberadaan fasilitas tersebut atas donasi para orang tua kelas F. Bahkan berbagai fasilitas umum lainya juga biaya dari para donatur tersebut. Bersinggungan dengan mereka merupakan sebuah kesalahan. Untung saja sebagian besar penghuni kelas F adalah anak-anak yang tidak suka membuat masalah, jadi keberlangsungan kehidupan di sini sangat nyaman.

" Bebe,,keluar yuk. Cari angin di tempat biasa. " Ajak Himoto pada Bulan. Wajah yang imut dan dipaksa cemberut itu tambah membuat gemas siapapun yang melihat.

Gadis berdarah campuran indo-Jepang itu adalah teman sebangku Bulan. Gadis periang yang suka sembrono, tapi sangat sayang pada sahabatnya ini. Apalagi setelah tau keadaan Bulan, bukan hanya kasihan. Tapi lebih kepada perasaan kagum, merasa bersyukur, dan keinginan untuk menjadi sahabat yang membantu. Itulah yang membuatnya dekat. Juga kepribadian Bulan yang menyenangkan menurut Himoto.

" Males ah, pingin tiduran aja disini. Bising disana, gak tenang mau merem." jawab Bulan enteng.

" Ih Bulan nih. Dari tadi diem terus gak ada semangatnya kayak orang ditimpa kemalangan tiada habisnya. Kamu tuh butuh asupan pemandangan yang indah biar lebih fresh. Apalagi nanti bisa ketemu Kak Vian, ah langsung hilang semua energi negatif tergantikan dengan yang positif pake plus-plus." balas Himoto dengan wajah mesam-mesem gak jelas mirip seles abal-abal.

" Ngimpi! Liat bayangannya aja susah, apalagi aslinya. Terus saja berkhayal. "

" Khayalan yang indah disertai doa dan usaha pasti terkabul, ya kan ya kan. "

" Terserahlah." jawab Bulan putus asa.

" Ayolah Bebe, nanti cari tempat selonjoran deh, biar nyenyak tidurnya. Aku yang jagain." rayu Himoto dengan tangan membentuk tanda peace.

" Okelah, nurut sama Ibu Ratu." canda Bulan sambil memberi hormat ala-ala bangsawan.

Himo tertawa senang atas kemenangannya, berdua mereka mencari gazebo yang kosong untuk beristirahat. Tidaklah terlalu sulit untuk mendapatkan tempat kosong, karena sebagian besar siswa sedang memenuhi kantin dan taman sekitarnya yang luas.

Mereka mendapatkan gazebo di pojok taman. Lebih sepi dan tenang dari yang lainnya. Himoto membawa dua botol minuman dan sekotak bekal yang Ibunya persiapkan. Bulan juga membawa bekal makan siang sendiri, karena Dian selalu menyiapkan untuk mereka berdua. Bulan dan Agus.

Selain lebih hemat, hal tersebut menjadi kedekatan tersendiri bagi sebuah keluarga. Cinta dan perhatian ikut tersalurkan dalam setiap makanan. Walau menunya sederhana, tapi tetap terasa nikmat saat memikirkan kasih sayang dalam proses pembuatannya.

" Bebe, makan dulu yuk, baru istirahat! Kamu pasti capek akhir-akhir ini, untung bimbingan hari ini diliburkan. Jadi waktu istirahatmu bisa buat rebahan. "

" Iya sih, kemarin aku tanya-tanya kerja sambilan belum ada juga. Masih belum dapet. "

" Kan aku udah bilang, aku bisa pinjemin kamu uang dulu, nanti masalah bayarnya tunggu kerjaanya Mbak Dian lancar lagi. "

"Makasih Cantik, aku masih mau usaha dulu. Aku gak mau ngerepotin kamu. Kan masih lama juga, tenang aja pasti dapet kok. " jawab Bulan meyakinkan.

" Tuh kan, kamu gitu lagi ngomongnya. Gak ada yang namanya ngerepotin, kan nantinya juga kamu bayar. Mama aku juga pasti bantu kamu kok. "

" Aku tau niat baik kamu, makasih juga. Kalo sudah mentok usaha aku tapi belum dapet juga, aku kasih tau kamu deh. "

" Janji ya? " sambil meminta janji kelingking.

" Iya janji. " Bulan menyambut janji kelingking Himo.

" Sebisa mungkin aku cari cara sendiri. Aku gak mau menyusahkan orang lain, sekalipun kamu memaksa." batin Bulan.

Empat puluh menit sisa waktu istirahat. Bulan menyelimuti dirinya dengan jaket dan merebahkan diri dengan nyaman. Setidaknya dia bisa terlelap sejenak jika ada Himoto yang menemaninya di sampingnya.

Himoto duduk di tepi sambil membaca komik yang diam-diam dia sembunyikan dalam buku pelajarannya.

Dia memang seorang wibu, walau tidak terlalu fanatik tapi setiap ada kesempatan untuk membaca atau menonton anime dia pasti melakukannya.

" Duh,,cemilan abis nih,,nyari bentar ah. Jadi pingin yang pedes-pedes. " Dia melirik Bulan, karena seperti tertidur pulas, bakalan aman kalau ditinggal sebentar ke kantin buat beli makanan. Jarak antara kantin dan gazebo juga tidak terlalu jauh, jadi dengan segera dia pasti kembali. Pikiran itu yang membuatnya urung berpamitan dengan Bulan.

Baru saja Himo beranjak pergi, dua orang pemuda berjalan ke arah gazebo Bulan dan bersandar di sisi sampingnya. Bulan yang sedang terlelap berada tepat di sisi bawahnya tidak terlihat dan menyadari kehadiran kedua orang tersebut.

" Lama-lama bikin kesel juga tuh cewek. Makin gak jelas dan gak tau malu. Masa sampe masuk toilet cowok gara-gara kamu nolak dia berkali-kali ? Lagian kalo aku jadi kamu juga ogah banget sama cewek menye kayak dia, tapi gak nyangka dia segitu gilanya. Bikin sakit kepala aja. "

" Gak tau lagi deh, udah capek aku mikirnya. Tiap hari diteror hal gak penting, padahal ini lagi fokus sama olimpiade. Ada aja yang bikin beban. "

" Makanya, jangan terlalu ngasih hati ke cewek. Di baikin sedikit aja langsung deh dikiranya kamu naksir dia. "

" Lha, malah aku disalahin. Dia lagi kesusahan waktu itu, masa minta tolong aku diemin aja? Bantuin mikir dong, biar dia berhenti bikin rusuh. Bukan ngasih solusi malah marah-marah. "

" Kalo dia ngebet banget sama kamu karena tau kamu masih single, gimana kalo bikin pengumuman kamu udah punya pacar. " usul Hendra.

" Terus kalo dianya tanya sapa pacarku mau jawab apa? Aku gak mau ya jadiin orang kambing hitam lagi, bisa-bisa cewek yang aku sebutin jadi bahan perburuan baru. Ogah ah...sebisa mungkin gak mau ngelibatin orang lain dalam hal ini. " tolak Pandu.

" Ya elah, asal ngarang aja. Kalo bisa bilang yang jauh, biar dia gak bisa cari informasinya. "

" Kalo gak bisa cari info kebenaranya, apalagi jauh percuma dong bilang udah punya pacar. LDRan gitu malah bikin dia kesempatan. "

" Iya juga ya, cewek macam Siska mana bisa diusir pake cara gitu. Kayak dulu aja Pan, jadiin aku pacar kamu lagi. Bikin dia ilfil sama kamu. " rayu Hendra.

" Heh, kamu tau kan. Gara-gara waktu SMP kita kayak gitu, butuh waktu dua tahun buat ngilangin rumor itu. Gila apa diulangi lagi? " Jawab Pandu sewot.

" Ya kan sekarang Papa sama Mama kamu udah tau semua alasannya, kalo dijelasin lagi bakalan ngerti kok. Mumpung aku yang nawarin nih, gak kayak dulu kamu yang maksa aku. Jadi bakal totalitas tanpa batas. " sanggah Hendra sambil tertawa lepas.

" Gila nih anak, gak mau,, ogah. "

" Ayolah Pandu, jadiin aku pacar kamu. Aku mau liat reaksi Siska nantinya. Ayolah sayang. " rayunya pada Pandu.

" Enggak. "

" Ayolah, masa kamu mau dikutit Siska terus, kalo sama aku kamu bakalan aman, aku beneran jengah nih liat dia nempelin kamu kayak alteko. Kali ini aku gak minta bayaran kok. Terima ya sayang, jadiin aku pacar kamu lagi. "

" Hufh....oke kalo begitu. Tapi jangan sampe kayak dulu lagi ya, tau! Aku gak mau nanggung resiko lebih. "

" Oke, janji deh! Mulai saat ini kita pacaran. Aku gak sabar liat reaksi Siska nantinya. " kata Mahendra disertai senyum jahat.

Pada saat itu, Bulan terbangun dari tidurnya karena suara berisik di samping gazebonya. Saat dia akan bangun, dia mendengar acara penembakan yang anehnya terdengar suara sesama lelaki. Dia terbangun dan melihat Pandu dan Mahendra yang berdiri di tepi luar gazebo. Syok, ketiga orang tersebut saling berpandangan tanpa ada yang bisa berbicara sampai waktu yang cukup lama.

" Ah, maaf! Anggap saja aku tidak ada, silahkan lanjutkan aktifitas kalian. Aku tidak mendengar apa-apa, bukan siapa-siapa. " Bulan yang tersadar duluan langsung membereskan barang-barangnya dan langsung kabur tanpa menunggu jawaban dari dua pria yang terdiam melongo.