" Siapa Pan ? kenal gak ? "
" Entahlah, kayaknya pernah liat tapi gak yakin siapa. Sial, barusan tu cewek denger obrolan kita. "
" Eh, iya ya. Baru sadar juga aku. " balas Hendra disertai tawa garing. Tapi hanya sesaat sebelum dia menepuk jidatnya sendiri.
" Mampus, kalo rencana kita ketahuan gimana? Bakalan susah nih. " seru Hendra.
" Kayaknya enggak deh, dari tampangnya tadi bukan tipe cewek ember yang suka ngegosip. Tapi kita liat aja nanti, kalo sampe ada omongan tentang ini, kita cari dia . "
Di sisi lain, Bulan yang berlari sambil membawa barang mereka hampir menabrak Himoto yang tiba - tiba merentangkan tangan menghalangi jalannya.
" Eh...eh...kamu kenapa lari-lari kayak gitu? Sampe gak liat aku didepan mau ditabrak juga. " tanya Himoto kaget.
" Sorry-sorry, gak sengaja. Sumpah syok banget akunya, serasa mau copot nih jantung. " jawab Bulan sambil terengah - engah.
" Emang ada apa Beb? ketemu setan ya? ih, masa siang - siang gini setan udah jalan - jalan, kan belum waktunya. Lagian mana ada Bebeb takut setan, adanya setan yang takut sama Bebeb. " Himoto cekikikan melihat temannya yang sedang menarik nafas putus - putus.
" Ngawur, dari mana kamu tau setan ada jadwal jam keluar? suka - suka dia mau nongol jam berapa, lagian kamu kemana sih, ninggalin anak orang sendirian gak pake pamit. Kalo pas aku tidur ada orang niat jahat mau ngapa - ngapain aku gimana? "
" Iya maaf, tadi mau beli cemilan temen baca. Baru bentar juga kok Aku pergi Beb, serius! Tapi Bebeb gak ketemu orang jahat kan makanya lari - lari? "
" Enggak, yuk balik kelas dulu nanti Aku ceritain. "
Sesampainya di kelas Bulan menceritakan dengan singkat apa yang dia dengar saat Himoto pergi. Sang teman hanya bisa menahan nafas melongo kaget, karena siapa saja pasti tau siapa Pandhu dan Mahendra. Dan Himoto adalah salah satu penggemar berat dari Mahendra Alviano.
Antara percaya dan ragu - ragu apa yang dia dengar ada suatu kesalah fahaman. Secara semua orang tau, Mahendra adalah cowok keren dengan senyum manis yang melelehkan hati gadis dan tipe penggoda gadis secara terang terangan ternyata penyuka sesama jeruk?
Memang ada kesalah fahaman disini. Saat Bulan bangun, ia hanya mendengar saat Hendra merengek untuk dijadikan pacar oleh Pandhu. Untuk percakapan awalnya dia sama sekali tidak mendengar. Dipihak lain Pandhu dan Mahendra juga salah mengira bahwa gadis tadi tau semua percakapan mereka.
Bel akhir sekolah berbunyi, Himoto masih linglung dalam pikirannya. Sementara Bulan dari tadi mewanti - wantinya agar soal ini tidak diketahui orang lain. Bukannya tidak percaya pada sahabatnya, tapi Bulan ngeri membayangkan sanksi apa yang akan dia terima bila warga sekolah tau bahwa dua orang pria kelas favorit terlibat skandal percintaan sejenis. Pasti dia tidak bisa di lepaskan begitu saja. Padahal impiannya adalah hidup tenang semasa SMA, mendapatkan hasil belajar yang memuaskan sehingga bisa membanggakan mbak Dian dan menjadi motivasi bagi adik pantinya.
Jika sampai dia bermasalah, apalagi dengan siswa favorit, maka mimpinya akan segera berakhir. Bulan memang bukan termasuk gadis lemah yang bisa ditindas sesukanya, tapi dia tau pasti antara kekuatan diri dan kekuatan kekuasaan. Semakin dia berfikir banyak, semakin murung dia terlihat. Belum lagi masalah kerja sambilan yang belum didapatkannya, membuatnya berjalan menunduk sepanjang perjalanan pulangnya.
Tanpa dia sadari dia berjalan ke arah yang berlawanan dari rumahnya. Dia berdiri disana, di keramaian tempat berbagai macam bangunan berdiri untuk berjualan. Setelah menghela nafas panjang dia memutuskan duduk di sebuah bangku dekat taman yang sejuk. Mencoba memikirkan solusi dari masalahnya. Tanpa sengaja sebuah koran tertinggal di sebelahnya berisikan berbagai lowongan pekerjaan tertera.
Melihat sekitar dan merasa tidak ada pemilik koran tersebut secara iseng Bulan membaca dengan seksama segala macam lowongan yang tertera di sana. Memang, kebanyakan iklan menentukan syarat minimum lulusan SMA, D3, sampai Strata 1. Didampingi pengalaman dan semangat kerja tinggi. Bulan hanya punya semangat saja, hal lain dia masih belum memenuhi syarat.
Saat fokus dengan pencariannya, seseorang duduk disampingnya untuk menerima panggilan. Bulan hanya melirik sekilas pada pria disampingnya, walau bangku taman lumayan panjang tapi dengan sebelah tangan pria yang terlentang di bahu kursi membuatnya kurang nyaman.
" Lakukan sesuai perintah. " kata pria di samping Bulan.
Pria itu melirik Bulan, memperhatikan seragam yang dikenakannya. Memang tidak terlalu buruk, hanya saja orang bisa melihat bahwa seragam yang dikenakannya sederhana. Sepatu dan tas samping yang rapi tapi bukan barang baru atau bermerk. Sedang wajah Bulan terlihat serius membaca koran lowongan pekerjaan.
" Aku beri waktu tiga hari. Semakin cepat semakin baik juga untuk kalian. " jawab pria itu santai saat orang di seberang telfon bertanya.
" Karena hatiku sedang baik sekarang, aku akan membiarkan kalian menikmati hasilnya. Tenang saja, aku orang yang menepati janji. "
Senyum pria itu memang terlihat manis sekali, bibir merah tipis yang terangkat ditambah mata yang sedikit menutup disaat dia tersenyum menambah kesan cool ala oppa-oppa Korea. Tapi jika dilihat lebih dalam, hanya ada rasa sakit yang menusuk dalam senyum itu. Seperti hal buruk akan segera terjadi setelahnya. Setelah menutup panggilannya, pria tersebut berbalik ke arah Bulan dan menyapa dengan ramah.
" Hai, pulang sekolah ya? aku Aciel, kamu? " dia menatap Bulan sambil menyodorkan tangan.
Tidaklah sopan jika Bulan menghiraukannya, jelas-jelas dia sedang menunggu Bulan merespon sapaan perkenalannya. Bulan cukup kaget, karena setelah dilihat seksama pria disampingnya sangat tampan dan terlihat lembut. Terlebih kulitnya sangat mulus seperti seorang artis Korea yang tayang di televisi. Yah walau Bulan juga tidak pernah mantengin drama Korea, tapi mungkin seperti itu penggambarannya menurut Bulan.
" Bulan. " jawabnya singkat sambil menjabat tangan Aciel. Pantes dari tadi cewek yang lewat pada pelan-pelan jalanya pas didepan kami, ternyata mau lama-lama mantengin cowok cakep ini. Batin Bulan.
Padahal Bulan juga seorang gadis yang pasti jadi perhatian, dengan ditambah sedikit saja polesan seorang gadis, pasti menambah pesonanya. Sayangya dia tidak terlalu menyadarinya. Berpenampilan sederhana, dan kadang malah cuek bebek malah membuatnya merasa nyaman.
"Pelit banget Dek jawabnya, cuma satu kata doang, jadi sedih nih. " balas Aciel sambil memasang wajah sedih.
"Oh, maaf. Aku cuma agak canggung sama orang yang baru kenal. "
" Kalau gitu biar lebih akrab kamu panggil aku Kakak aja, lagian mungkin cuma beda 3 atau 4 tahunan aja. "
" Oke, boleh panggil Kak Ciel? " tanya Bulan.
" Dengan senang hati. By the way kayaknya lagi liat lowongan kerja, lagi butuh ya? Kayaknya aku tau tempat yang bisa kamu coba. "
Bulan sempat sedikit curiga dengan pria ini, baru juga kenal tapi sudah nawarin kerja dengan mudah. Apalagi dia sedang memakai seragam sekolah. Secara tidak langsung yang dicari adalah kerja sambilan yang bisa di jalankan seusai sekolah. Jangan-jangan orang ini memberi pekerjaan yang bukan-bukan. Jaman sekarang pasti banyak yang gadis remaja yang mudah dibohongi. Ekspresi wajahnya nenunjukkan rasa curiga. Melihat itu Ciel tertawa lepas.
"Hahahahaha,, wajahmu sangat jujur. Semua kecurigaanmu terbaca jelas. " Ciel masih saja tertawa dan Bulan hanya melongo melihat tingkah orang didepannya.
" Tapi tenang aja, Kakak gak bohong kok. Kakak kenal pemilik sebuah cafe, dan memang dia sedang butuh karyawan. Kamu bisa cek sendiri lokasinya, benar sebuah cafe atau tempat mencurigakan. Ini kartu nama Kakak, kalau ada apa-apa bisa telfon saja. " Ciel menyerahkan sebuah kartu nama pada Bulan yang masih melongo terdiam.
"Sampai jumpa Adik manis. " kata Aciel sambil mengacak puncak kepala Bulan sebelum berlalu pergi. Terlihat seperti adegan manis dalam film romansa. Sayangnya sang pemeran wanita malah masih bengong dengan kartu nama di tangannya dan rambut yang seperti sarang burung baru dibuat.