Chereads / the arcane Ascendant / Chapter 2 - chapter 2 tekad untuk kuat

Chapter 2 - chapter 2 tekad untuk kuat

Saat Rolin kembali ke lorong tempat dia pertama kali bangun, dia dihadang oleh sekelompok preman. Mereka menuntut uang atau barang berharga yang dia miliki.

"Aku tidak punya apa-apa," kata Rolin, mencoba tetap tenang.

Salah satu preman itu mendorongnya. "Jangan main-main dengan kami, bocah!"

Rolin merasa panik, tetapi AI Chip segera memberikan solusi.

**[Saran: Gunakan mantra Cahaya Kecil untuk mengalihkan perhatian mereka.]**

Rolin mengangguk dan mengulurkan tangannya. Bola cahaya kecil tiba-tiba meledak dengan intensitas tinggi, membuat preman-preman itu terkejut dan mundur. Rolin menggunakan kesempatan ini untuk melarikan diri.

Saat Rolin berjalan, dia melihat seorang pria berjubah hitam dengan tatapan tajam. Pria itu menatapnya sejenak sebelum menghilang di kerumunan. AI Chip memberikan peringatan.

**[Peringatan: Individu yang baru saja dilihat memiliki aura magis. Kemungkinan besar dia adalah penyihir dari dunia magis.]**

Rolin merasa jantungnya berdebar. Apakah dia sudah menarik perhatian penyihir? Dia mencoba mengikuti pria itu, tetapi kerumunan terlalu padat, dan pria itu sudah menghilan

Setelah insiden dengan preman dan pertemuan singkat dengan penyihir misterius, Rolin merasa dirinya berada di tengah-tengah bahaya yang tak terduga. Dia menyadari bahwa dunia ini tidak hanya dipenuhi dengan orang-orang jahat, tetapi juga penyihir yang memiliki kekuatan magis yang luar biasa. Rolin tahu bahwa dia tidak bisa terus bergantung pada keberuntungan atau AI Chip semata. Dia harus menjadi lebih kuat, baik untuk melindungi dirinya sendiri maupun orang-orang yang dia sayangi.

Dengan tekad yang membara, Rolin memutuskan untuk fokus mempelajari mantra-mantra yang bersifat menyerang dan bertahan. Dia tidak ingin lagi merasa tak berdaya seperti saat dihadang preman. Setiap malam, di bawah cahaya bulan, Rolin berlatih tanpa henti. AI Chip membimbingnya dengan saran-saran yang tepat, membantunya memahami dasar-dasar sihir dan cara mengoptimalkan kekuatannya.

Beberapa hari berlalu, dan usaha Rolin mulai membuahkan hasil. Dengan bantuan AI Chip, dia berhasil meningkatkan pentagramnya dari pentagram merah menjadi pentagram oranye. Ini adalah pencapaian yang signifikan, karena pentagram oranye memungkinkannya menempatkan dua model mantra sekaligus.

**[Magang Sihir Rank 2:]**

- **Pentagram Indigo**: Untuk mencapai rank berikutnya, Rolin harus menguasai 5 model mantra dan membentuk sigil gabungan dari 5 model mantra di tengah pentagramnya.

Rolin menatap pentagram oranye di tangannya dengan perasaan bangga, tetapi dia tahu ini hanya awal. Dia bertekad untuk mencapai rank 2 secepat mungkin. Dia mulai mempelajari mantra-mantra baru, baik yang bersifat ofensif seperti *mantra api* untuk menyerang musuh, maupun defensif seperti *mantra bumi* untuk melindungi dirinya dari serangan.

Setiap kali dia berlatih, Rolin mengingat kembali ketakutan yang dirasakannya saat dihadang preman dan tatapan tajam penyihir berjubah hitam. Itu semua menjadi motivasinya untuk terus maju. Dia tahu bahwa semakin kuat sihirnya, semakin besar peluangnya untuk melindungi keluarganya dan mengubah nasibnya.

Dengan tekad yang tak tergoyahkan, Rolin terus melangkah maju, siap menghadapi tantangan apa pun yang menghadang di depannya. Dia yakin bahwa suatu hari nanti, dia akan menjadi penyihir yang kuat, mampu mengendalikan takdirnya sendiri.

**Chapter 2: Tekad untuk Menjadi Lebih Kuat (Lanjutan)**

Setelah berhasil meningkatkan pentagramnya menjadi pentagram oranye, Rolin fokus pada penguasaan mantra-mantra baru yang dapat membantunya bertahan dan menyerang. Salah satu mantra yang dia pelajari adalah *Mantra Bumi*, sebuah mantra defensif yang mampu mengeraskan kulit penggunanya seperti batu. Mantra ini sangat berguna untuk melindungi dirinya dari serangan fisik, seperti yang pernah dia alami saat dihadang preman.

Dengan bimbingan AI Chip, Rolin mulai mengukir *Mantra Bumi* ke dalam pentagramnya. Prosesnya tidak mudah, karena dia harus memahami aliran energi magis yang tepat dan menyesuaikannya dengan struktur pentagram. Namun, setelah beberapa malam berlatih, Rolin akhirnya berhasil. Saat dia mengaktifkan mantra itu, kulitnya seketika berubah menjadi keras seperti batu, memberikan perlindungan yang dia butuhkan.

**Kehidupan Keluarga yang Penuh Tantangan**

Kehidupan keluarga Rolin berubah drastis setelah ayahnya, Sadirin, mengalami kecelakaan. Sadirin, yang dulunya adalah tulang punggung keluarga, mendapatkan tawaran pekerjaan bekerja sebagai buruh bangunan di proyek-proyek besar di ibukota. Suatu hari, saat sedang bekerja di ketinggian, tali pengamannya putus, dan dia terjatuh. Meskipun nyawanya selamat, Sadirin mengalami patah tulang di beberapa bagian tubuhnya, termasuk tulang belakang yang membuatnya tidak bisa berjalan. Dokter mengatakan bahwa dia perawatan intensif untuk pulih, tetapi biayanya sangat mahal, jauh di luar kemampuan keluarga mereka. Terlebih di zaman ini perawatan kesehatan belumlah begitu matang, apalagi obat yang dibeli palingan hanya untuk memperpanjang hidupnya, tapi bagi Rolin yang seorang penyihir dia pasti bisa menyembuhkan ayahnya selama dia bisa memperpanjang hidup ayahnya.

*******

Tanpa pemasukan yang cukup Keluarga Rolin pun terpuruk. Tanpa penghasilan tetap, mereka kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi membayar biaya pengobatan Sadirin. Ibu Rolin, Liana, bekerja keras sebagai penjahit, tetapi penghasilannya hanya cukup untuk membeli makanan pokok. Rolin sering mendengar percakapan orang tuanya di malam hari, suara-suara yang penuh kekhawatiran dan keputusasaan.

Suatu malam, Rolin duduk di samping ayahnya yang terbaring di tempat tidur. Sadirin mencoba tersenyum, meskipun wajahnya terlihat pucat dan lelah.

"Rolin, nak," kata Sadirin dengan suara lemah, "Ayah minta maaf. Ayah tidak bisa lagi memberikan yang terbaik untuk kalian."

Rolin menggenggam tangan ayahnya erat-erat. "Jangan bicara seperti itu, Ayah. Kami pasti akan menemukan jalan. Aku akan membantu. Aku janji."

Sadirin mengangguk pelan, tetapi matanya berkaca-kaca. "Kamu masih terlalu muda, Nak. Ayah tidak ingin kamu menanggung beban ini."

"Aku tidak peduli, Ayah. Aku akan melakukan apa pun untuk keluarga kita," jawab Rolin dengan tekad yang kuat.

Di sudut ruangan, Liana menangis diam-diam. Dia tahu betapa beratnya beban yang harus ditanggung Rolin, tetapi dia juga tidak punya pilihan lain.

**Dialog Penuh Kepedihan**

Suatu sore, saat Rolin dan adik-adiknya sedang duduk di ruang tamu, Arin, adik laki-lakinya yang berusia 12 tahun, bertanya dengan polos, "Kak, kenapa Ayah tidak bisa bermain lagi dengan kita? Kenapa dia selalu tidur?"

Rolin menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Ayah sedang sakit, Arin. Tapi dia akan baik-baik saja. Kita harus berdoa untuknya."

Lina, adik perempuannya yang berusia 8 tahun, menatap Rolin dengan mata besar. "Tapi aku ingin Ayah sembuh sekarang. Aku rindu dia mengajak kita jalan-jalan."

Mira, si bungsu yang berusia 5 tahun, ikut menyela. "Aku juga! Aku mau Ayah cerita lagi sebelum tidur."

Rolin tersenyum getir. Dia memeluk ketiga adiknya. "Ayah juga rindu kalian. Tapi kita harus sabar, ya? Kakak akan berusaha membuat Ayah sembuh."

Di dapur, Liana mendengar percakapan itu. Dia menghapus air matanya dan berusaha tersenyum saat membawa semangkuk sup sederhana untuk makan malam. "Ayo, makan dulu. Nanti kalian bisa cerita ke Ayah tentang hari ini."

Mereka duduk bersama di meja makan, berbagi cerita kecil untuk menghibur satu sama lain. Meskipun hidup mereka penuh tantangan, kebersamaan itu tetap memberikan kehangatan.

**Rolin dan Tekadnya**

Setelah makan malam, Rolin pergi ke kamarnya. Dia memandang pentagram oranye di tangannya, lalu menguatkan tekad. "Aku harus menjadi lebih kuat. Aku harus bisa membantu keluarga ini."

Dia tahu bahwa jalan di depannya tidak akan mudah, tetapi dia tidak akan menyerah. Dengan kekuatan sihir dan bantuan AI Chip, Rolin yakin bahwa dia bisa mengubah nasib keluarganya.

Malam itu, Rolin berjanji pada dirinya sendiri: dia akan melakukan apa pun untuk menyembuhkan ayahnya dan membawa kebahagiaan kembali ke rumah mereka.

**********

Melihat kondisi ayahnya yang semakin memburuk, Rolin tahu bahwa dia harus segera bertindak. Gunung dekat ibukota terkenal dengan berbagai tanaman herbal langka yang bisa dijual dengan harga tinggi. Jika dia berhasil mengumpulkan herbal-herbal itu, mungkin dia bisa mendapatkan cukup uang untuk biaya pengobatan ayahnya. Namun, Rolin juga menyadari bahwa perjalanan ke gunung itu tidak akan mudah. Dia harus mempersiapkan diri sebaik mungkin, terutama dengan meningkatkan kekuatan sihirnya.

Saat ini, pentagram Rolin berwarna oranye, yang memungkinkannya menempatkan dua model mantra. Namun, untuk menghadapi bahaya yang mungkin ditemui di gunung, Rolin tahu bahwa dia perlu meningkatkan pentagramnya menjadi kuning. Dengan pentagram kuning, dia bisa menempatkan tiga model mantra sekaligus, memberikannya lebih banyak fleksibilitas dalam pertarungan.

Dengan bantuan AI Chip, Rolin mulai berlatih tanpa henti. Dia fokus pada penguasaan energi magis dan memahami alur yang lebih kompleks untuk meningkatkan pentagramnya. Setiap malam, dia duduk di kamarnya, berkonsentrasi penuh, mencoba merasakan aliran energi yang lebih dalam.

**[AI Chip: Saran]**

- **Peningkatan Pentagram**: Untuk mencapai pentagram kuning, Host perlu menstabilkan inti energi di tengah pentagram.

Setelah beberapa hari berlatih, Rolin akhirnya berhasil. Pentagramnya berubah dari oranye menjadi kuning, memancarkan cahaya yang lebih terang dan stabil. Rolin merasa lega dan bangga, tetapi dia tahu ini hanya langkah pertama.

**Mempelajari Mantra Api**

Dengan pentagram kuning, Rolin kini bisa mempelajari mantra baru. Dia memutuskan untuk fokus pada *Mantra Api*, sebuah mantra ofensif yang bisa digunakan untuk menyerang musuh atau melindungi diri dari bahaya.

AI Chip membimbingnya melalui proses pembelajaran.

**[AI Chip: Panduan]**

- **Mantra Api**: Mantra ini memanfaatkan energi panas untuk menciptakan bola api atau semburan api. Host perlu mengontrol aliran energi dengan hati-hati untuk menghindari kelelahan magis.

Rolin mulai berlatih di halaman belakang rumahnya. Dia mengulurkan tangannya, berkonsentrasi pada energi magis yang mengalir melalui tubuhnya. Perlahan, bola api kecil mulai terbentuk di telapak tangannya. Meskipun awalnya tidak stabil, Rolin terus berlatih hingga akhirnya bisa menciptakan bola api yang cukup besar dan terkontrol.

"Ini dia," gumam Rolin sambil tersenyum. "Aku siap."

**Persiapan Terakhir**

Sebelum berangkat ke gunung, Rolin memastikan bahwa dia membawa semua perlengkapan yang diperlukan: tas kecil untuk menyimpan herbal, bekal makanan, dan sebotol air. Dia juga memastikan bahwa pentagram kuningnya dalam kondisi optimal dan *Mantra Api* sudah siap digunakan.

Ibu dan adik-adiknya mengantarnya sampai ke pintu.

"Hati-hati, Nak," kata Liana, memeluk Rolin erat-erat. "Jangan terlalu memaksakan diri."

"Jangan khawatir, Ibu. Aku akan baik-baik saja," jawab Rolin dengan penuh keyakinan.

Arin, Lina, dan Mira juga memberikan pelukan hangat. "Kakak, jangan lupa bawa oleh-oleh ya!" kata Mira dengan polos, membuat Rolin tersenyum.

"Tentu saja, Mira. Kakak akan membawa sesuatu yang istimewa untuk kalian," janji Rolin.

Dengan tekad yang membara, Rolin memulai perjalanannya menuju gunung. Dia tahu bahwa tantangan yang menunggunya tidak akan mudah, tetapi dia siap menghadapinya. Dengan pentagram kuning dan *Mantra Api* yang sudah dikuasai, Rolin yakin bahwa dia bisa mengatasi rintangan apa pun.

Di tengah perjalanan, Rolin terus memotivasi dirinya sendiri. "Aku harus kuat. Untuk Ayah, untuk keluarga, aku tidak boleh menyerah."

Dia berjalan dengan langkah pasti, siap menghadapi apa pun yang menunggunya di gunung. Rolin tahu bahwa ini adalah langkah penting dalam perjalanannya untuk mengubah nasib keluarganya..

Saat dia sedang mencari herbal, tiba-tiba dia mendengar suara jeritan. Rolin segera berlari ke arah suara itu dan menemukan seorang wanita berambut pirang, dengan armor ringan, dan pedang panjang, jelas dari penampilan dan armor ringannya yang berkilau bahwa wanita tersebut adalah bangsawan. Wanita itu sedang berusaha melawan seekor beruang besar yang mengancam nyawanya.

Wajah cantiknya tampak serius dan penuh kesusahan, matanya melihat ke segala arah mencari strategi dan menganalisis lingkungan sekitarnya.

Tanpa pikir panjang, Rolin mengaktifkan *Mantra Api* yang baru saja dia pelajari. Bola api kecil muncul di tangannya, dan dengan cepat dia melemparkannya ke arah beruang. Api itu mengenai beruang, membuatnya kesakitan dan akhirnya melarikan diri. Wanita bangsawan itu terkejut, bukan hanya karena diselamatkan, tetapi juga karena melihat Rolin mengeluarkan api dari tangannya.

"Kamu... kamu makhluk apa kamu?" tanya wanita itu, matanya penuh keheranan.

Rolin menyadari bahwa dia telah menarik perhatian yang tidak diinginkan. Dia tidak ingin identitasnya sebagai penyihir terungkap lebih jauh. Tanpa menjawab, Rolin segera pergi, meninggalkan wanita bangsawan itu yang masih kebingungan.

Sebelum Rolin menghilang, wanita itu berteriak, "Tunggu! Siapa namamu?"

Namun, Rolin sudah melangkah jauh, menyusuri jalan setapak di gunung. Dia tahu bahwa pertemuannya dengan wanita bangsawan itu bisa membawa konsekuensi, tetapi saat ini, fokusnya adalah mengumpulkan herbal dan kembali ke rumah untuk membantu keluarganya.

Dengan tekad yang semakin kuat, Rolin melanjutkan perjalanannya, siap menghadapi tantangan apa pun yang menunggunya di depan. Dia yakin bahwa kekuatan sihirnya akan membantunya mengubah nasib keluarganya, meskipun jalan yang harus dia tempuh masih panjang dan penuh rintangan.