Baru sampai di Shanghai kami sudah disambut oleh gerombolan mutan-mutan kelas rendah yang terlihat sangat kelaparan.
Namun dengan gerombolan mutan ini aku bisa mencoba kekuatan baru Raijin.
"Thunder Clap!".
Aku menepuk kedua tangan dan mengeluarkan petir yang menyambar lurus kearah para mutan. Lalu aku menggunakan pedang Thanher dan Sukogenyu secara berbarengan.
"X-Cross Slash!".
Tanpa Laskara aku bisa menggunakan teknik ini asalkan aku menggunakan dua pedang. Tapi sekarang X-Cross Slash itu berkekuatan petir Raijin yang membuat siapapun terkena petir itu langsung terbakar hangus.
"Hebat…," ucap kagum Naura.
Dari tadi aku yang mengurus para mutan sedangkan mereka berempat hanya memperhatikan aku dari kejauhan. Kekuatan tombak mereka itu hampir sebanding dengan kekuatan ku yang sekarang, karena itu mereka akan sangat berguna jika kami bertemu dengan mutan kelas S.
"Antara, apa kau tidak menggunakan Laskaramu?," Tanya Naura.
"Hmm Lasakraku dicuri oleh seseorang," jawabku.
"Kok. Bisa?," Tanya Noura.
"Hmmm ceritanya panjang. Tapi yang mencuri Laskara ku berada di kota ini, aku yakin itu," jawabku.
Walaupun kau sudah keluar dari tubuhku aku tetap bisa merasakan hawa keberadaan mu, Allain. Kita berdua adalah satu orang sama dengan kepribadian yang berbeda tapi pikiran kita satu.
(Antara diatas!)
Peringatan bahaya Raijin mengarah kepada entitas yang hendak terjun menerjang ke arahku. Badan yang besar serta wajah yang sudah tidak asing dimataku. Aku menghindari terjangan udaranya lalu menembakkan garis lurus petir putih kearah nya. Terjangannya memang tidak mengenai ku tapi dia membuat gempa kecil akibat dari terjangannya. Lalu serangan petir ku juga berhasil ditangkis olehnya dengan kedua tangan.
"Siapa sangka kita akan bertemu disini! Om Yudha!".
"Lama tidak berjumpa Antara."
Om Yudha berlari dan meluncurkan pukulan yang penuh dengan amarah. Aku menangkisnya dengan Thanher dan Sukogenyu, lalu aku melancarkan X-Cross slash untuk menyerang balik.
"Kalian berempat jaga belakangku! Aku merasakan ada gerombolan mutan kelas B dan A sedang menuju kearah kita!!," teriakku.
"Baik!," Jawab mereka.
Om Yudha yang terkena X-Cross slash termundur lumayan jauh. Aku tidak berhenti disitu, dengan kecepatan tinggi seperti petir aku menebas tangan kanan om Yudha.
"Thunder Step."
Om Yudha nampak terkejut dengan serangan super cepat ku. Aku juga kaget sebetulnya dengan kekuatan baru Raijin ini. Memang nama Dewa Penguasa Element bukan hanya sekedar nama.
(Tentu!)
Ah.
*Traaakkk *buzaaarrr *craaakkk
Heboh sekali dibelakang. "Kalian jangan terlalu gega—".
Mataku terbelalak melihat pemandangan yang mengerikan yang ada dibelakang ku. Darah kuning mutan memenuhi jalanan, mutan-mutan kelas A ditusuk di tombak layaknya sate, dan Neura… tertawa seperti orang gila sambil merobek-robek mutan yang ada dengan tangannya.
(Mereka… kuat juga ya.)
Iya, wajar saja mereka diberi julukan 'Starving Wolf' oleh paman Kario.
Saat aku kagum dengan kehebatan mereka, aku tidak sadar jika Om Yudha berada diatas lagi untuk menerjangku. Tangannya juga sudah beregenerasi kembali, kalau begini aku harus menggunakan Thunder Step lagi—
Raijin apakah masih sempat aku menggunakan itu?
(Kita adalah petir, kecepatan kita tidak sebanding dengan mahluk bongsor itu.)
Kalau begitu akan ku gunakan teknik rahasia Raijin.
Aku menggabungkan Thanher dan Sukogenyu seolah-olah menjadi Greatsword. Lalu aku mengisi petir alam yang ada disekitar ku dan dalam hitungan satu detik saat kepalan tinju nya sudah sejengkal di kepalaku, aku menusuk perut om Yudha dengan Thanher dan Sukogenyu yang ku gabungkan lalu melompat dan menendang punggung om Yudha kebawah dengan sangat keras.
"Blitz Qualen!".
Om Yudha langsung tidak bisa bergerak karena petir yang ada di kedua pedang ku menahan gerakan om Yudha.
Kuakui kalau kekautan Raijin benar-benar menakutkan, aku saja belum memakai Zirah Dewa Petir Raiga. Kalau aku memakai zirah itu aku tidak bisa membayangkannya.
(Antara, dia Awakening.)
Aura merah mengelilingi om Yudha. Dia dapat berdiri dan melepas kedua pedangku, memang kalau Awakening kekuatan sebenarnya akan kelihatan.
"Kau sudah bertambah kuat ya bocah nakal."
"Sudah lama sekali aku tidak mendengar julukan itu."
Aku menggunakan petir sekitar untuk menarik kedua pedang ku kembali ke tanganku. Ini baru pertarungan yang sesungguhnya.
Kami berdua memasang kuda-kuda terbaik kami dan menunggu siapa yang bergerak duluan.
…
…
Karena tidak ada diantara kami yang ingin bergerak duluan, akhirnya kami bergerak bersamaan dengan kecepatan tinggi yang tidak bisa dilihat oleh manusia biasa.
Kami bergerak sangat cepat, sehingga setiap kami adu serangan hanya terlihat cahaya petir putihku. Aku jamin sekarang para 4 bersaudari itu sedang tercengang dengan pertarungan secepat kilat ini.
Kami terus-menerus bergerak secepat kilat dan adu serangan sampai kami berdua kelelahan. Lalu untuk mengakhiri adu kecepatan dan kekuatan, aku melancarkan X-Cross Slash untuk melukai dadanya.
"Si-Sial… aku kehabisan nafas."
(Atur nafasmu! Kau terlalu gegabah sampai menggeluarkan X-Cross Slash diakhiran.)
Gegabah? Aku rasa tidak, lihat saja didada nya.
Dadanya terluka lumayan parah dengan bekas lukas X. Dulu aku pernah menusuk badannya yang tebal itu dengan tombak Izanagi-No-Mikoto hingga berlubang. Ah, bukan aku tapi Allain waktu dia masih baik.
Tombak dewa Izanagi bukanlah tombak yang sembarangan, tombak Izanagi memiliki kutukan yaitu siapapun yang dilukai oleh tombaknya maka tubuhnya akan menjadi lemah dan tidak bisa disembuhkan oleh obat apapun kecuali tombak Izanami.
"Luka lama tidak akan pernah disembuhkan kau tau kan paman?," Ucapku dengan keras.
Regenerasi bekas X-Cross Slash terlihat lebih lambat. Titik lemahnya ada di bekas X-Cross Slash, kalau begini aku akan mengakhirinya dengan satu serangan lagi.
"God Thunder Armor : Raiga!".
….
Woi Raijin kau tidak pernah bilang jika saat menggunakan Zirah Raiga membuat tubuhku…. Sebesar ini….
(Kekuatan besar butuh wadah yang besar.)
Sekarang tubuhku dua kali lipat tingginya dibandingkan dengan om Yudha. Namun kekuatan yang menakjubkan mengaliri keseluruh tubuhku.
"Sesuai namanya….," Ucap Niura.
Aku melihat kearah mereka berempat. "Cari tempat berlindung, karena aku akan membunuh orang ini."
(Kau yakin Antara?)
Aku yakin. Dia bukan lagi manusia.
….
Mendengar peringatan ku, mereka berempat langsung menjauh dan mencari tempat berlindung.
Om Yudha masih berusaha menyembuhkan luka didada nya dan selagi dia meregenerasi dadanya, aku mengaliri kedua pedang untuk menggunakan teknik pedang dewa petir.
"Om Yudha, bagaimana kau tau tentang Chartaphilus?," Tanyaku.
Dia dan King pernah menyinggung tentang Chartaphilus saat dia bertarung denganku di markas Nusantara. Aku rasa dia pasti tau tentang Chartaphilus.
"Mahluk kotor! Kau adalah mahluk kotor Antara! Kutukan mu itu sama seperti kami para mutan!".
Begitu….
….
Raijin, aku siap.
(Baik.)
….
Aku berjalan kearah om Yudha dengan pelan dan dengan perlahan aku mengangkat Thanher lalu menancapkan Sukogenyu.
"Blitztechnik : Sword of Kaiserblitzes."
Sukogenyu yang tertancap ditanah berubah menjadi akar pedang yang mengikat gerakan om Yudha. Selain itu petir putih di akar Sukogenyu membuat sel-sel tubuh om Yudha berhenti beregenerasi.
Petir putih adalah petir alami yang akan terus mengalir walaupun berada dibawah tanah.
"Apa yang ingin kau lakukan?!," Teriak om Yudha.
Thanher sudah terisi penuh, lalu aku melempar Thanher dan menghilang di udara.
"Aku akan membasmi mahluk kotor selain diriku!".
Beberapa detik kemudian Raijin dalam bentuk Zirah Samurai melayang dibelakang ku. Kedua tanganku langsung berubah menjadi tangan Raijin. Thanher sudah berada di tangan Raijin, sekarang saatnya eksekusi.
Aku menggerakkan tanganku dan tangan Raijin juga bergerak. Aku menggerakkan tanganku seolah-olah menarik pedang, lalu aku mengangkat tanganku dan menghantam kepala om Yudha yang diikuti Raijin dengan membelah badan om Yudha menjadi dua.
Lalu aku mengangkat tangan kiri ku dan memerintahkan langit untuk menyambar tubuh om Yudha dengan petir putih dengan kekuatan penuh.
Sambaran petir putih yang sangat kuat sama seperti ledakan atom. Sambaran petir putih membuat area sekitar langsung dipenuhi oleh listrik statis yang disebut Raijin Electric Field.
Badanku kembali ke ukuran semula namun Raijin masih mengikuti ku. Tubuh om Yudha sudah tidak bisa regenerasi dan kujamin dia sudah mati setelah terkena serangan paling mematikan milik ku. Aku berjalan menjauhinya lalu mengambil Sukogenyu untuk melepaskan tubuh om Yudha dari akar pedang.
"Oi kalian berempat tidak apa-apa?".
Mendengar suaraku, mereka berempat keluar dari tempat berlindung mereka masing-masing. Namun pakaian mereka jadi compang-camping seperti habis terbakar.
"O-Oi ada apa dengan pakaian kalian?," Tanyaku.
"Ini berkat seseorang yang menggunakan kekuatan setara dengan bom atom. Malah kami bersyukur masih hidup setelah menerima dampak dari serangan mematikan mu tadi!," Tegas Naura.
"Oi mesum! Jangan dilihatin terus!," Ucap Neura.
Aku langsung mengalihkan pandangan ku.
….
(Hawa keberadaan Allain sangat dekat. Berhati-hatilah Antara.)
….
Mendengar peringatan dari Raijin, aku langsung memakaikan mereka berempat dengan jubah petir yang dapat menangkal segala serangan petir.
"Heeeeh…. Tenyata Byakko sudah menjadi Raijin. Ini terlalu cepat kau tau."
Suara itu dari arah atas! Aku melihat kearah atas dan Allain sedang menyatukan lagi tubuh om Yudha. Selain itu aku melihat sesosok yang tidak asing yaitu… Joker.
"Lama tidak bertemu, Chartaphilus."
Aku jamin Allain sedang menghidupkan kembali om Yudha. Kalau begini aku tidak bisa melawan mereka bertiga sekaligus, aku harus mengandalkan 4 bersaudari itu juga sekarang ini.
"Lama tidak bertemu, mahluk kotor!".
___
*To be continued