**Chapter 1: Kebangkitan Sang Transmigran**
Rolin membuka matanya perlahan, pandangannya kabur dan kepala terasa berat. Udara dingin menyergap tubuhnya yang terbaring di atas tanah keras. Dia mencoba mengingat apa yang terjadi, tetapi ingatannya seperti terpecah-pecah. Yang dia ingat hanyalah dirinya sebagai seorang mahasiswa di Bumi, tenggelam dalam buku-buku dan penelitian tentang kecerdasan buatan. Lalu, ada ledakan, cahaya terang, dan kemudian... dia di sini.
Dia duduk, melihat sekeliling. Dia berada di sebuah lorong sempit di antara bangunan-bangunan tua yang terbuat dari batu. Bau apek dan sampah memenuhi udara. Rolin menyadari bahwa dia sekarang berada di tubuh seorang pemuda kurus dengan pakaian lusuh—seorang rakyat jelata di ibukota Kerajaan Fenisia.
"Di mana... aku?" gumamnya, suaranya serak.
Tiba-tiba, sebuah suara dingin dan mekanis terdengar di kepalanya.
**[Sistem AI Chip diaktifkan...]**
**[Memindai lingkungan...]**
**[Host terdeteksi: Rolin. Status: Transmigran. Lokasi: Ibukota Fenisia.]**
Rolin terkejut. "AI Chip? Itu... proyek terakhirku di Bumi!"
**[Ya, Host. Saya adalah AI Chip yang terintegrasi dengan kesadaran Anda. Tujuan saya adalah membantu Anda bertahan dan berkembang di dunia ini.]**
Rolin menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Dia tidak punya waktu untuk panik. Jika dia benar-benar berada di dunia yang asing dan berbahaya, dia harus segera bertindak.
Dia berdiri, tubuhnya masih lemah, dan mulai berjalan menyusuri lorong. Tidak jauh dari sana, dia melihat sebuah toko buku kecil yang terlihat kuno. Jendelanya dipenuhi debu, tetapi ada sesuatu yang menarik perhatiannya—sebuah buku tebal dengan sampul kulit yang sudah usang. Judulnya tertulis dalam bahasa yang tidak dia kenal, tetapi AI Chip segera menerjemahkannya.
**[Buku Sihir Dasar: Panduan Awal untuk Penyihir Pemula.]**
Rolin merasa jantungnya berdebar kencang. Buku sihir? Apakah ini berarti dia berada di dunia di mana sihir itu nyata?
Dia memasuki toko itu, dan seorang pria tua dengan janggut panjang menyambutnya dengan tatapan curiga.
"Kau mencari apa, anak muda?" tanya pria itu.
*Buat di bagian ini menekankan ketidaktahuan si pria tua akan buku sihir, karena dia hanya mengetahui bahwa buku itu aneh, terlebih di zaman ini buku itu langka
Rolin mengangguk sopan. "Saya... tertarik dengan buku itu," katanya, menunjuk ke buku sihir di jendela.
Pria tua itu mengerutkan kening. "Buku itu tidak untuk sembarang orang. Kau punya uang?"
Rolin menggeleng. "Saya tidak punya uang, tapi... saya bisa bekerja untuk itu."
Pria tua itu memandangnya sejenak, lalu tertawa kecil. "Baiklah, kau bisa membersihkan toko ini. Jika pekerjaanmu memuaskan, mungkin aku akan memberimu buku itu."
Rolin mengangguk antusias. Dia segera mengambil sapu dan mulai membersihkan toko. Sementara itu, AI Chip terus memberikan informasi tentang lingkungan sekitarnya, termasuk cara terbaik untuk menyelesaikan tugasnya dengan efisien.
Setelah beberapa jam, toko itu bersih, dan pria tua itu terlihat puas. "Kau bekerja dengan baik, anak muda. Baiklah, ambil buku itu. Lagipula, itu satu-satunya buku yang tidak terjual."
Rolin mengambil buku itu dengan tangan gemetar. Dia segera membukanya, dan AI Chip mulai memindai isinya.
**[Memindai isi buku...]**
**[Informasi sihir dasar telah disimpan. Host dapat mulai mempelajari dasar-dasar sihir.]**
Rolin tersenyum. Ini adalah awal yang baik. Dia mungkin hanya seorang rakyat jelata sekarang, tetapi dengan bantuan AI Chip dan buku sihir ini, dia yakin bisa mengubah nasibnya.
Rolin berjalan menyusuri jalanan ibukota Fenisia, memandang sekeliling dengan penuh rasa ingin tahu. Bangunan-bangunan di sekitarnya terbuat dari batu dan kayu, dengan arsitektur yang mengingatkannya pada gaya abad pertengahan di Bumi. Menara-menara tinggi menjulang di kejauhan, menandakan keberadaan istana kerajaan. Jalanan utama dipenuhi dengan aktivitas perdagangan, di mana para pedagang menjual berbagai barang, mulai dari rempah-rempah, kain, hingga senjata. Suara tawar-menawar dan teriakan penjual memenuhi udara, menciptakan suasana yang ramai namun kacau.
AI Chip memberikan informasi lebih lanjut tentang kota ini.
**[Informasi: Ibukota Fenisia adalah pusat perdagangan dan politik Kerajaan Fenisia. Kota ini dibagi menjadi beberapa distrik, termasuk distrik perdagangan, distrik bangsawan, dan distrik kumuh. Distrik kumuh, tempat Host tinggal, adalah area dengan tingkat kemiskinan tinggi dan kondisi kehidupan yang sulit.]**
Rolin menghela napas. Dia tahu bahwa hidup di sini tidak akan mudah, tetapi dia harus beradaptasi. Dia memutuskan untuk kembali ke rumahnya di distrik kumuh, tempat keluarganya tinggal.
Rumah Rolin terletak di ujung sebuah gang sempit, di antara bangunan-bangunan yang hampir roboh. Rumah itu kecil, terbuat dari kayu dan batu bata yang sudah lapuk. Atapnya bocor di beberapa bagian, dan udara lembap serta bau apek memenuhi ruangan.
Di dalam rumah, Rolin menemukan ibunya, Angela, sedang sibuk memasak di perapian kecil. Angela adalah seorang wanita berusia pertengahan 40-an, dengan rambut hitam yang sudah mulai memutih di beberapa bagian. Wajahnya yang tirus menunjukkan tanda-tanda kelelahan dan kekhawatiran, tetapi matanya masih memancarkan kehangatan dan kasih sayang.
Ayah Rolin, Sadirin, adalah seorang pria berotot dengan kulit yang gelap akibat bekerja di bawah terik matahari. Rambutnya yang pendek dan beruban menunjukkan usianya yang sudah tidak muda lagi. Sadirin memiliki tatapan yang tegas, tetapi Rolin bisa melihat kelelahan di balik matanya.
Rolin juga memiliki tiga saudara yang masih muda: seorang adik laki-laki bernama Arin, yang berusia 12 tahun, dan dua adik perempuan bernama Lina (8 tahun) dan Mira (5 tahun). Arin memiliki rambut ikal yang selalu berantakan, sementara Lina dan Mira memiliki rambut lurus yang sering dikepang oleh ibunya.
"Rolin, kau pulang!" sapa Angela dengan senyum lemah. "Apa kabarmu, Nak?"
"Aku baik, Ibu," jawab Rolin, mencoba tersenyum. Dia tidak ingin memberitahu keluarganya tentang buku sihir yang dia dapatkan. Dia tahu bahwa mereka tidak akan mengerti, dan mungkin malah akan khawatir.
Sadirin mengangguk kepada Rolin. "Kau sudah siap untuk bekerja besok? Kita harus berangkat pagi-pagi."
Rolin mengangguk. "Ya, Ayah. Aku siap."
Keesokan harinya, Rolin dan Sadirin berangkat ke pelabuhan. Mereka bekerja sebagai kuli, memindahkan barang-barang dari kapal ke gudang. Pekerjaan itu melelahkan, tetapi Rolin mencoba untuk tetap fokus.
Saat istirahat, Rolin mendengar beberapa rekan kerjanya berbisik-bisik tentang pasar gelap.
"Kau dengar tentang pasar bawah tanah?" tanya salah satu kuli kepada temannya.
"Ya, katanya ada barang-barang langka di sana. Tapi hati-hati, tempat itu berbahaya."
Rolin mencatat informasi itu dalam pikirannya. Mungkin suatu hari nanti, dia akan menjelajahi pasar gelap itu untuk mencari tahu lebih banyak tentang dunia sihir.
Setelah pulang dari pelabuhan, Rolin menyelinap ke kamarnya yang kecil. Dia mengambil buku sihir yang dia dapatkan dan mulai membacanya. AI Chip segera memindai isi buku dan memberikan informasi.
**[Buku Sihir Dasar: Panduan Awal untuk Penyihir Pemula.]**
**[Isi buku mencakup 5 mantra dasar:]**
1. **Mantra Cahaya**: Menghasilkan cahaya kecil yang dapat menerangi area sekitar.
2. **Mantra Api Kecil**: Menciptakan api kecil yang dapat digunakan untuk menyalakan lilin atau memanaskan benda kecil, juga bisa menyerang.
3. **Mantra Angin Ringan**: Menghasilkan hembusan angin kecil yang dapat menggerakkan benda ringan.
4. **Mantra Air Tetes**: Menciptakan tetesan air kecil yang dapat digunakan untuk membersihkan atau menyegarkan.
5. **Mantra Tanah Keras**: membuat tubuh menjadi keras dan tahan serangan.
Rolin memutuskan untuk memulai dengan **Mantra Cahaya**. Menurut buku, dia harus bermeditasi terlebih dahulu untuk menyerap elemen di udara dan membentuk simbol pentagram di lautan kesadarannya.
Dengan bantuan AI Chip, Rolin duduk bersila dan mulai bermeditasi. AI Chip membantunya menyerap energi elemen secara terus-menerus, mempercepat proses yang biasanya membutuhkan waktu berhari-hari.
**[Membentuk simbol pentagram...]**
**[Pentagram berwarna merah terbentuk. Host dapat menempatkan satu model mantra.]**
Rolin memusatkan perhatiannya pada ujung atas pentagram dan mulai membuat model **Mantra Cahaya**. AI Chip membantunya memvisualisasikan mantra itu dengan sempurna.
Setelah beberapa jam, Rolin berhasil membuat model mantra itu. Dia membuka matanya dan mengulurkan tangannya.
"Mantra Cahaya," bisiknya.
Sebuah bola cahaya kecil muncul di telapak tangannya, menerangi kamarnya yang gelap. Rolin tersenyum lega. Ini adalah langkah pertama menuju kekuatan yang lebih besar.
Dengan pentagram merahnya, Rolin tahu bahwa dia baru berada di tahap awal sebagai magang sihir. Dia harus terus berlatih untuk meningkatkan kekuatan dan kapasitas pentagramnya. Kekuatan dan kapasitas pentagram ditunjukan dari warnanya.
**[Magang Sihir Rank 1:]**
- **Pentagram Merah**: Dapat menempatkan 1 model mantra.
- **Pentagram Oranye**: Dapat menempatkan 2 model mantra.
- **Pentagram Kuning**: Dapat menempatkan 3 model mantra.
- **Pentagram Hijau**: Dapat menempatkan 4 model mantra.
- **Pentagram Biru**: Dapat menempatkan 5 model mantra.
Rolin bertekad untuk mencapai pentagram biru secepat mungkin. Dengan bantuan AI Chip, dia yakin bisa melakukannya.
Di hari-hari berikutnya, Rolin terus berlatih sihir sambil bekerja di pelabuhan. Dia juga mulai mencari informasi tentang pasar gelap, tempat di mana barang-barang langka dan misterius diperdagangkan.
Suatu malam, setelah keluarganya tertidur, Rolin memutuskan untuk menjelajahi pasar gelap. Dia tahu bahwa tempat itu berbahaya, tetapi dia juga merasa bahwa di sanalah dia akan menemukan petunjuk tentang dunia sihir yang sebenarnya.
Dengan hati berdebar, Rolin melangkah menuju lorong-lorong gelap ibukota Fenisia, siap menghadapi apa pun yang menunggunya di pasar gelap.
Rolin berjalan menyusuri lorong-lorong sempit di distrik kumuh, mengikuti petunjuk yang dia dengar dari rekan-rekan kerjanya di pelabuhan. Udara malam yang dingin menusuk kulitnya, tetapi tekadnya untuk menemukan pasar gelap membuatnya terus melangkah. AI Chip membantunya memetakan jalan, menghindari area-area yang terlalu berbahaya.
**[Peringatan: Host mendekati area dengan tingkat kriminalitas tinggi. Disarankan untuk tetap waspada.]**
Rolin mengangguk dalam hati. Dia tahu bahwa pasar gelap bukan tempat untuk orang sembarangan. Tetapi, dia juga merasa bahwa di sanalah dia akan menemukan jawaban tentang dunia sihir yang sebenarnya.
Setelah berbelok ke sebuah gang yang gelap, Rolin melihat sekelompok orang berkumpul di depan sebuah pintu kayu yang usang. Mereka berbicara dengan suara rendah, dan beberapa di antaranya membawa senjata. Rolin mengambil napas dalam-dalam dan mendekati mereka.
"Apa yang kau cari di sini, anak muda?" tanya seorang pria bertubuh besar dengan tatapan curiga.
"Saya... mendengar ada pasar di sini. Saya ingin melihat-lihat," jawab Rolin, mencoba terdengar percaya diri.
Pria itu memandangnya sejenak, lalu tertawa kecil. "Baiklah, tapi hati-hati. Pasar ini bukan tempat untuk bermain-main."
Dia membukakan pintu, dan Rolin melangkah masuk.
Pasar gelap ternyata jauh lebih besar dari yang Rolin bayangkan. Lorong-lorong bawah tanah dipenuhi dengan stan-stan yang menjual berbagai barang aneh dan langka. Ada hewan-hewan eksotis dalam sangkar, ramuan-ramuan misterius dalam botol kaca, dan bahkan senjata-senjata yang terlihat berbahaya.
Rolin berjalan perlahan, mencoba menyerap semua informasi yang dia bisa. AI Chip terus memindai lingkungan, memberikan analisis tentang barang-barang yang dia lihat.
**[Informasi: Barang-barang di pasar gelap ini termasuk barang curian, ramuan ilegal, dan artefak kuno. Beberapa di antaranya mungkin memiliki kaitan dengan sihir.]**
Rolin terus berjalan menyusuri lorong-lorong pasar gelap yang ramai, matanya awas memeriksa setiap stan yang dilewatinya. Meskipun AI Chip-nya terus memindai dan memberikan analisis tentang berbagai barang yang terpajang, tidak ada satu pun yang menunjukkan tanda-tanda berkaitan dengan sihir. Barang-barang yang dijual kebanyakan adalah barang curian, ramuan ilegal atau narkoba, dan artefak kuno yang meskipun terlihat misterius, tidak memiliki aura magis yang dia cari.
Merasa sedikit kecewa, Rolin memutuskan untuk mencari informan yang mungkin bisa memberinya petunjuk tentang dunia sihir. Dia mendekati seorang pria berjubah gelap yang sedang duduk di sudut pasar, dikelilingi oleh barang-barang antik yang terlihat usang.
"Maaf, bolehkah saya bertanya sesuatu?" Rolin membuka percakapan dengan hati-hati.
Pria itu menatapnya dengan curiga. "Tergantung. Apa yang kau cari?"
"Saya mencari informasi tentang dunia sihir. Apakah Anda tahu di mana saya bisa menemukan sesuatu yang berkaitan dengan itu?" tanya Rolin penuh harap.
Namun, alih-alih mendapatkan jawaban yang diinginkan, pria itu justru tertawa keras. "Dunia sihir? Kau pikir ini tempat dongeng? Pergi sana, jangan buang-buang waktuku!" ujarnya dengan nada menghina, sebelum mengusir Rolin dengan gerakan tangan.
Rolin menghela napas, merasa frustrasi. Tampaknya, tidak semua orang di pasar gelap ini percaya pada keberadaan sihir, atau mungkin mereka hanya tidak ingin membicarakan hal tersebut. Dia pun memutuskan untuk terus mencari, tapi bukan di tempat ini. mungkin di toko tersebut ada petunjuknya