Di sebuah dunia dimana teknologi sudah sangat maju ini, manusia menjadi semakin serakah dan rakus akan kekuasaan dan kekuatan. Mereka saling bertarung dengan cyborg yang mereka miliki untuk mendapatkan uang, kekuasaan, atau hanya bertarung demi kesenangan.
Selain melakukan pertarungan cyborg, kini sesuatu yang disebut dengan "sihir" dapat dilakukan dengan bantuan sebuah alat canggih.
Membekukan benda? Menghancurkan sebuah gedung dengan satu pukulan? Bahkan terbang ke langit—bukanlah sesuatu yang mustahil lagi.
Dengan canggihnya dan terus berkembangnya teknologi, manusia sudah membuat beberapa keajaiban dari teknologi.
Membangun sebuah gedung yang menembus awan, sebuah mobil terbang, membuat dan menghidupkan sebuah entitas yang sudah punah atau makhluk fantasi juga mereka dapat melakukannya.
Pada tahun 7823, sebuah insiden yang hampir memusnahkan umat manusia untuk kesekian kalinya terjadi. Para ilmuwan dan ahli teknologi yang berusaha membangkitkan sebuah monster dan membuka gerbang antar dimensi melakukan kesalahan fatal.
Monster kadal besar atau naga yang mereka bangkitkan, mengamuk dan membuka gerbang dimensi yang mereka buat juga. Monster-monster besar berdatangan ke Gaia (Bumi) dan memporan-porandakan semuanya.
Meskipun 60% populasi manusia berkurang, untungnya teknologi canggih mereka berhasil membunuh semua monster yang datang ke Gaia—mencegah turunnya populasi lebih banyak lagi—dan menutup gerbang dimensi hanya dalam 3 minggu.
Namun karena kejadian itu pula, manusia-manusia hybrid ikut bermunculan dan tentunya para hybrid ini tidak pantas disebut manusia karena mereka hanya membawa bencana pada umat manusia dengan kekuatan mengerikan yang mereka bawa sejak lahir.
Pemerintah pusat Gaia memerintahkan untuk memburu semua hybrid yang ada di pelosok dunia.
Bagi siapa saja yang berhasil menangkap Hybrid hidup-hidup akan diberi hadiah yang besar! Begitulah katanya.
Namun, itu hanyalah sebuah omong kosong belaka. Memerintah untuk menangkap Hybrid sisanya mereka yang akan mengeksekusi kematian para Hybrid. Namun nyatanya, mereka meneliti setiap sel tubuh para Hybrid dan pada akhirnya dapat menciptakan obat yang memberi mereka kekuatan sihir.
Pada tahun 7840, manusia sudah semakin berkembang, tak hanya teknologi. Mereka sudah berkembang menjadi makhluk yang mempunyai kekuatan sihir seperti para Hybrid.
Bedanya, mereka hanya memiliki kekuatan sihir saja, penampilan mereka tetap seperti manusia. Beda dengan Hybrid, mereka membawa kekuatan sihir alami dan penampilan mereka terlihat seperti setengah manusia dan setengah makhluk lain.
Tahun 7846 adalah tahun kemerdekaan para Hybrid, mereka berhasil membunuh pemimpin manusia dan menguasai setengah wilayah yang dulunya dikuasi oleh manusia untuk mendirikan kerajaan mereka.
7850, kedua belah pihak sama-sama khawatir dan mereka memutuskan untuk berdamai dan dunia kembali menjadi damai....
***
Tahun 7877, Ragnar.
Sebuah negara kecil yang diapit dua negara besar namun memiliki sumber daya yang melimpah—menjadikan negara tersebut pusat utama industri besar yang dikelola oleh Hybrid dan Manusia.
Negara ini memiliki beberapa masalah sekarang, seperti perampokan dan penghancuran fasilitas industri oleh sekelompok yang menentang perdamaian Hybrid dan Manusia.
"Gahahaha!!! Kalian tidak akan pernah bisa menangkap kami!!"
"Berhenti!!"
Seorang petugas keamanan dengan seragam cyber menembakkan sebuah bola listrik dari tangannya lalu mengenai sebuah bangunan tinggi dan meledak.
"Hahaha! Akurasimu parah sekali kawan!!"
"Anak-anak nakal itu terus saja mengganggu waktu istirahatku, sialan."
Petugas keamanan itu hanya melihat keempat pemuda itu melarikan diri dengan melompati atap-atap bangunan.
Keempat pemuda tersebut tertawa keras di udara setelah berhasil melarikan diri. Mereka turun dan berlari ke sebuah gang kecil untuk bersembunyi. Salah satu dari mereka memeriksa keadaan di jalanan dan di udara, setelah memastikan semuanya aman, dia ikut bergabung ke dalam kelompok.
"Bagaimana hasil hari ini?"
"WOOHOOO!! Sebuah tangkapan besar!!"
Laki-laki berambut oren berseru ketika melihat isi dari kantung besar yang dia bawa. Di dalam kantung tersebut adalah sebuah telur besar yang memiliki sisik merah di bagian bawahnya.
"Apa ini telur naga?!"
Laki-laki berambut perak mengangkat dan mengeluarkan telur itu dari kantung lalu menaruhnya di tanah.
"Kelihatannya begitu..."
Rekan mereka yang memakai kacamata dan berambut coklat mengelus telur itu dan mengetuk bagian atasnya, lalu telur itu bergerak sedikit membuat mereka kaget.
"APA AKU TIDAK SALAH LIHAT, TELUR INI TADI BERGERAK KAN?!!"
"Aku juga melihatnya bergerak..."
"Kau terlalu berisik, Yonmu! Bisakah kau tidak berteriak dekat telingaku?"
Telur itu tiba-tiba menggelinding sendiri dan membuat ketiga orang itu menjerit, tangkapan mereka yang mempertaruhkan nyawa untuk mendapatkannya akan terbuang sia-sia.
"TA-TANGKAP!!"
Telur itu bergelinding lalu berhenti di dekat kaki seseorang.
"Fuuhh...."
"Telurnya berhenti."
"NICE CATCH! ZAKIEL!!"
Laki-laki berambut hitam bermuka dingin itu merendahkan tubuhnya lalu mengambil telur tangkapan mereka.
Ketika dia menatap telur tersebut, jantungnya berdetak sangat cepat dan matanya terbuka lebar.
Dia mendengar suara yang memanggilnya di kepalanya, suara nada tinggi seorang perempuan.
"Hhgg."
"Kau ini kenapa menatap telurnya seperti itu? Apa kamu ingin memakannya, HAH?!!"
"Berisik ah, nih kukembalika—"
"Nah nah nah, berhenti disana kalian."
Suara tersebut datang dari arah belakang laki-laki bernama Zakiel. Bulu kuduk keempat pemuda tersebut berdiri dan badan mereka bergetar hebat.
Seorang pria baruh baya berjalan memasuki gang kecil dimana empat pemuda itu bersembunyi.
"Kamu!!?"
Laki-laki berambut perak bicara dengan nada marah ketika melihat pria tersebut, dia hendak maju ke depan sana untuk memberikan pria itu sebuah pelajaran, namun temannya yang berambut oren—Yonmu—dan yang berkacamata—Glider—menahannya.
Pria paruh baya itu menatap telur yang dibawa oleh Zakiel, lalu empat pemuda tersebut lagi-lagi ditekan oleh aura dari pria itu.
"Kalau tidak salah kamu itu Zakiel? Lalu temanmu yang marah itu adalah Darc dan yang menahannya Yonmu dan Glider, kan."
"Kau disini bukan untuk itu, kan? Apa ini yang kau cari?"
Zakiel mengangkat telur itu ke atas, terlihat tangannya yang mencengkram kuat telur itu—dia berniat untuk menghancurkannya.
"OI ZAKIEL, APA YANG KAU PIKIR KAU LAKUKAN?!"
"Zakiel melakukan hal itu, dia pasti menyadari bahwa itu adalah barang yang sangat berharga bagi pihak mereka. Dia berusaha menggertaknya...."
Pria baruh baya itu terkekeh lalu menyalakan rokoknya.
"Kamu pasti berpikir itu adalah barang berharga, kan? Dan kamu menggertak akan menghancurkan telur di tanganmu itu? Hancurkan saja."
Pria itu menggertak balik mereka, Zakiel jadi berpikir apa telur ini benar-benar berharga bagi mereka apa tidak, sementara Glider mencoba berbisik padanya.
"Dia hanya menggertak, kita lari saja, bawa telur itu...."
Keraguan Zakiel semakin besar, dia mencoba untuk melakukan seperti yang temannya katakan, tapi itu percuma. Pria di depannya pasti akan membunuh mereka jika membalikkan badan mereka padanya.
Lalu, sebuah suara tinggi kembali muncul di kepalanya.
"Lari ke pintu besi di sampingmu...."
Mendengar saran dari suara tersebut, entah kenapa hatinya merasa ingin mengikuti perkataan suara misterius itu.
Zakiel memberi isyarat tangan ke belakang, temannya menyadari itu dan mengetahui harus melakukan apa.
"Oh, pada akhirnya kalian memutuskan untuk melarikan diri lagi? Baiklah, baiklah, aku akan memberi kalian waktu 3 detik untuk pergi sejauh-jauhnya dariku."
"APA KAU MEREMEHKAN KAMI PAK TUA SIALAN?!"
Pria itu tersenyum dan menatap sinis Yonmu. Baginya, mereka hanyalah seekor hama kecil yang mengganggu sawahnya.
Glider menepuk pundak Yonmu dan Darc, mereka melihatnya lalu mengangguk pelan. Saat itu juga, pria tersebut memulai hitungannya.
"Satu...."
Glider mendorong Darc dan Yonmu menuju pintu besi di samping kanan mereka. Pintu itu terkunci, mereka mencoba mendobraknya.
"Dua...."
Zakiel menyusul temannya ke sana lalu menempatkan tangannya di atas sensor pintu besi. Lalu, tepat pada hitungan ketiga, pintu tersebut terbuka dan mereka langsung berlari ke dalam.
"Fuhh, anak-anak sekarang sungguh menyebalkan...."
Pria paruh baya itu berjalan menuju pintu besi yang terbuka kemudian matanya terbelalak terkejut karena di balik pintu besi itu bukanlah sebuah ruangan, melainkan sebuah tembok, lantas kemana perginya empat pemuda tadi.
Pria itu menggaruk kepalanya dan tertawa melihat ke langit.
"Hahahaha, mereka anak-anak yang menarik!"