Chereads / the arcane Ascendant / Chapter 3 - chapter 3 mengatasi musibah

Chapter 3 - chapter 3 mengatasi musibah

Setelah berhasil meningkatkan pentagramnya menjadi kuning dan menguasai *Mantra Api*, Rolin melanjutkan perjalanannya ke gunung. Udara segar dan pemandangan alam yang indah menyambutnya, tetapi fokus Rolin tetap pada satu tujuan: menemukan herbal-herbal berharga yang bisa dijual untuk biaya pengobatan ayahnya.

Dengan bantuan AI Chip, Rolin berhasil menemukan berbagai jenis herbal langka yang tumbuh di lereng gunung. AI Chip memberikan petunjuk tentang cara memanen herbal dengan benar tanpa merusak akarnya, sehingga tanaman itu bisa tumbuh kembali di masa depan.

**[AI Chip: Informasi]**

- **Herbal Langka Ditemukan**:

1. **Bunga Bulan Perak**: Digunakan untuk ramuan penyembuh luka dalam.

2. **Akar Naga Merah**: Berguna untuk meningkatkan stamina dan energi.

3. **Daun Embun Malam**: Dapat diolah menjadi obat penenang dan pereda nyeri.

Rolin dengan hati-hati memanen herbal-herbal itu dan menyimpannya di tasnya. Dia merasa lega karena tahu bahwa herbal ini bisa dijual dengan harga tinggi di pasar ibukota.

Selama di gunung, Rolin tidak hanya mencari herbal, tetapi juga terus berlatih sihir. Dengan bantuan AI Chip, dia berhasil meningkatkan pentagramnya dari kuning menjadi hijau. Ini adalah pencapaian besar, karena pentagram hijau memungkinkannya menempatkan empat model mantra sekaligus.

**[AI Chip: Peningkatan Pentagram]**

- **Pentagram Hijau**: Host sekarang dapat menggunakan empat model mantra. Kekuatan mantra juga meningkat secara signifikan.

Rolin merasa lebih percaya diri dengan kekuatan barunya. Dia tahu bahwa pentagram hijau akan membantunya menghadapi tantangan yang lebih besar di masa depan.

Saat Rolin beristirahat di sebuah gua kecil, dia bertanya pada AI Chip tentang cara menyembuhkan ayahnya.

"AI Chip, apakah ada sihir atau mantra yang bisa menyembuhkan Ayah?" tanya Rolin.

**[AI Chip: Analisis]**

- **Saran**: Model *Mantra Air* dapat digunakan untuk menyembuhkan luka dan memulihkan kondisi tubuh. Namun, karena kondisi ayah Host cukup parah, mantra ini harus digunakan secara berkala. Kekuatan pentagram hijau akan meningkatkan efektivitas mantra, tetapi penyembuhan total membutuhkan waktu.

Rolin mengangguk, merasa lega bahwa ada harapan untuk ayahnya. Dia memutuskan untuk segera mempelajari *Mantra Air* setelah kembali ke rumah.

Saat Rolin bersiap untuk pulang, tiba-tiba dia merasakan aura magis yang familiar. Dia menoleh dan melihat penyihir berjubah hitam yang pernah dia temui sebelumnya. Penyihir itu berdiri dengan tenang, matanya menatap Rolin dengan tajam.

"Kamu berjalan sudah cukup jauh, anak muda," kata penyihir itu dengan suara rendah.

Rolin merasa jantungnya berdebar. "Siapa Anda? Apa yang Anda inginkan dari saya?"

Penyihir itu tersenyum tipis. "Aku hanya seorang pengamat. Tapi, dengarkan baik-baik: jika kamu ingin tetap hidup dan selamat, tinggalkan ibukota. Tempat itu bukan untukmu."

Rolin bingung. "Apa maksud Anda? Kenapa saya harus pergi?"

Penyihir itu mendekat, suaranya semakin serius. "ada bahaya di ibukota, Rolin, hanya itu yang perlu kamu ketahui. Kemampuanmu menguasai tiga model mantra dalam waktu singkat adalah hal yang luar biasa. Kebanyakan orang membutuhkan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, untuk mencapai apa yang kamu capai dalam beberapa minggu."

Rolin terkejut. "Bagaimana Anda tahu semua ini?"

Penyihir itu mengabaikan pertanyaannya. "Aku membantumu karena aku melihat potensimu. Tapi ingat, di dunia sihir, ada aturan yang harus dipatuhi: pertukaran yang setara."

Dia mengeluarkan tiga buku sihir dari balik jubahnya dan menyerahkannya kepada Rolin. "Ini untukmu. Gunakan dengan bijak."

Rolin menerima buku-buku itu dengan hati-hati. "Mengapa Anda membantu saya?"

Penyihir itu tersenyum lagi. "Ini adalah investasi. Suatu hari nanti, aku mungkin membutuhkan bantuanmu. Sampai saat itu tiba, jaga dirimu baik-baik."

Sebelum Rolin sempat bertanya lebih lanjut, penyihir itu sudah menghilang bagaikan gelembung, meninggalkan Rolin yang masih kebingungan.

*********

Dengan tas penuh herbal dan tiga buku sihir di tangan, Rolin memulai perjalanan pulang. Pikirannya dipenuhi oleh kata-kata penyihir misterius itu. Dia tahu bahwa hidupnya akan berubah, tetapi dia juga yakin bahwa dia harus tetap kuat untuk keluarganya.

Saat dia melangkah menuruni gunung, Rolin bertekad untuk mempelajari *Mantra Air* dan menyembuhkan ayahnya. Dia juga berjanji akan menggunakan buku-buku sihir itu untuk menjadi lebih kuat.

********

Setelah berhasil mengumpulkan herbal-herbal langka di gunung, Rolin memutuskan untuk pergi ke pasar di ibukota. Pasar itu ramai dengan pedagang dan pembeli, tetapi Rolin langsung menuju ke toko apotek terkenal yang sering membeli herbal dengan harga tinggi.

Sesampainya di toko apotek, Rolin menunjukkan herbal-herbal yang dia bawa. Pemilik toko, seorang pria tua dengan kacamata tebal, terkesan dengan kualitas herbal yang Rolin bawa.

"Bunga Bulan Perak, Akar Naga Merah, dan Daun Embun Malam? Kamu beruntung, anak muda. Herbal seperti ini jarang ditemukan," kata pemilik toko sambil memeriksa herbal itu dengan cermat.

Rolin tersenyum kecil. "Berapa harganya, Tuan?"

Pemilik toko berpikir sejenak sebelum menjawab. "Aku akan membayarmu 300 perak untuk semua ini. Itu harga yang adil."

Rolin terkejut. Jumlah itu jauh lebih besar dari yang dia harapkan. "Terima kasih, Tuan!"

Dengan uang 300 perak di tangan, Rolin merasa lega. Uang itu cukup untuk membiayai pengobatan ayahnya selama beberapa waktu. Namun, dia tidak menyadari bahwa ada beberapa mata serakah yang mengawasinya sejak dia memasuki pasar.

******

Saat Rolin berjalan keluar dari pasar, tiba-tiba dia dihadang oleh sekelompok preman. Ada lima orang, dan mereka terlihat kasar dan berbahaya.

"Hei, bocah! Kamu punya banyak uang, ya?" kata salah satu preman dengan nada mengejek.

Rolin mencoba tetap tenang. "Apa yang kalian inginkan?"

Preman itu tertawa. "Kami ingin uangmu. Serahkan sekarang, atau kami akan mengambilnya dengan paksa."

Rolin menghela napas. Dia tidak ingin berurusan dengan preman ini, tetapi dia juga tidak punya pilihan lain.

Dengan cepat, Rolin mengalirkan kekuatan sihir di tangannya. Dia mengeluarkan *Mantra Api*, menciptakan bola api kecil yang melayang di atas telapak tangannya. Preman-preman itu terkejut dan mundur beberapa langkah.

"Apa-apaan ini?!" teriak salah satu preman.

Rolin melemparkan bola api itu ke arah mereka. Api itu meledak di depan kaki preman, membuat mereka panik dan berteriak ketakutan.

"Iblis! Monster!" teriak salah satu preman sebelum pingsan karena ketakutan.

Rolin tidak membunuh mereka. Meskipun dia memiliki kekuatan sihir, moralnya yang berasal dari abad 21 membuatnya enggan mengambil nyawa orang lain. Dia hanya ingin mengusir mereka dan melindungi dirinya sendiri.

Setelah preman-preman itu kabur atau pingsan, Rolin segera pergi dari tempat itu. Dia tahu bahwa dia harus lebih berhati-hati di masa depan.

Setelah Rolin tiba di rumah dengan membawa uang 300 perak, suasana di rumah mereka berubah dari kekhawatiran menjadi kejutan yang tak terduga. Rolin memasuki ruang tamu, di mana ibunya, Angelina, sedang duduk sambil menjahit, sementara adik-adiknya bermain di lantai.

"Ibu, aku pulang," kata Rolin sambil meletakkan tasnya.

Angelina menoleh dan langsung berdiri, wajahnya penuh kelegaan. "Rolin! Kamu baik-baik saja? Kenapa lama sekali?"

Rolin tersenyum lebar dan mengeluarkan kantung berisi uang 300 perak. "Ibu, lihat ini. Aku berhasil mendapatkan uang untuk biaya pengobatan Ayah."

Angelina terkejut, matanya membesar saat melihat jumlah uang yang begitu besar. "Rolin, ini... ini uang 300 perak? Bagaimana kamu bisa mendapatkannya?"

Rolin mengangguk bangga. "Aku pergi ke gunung dan mengumpulkan herbal langka. Lalu aku menjualnya ke toko apotek di pasar."

Angelina masih tidak percaya. Dia mengambil kantung uang itu dan memeriksanya dengan hati-hati. "Ini benar-benar 300 perak? Rolin, kamu... kamu luar biasa!"

Arin, adik laki-lakinya yang berusia 12 tahun, mendekat dengan penasaran. "Kakak, kamu dapat uang sebanyak ini dari mana? Apa kamu jadi pedagang sekarang?"

Rolin tertawa kecil. "Tidak, Arin. Aku hanya menggunakan apa yang aku pelajari untuk membantu keluarga kita."

Lina, adik perempuannya yang berusia 8 tahun, ikut menyela. "Kakak hebat! Sekarang Ayah bisa sembuh, ya?"

Rolin mengelus kepala Lina dengan lembut. "Iya, Lina. Kakak akan melakukan semua yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan Ayah."

Mira, si bungsu yang berusia 5 tahun, memeluk kaki Rolin. "Kakak, aku juga mau bantu!"

Rolin tersenyum dan mengangkat Mira ke pangkuannya. "Kamu sudah membantu dengan menjadi anak yang baik, Mira."

Angelina masih terlihat terharu. Dia memeluk Rolin erat-erat. "Nak, Ibu tidak tahu harus berkata apa. Kamu sudah melakukan hal yang luar biasa untuk keluarga ini. Tapi... Ibu khawatir. Apakah kamu baik-baik saja? Tidak ada yang menyakitimu, kan?"

Rolin menggeleng. "Tenang, Bu. Aku baik-baik saja. Aku hanya harus berhati-hati, tapi semuanya berjalan lancar."

Sadirin, yang terbaring di kamarnya, mendengar keributan dan memanggil Rolin. "Rolin, kemarilah sebentar."

Rolin segera masuk ke kamar ayahnya. Sadirin terlihat lemah, tetapi matanya penuh kebanggaan.

"Ayah, aku punya uang untuk biaya pengobatanmu," kata Rolin sambil menunjukkan kantung uang itu.

Sadirin terkejut. "300 perak? Rolin, bagaimana kamu bisa mendapatkan uang sebanyak ini?"

Rolin duduk di samping tempat tidur ayahnya. "Aku pergi ke gunung dan mengumpulkan herbal langka, Ayah. Lalu aku menjualnya ke toko apotek."

Sadirin menghela napas, matanya berkaca-kaca. "Rolin, kamu... kamu tidak seharusnya menanggung beban ini sendirian. Ayah minta maaf karena tidak bisa memberikan yang terbaik untuk kalian."

Rolin menggenggam tangan ayahnya. "Jangan bicara seperti itu, Ayah. Ini tanggung jawabku sebagai anak sulung. Aku akan melakukan apa pun untuk keluarga kita."

Sadirin tersenyum lemah. "Kamu anak yang kuat, Rolin. Ayah bangga padamu. Tapi tolong, jangan terlalu memaksakan diri. Ayah tidak ingin kamu dalam bahaya."

Rolin mengangguk. "Aku berjanji akan berhati-hati, Ayah. Sekarang, istirahatlah. Aku akan mulai mempelajari sihir untuk menyembuhkanmu."

Sadirin mengangguk pelan sebelum menutup matanya, merasa lega bahwa putranya telah membawa harapan baru bagi keluarga mereka.

Setelah menyerahkan uang kepada ibunya, Rolin segera bersiap untuk mempelajari *Mantra Air*. Dia tahu bahwa mantra ini adalah kunci untuk menyembuhkan ayahnya. Dengan bantuan AI Chip, Rolin mulai membangun model mantra itu di pentagram hijau miliknya.

**[AI Chip: Panduan]**

- **Mantra Air**: Mantra ini memanfaatkan energi air untuk menyembuhkan luka dan memulihkan kondisi tubuh. Host perlu mengalirkan energi dengan stabil dan fokus pada area yang ingin disembuhkan.

Rolin duduk bersila di kamarnya, berkonsentrasi penuh. Dia merasakan aliran energi magis yang mengalir melalui tubuhnya, membentuk pola rumit di pentagram hijau. Setelah beberapa jam, dia akhirnya berhasil membangun model *Mantra Air*.

Dengan hati-hati, Rolin mendekati ayahnya dan mengaktifkan mantra itu. Cahaya biru lembut menyelimuti tubuh Sadirin, menarik partikel elemen air di sekitarnya dan masuk ke tubuh ayahnya, Rolin bisa melihat wajah ayahnya sedikit lebih rileks.

"Ini baru permulaan, Ayah. Aku akan terus berlatih dan menyembuhkanmu sepenuhnya," kata Rolin dengan tekad yang kuat.

Rolin tahu bahwa perjalanannya masih panjang. Dengan uang 300 perak, keluarganya bisa bernapas lega untuk sementara waktu, tetapi dia harus terus meningkatkan kekuatan sihirnya. Dia juga harus waspada terhadap ancaman yang mungkin datang, baik dari preman maupun penyihir misterius yang telah memperingatkannya.

Dengan tekad yang tak tergoyahkan, Rolin siap menghadapi apa pun yang menunggunya di depan. Dia tahu bahwa kekuatan sihirnya adalah kunci untuk mengubah nasib keluarganya, dan dia tidak akan menyerah sampai tujuannya tercapai.