Chapter 32 - 32

"Apunten panjenengan menika sinten nggih?" tanya pak kyai Abdullah.

"Kawula santri teng mriki rumiyen pak kyai Abdullah." jawab Fandi.

"Santri teng mriki rumiyen?"

"Inggih pak kyai Abdullah, saya Fandi."

"Oalah Fandi, ya ya bapak baru ingat tunggu sebentar ya, leh, nduk, kalian berdua ke mobil duluan saja ya nanti pakde menyusul dengan bu dhe mu." pinta pak kyai Abdullah.

"Inggih.." kata Titah dan Kamil patuh.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Titah dan Kamil memberikan salam pada pak kyai Abdullah dan Fandi.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." pak kyai Abdullah dan Fandi menjawab salam dari Titah dan Kamil.

Di RUMAH KAMIL

"Ya wis Pur, kowe golek dhisik ya catetan tumbasanmu neng endi, aku tunggu neng kene wae ora melu mlebu marang jero omah." kata Paijo.

"Iya jo.." sambung Purnomo.

Di RUMAH PAK KYAI ABDULLAH.

"Assalamu'alaikum." pak kyai Abdullah dan Fandi memberikan salam pada umi Fatimah.

"Wa'alaikumussalam." umi Fatimah menjawab salam dari pak kyai Abdullah dan Fandi.

"Loh bi kok kembali ke rumah lagi ada yang tertinggal ya, saya baru saja mau ke sana?" tanya umi Fatimah.

"Mboten enten ingkang tertinggal umi, tapi niki loh enten tamu, santri ing pesantren darussalam niki riyen." jawab pak kyai Abdullah.

"Sinten bi?"

"Fandi, santri ingkang mendapatkan beasiswa dhateng arab saudi riyen umi."

"Oh Fandi, santri pesantren darussalam niki riyen, inggih inggih umi eling bi." kata umi Fatimah.

"Apa kabar?" tanya umi Fatimah.

"Alhamdulillah baik umi." jawab Aji.

"Ayo duduk." kata umi Fatimah.

"Iya umi.." sambung Fandi.

"Kamu ke Indonesia sedang liburan ya?"

"Mboten umi, kula sampun lulus S3."

"Alhamdulillah, ini di minum dulu ya."

"Inggih umi.."

"Assalamu'alaikum." pak ustaz Fitri memberikan salam pada pak kyai Abdullah, umi Fatimah dan Fandi.

"Wa'alaikumussalam.", pak kyai Abdullah, umi Fatimah dan Fandi menjawab salam dari pak ustaz Fitri.

"Loh umi dan abi masih di rumah, saya kira sudah di mobil, Titah dan Kamil mana?" tanya pak ustaz Fitri.

"Ke parkiran pesantren darussalam, tadi bapak suruh duluan." jawab pak kyai Abdullah.

"Oh gitu.." seru pak ustaz Fitri.

"Mas kembar.." kata Fandi.

"Inggih, sinten nggih?" tanya pak ustaz Fitri.

"Fandi, mas.." jawab Fandi.

"Fandi, Fandi, tunggu, Fandi santri di sini dulu?"

"Inggih mas."

"Oh ya ya, apa kabar?"

"Alhamdulillah baik mas, maaf ini mas Fitri atau mas Fitroh ya?" tanya Fandi.

"Saya Fitri." jawab pak ustaz Fitri.

"Oh.." seru Fandi.

"Oh ya bapak, umi, Fitri dan Fitroh mau pergi dulu sebentar ya keluar pesantren darussalam." kata pak kyai Abdullah.

"Oh iya pak kyai Abdullah, nanti bisa di lanjutkan lagi, karena nanti mau ada yang saya bicarakan dengan pak kyai Abdullah juga." sambung Fandi.

"Ya sudah kamu istirahat di kamar saja."

"Oh iya pak, saya di kamar santri saja ya."

"Loh kenapa tidak di rumah ini saja istirahatnya."

"Tidak perlu pak kyai Abdullah, saya lebih suka istirahat di kamar santri."

"Oh ya sudah kalau begitu bapak pamit ya."

"Inggih pak kyai Abdullah."

"Assalamu'alaikum." pak kyai Abdullah, umi Fatimah dan pak ustaz Fitri memberikan salam pada Fandi.

"Wa'alaikumussalam." Fandi menjawab salam dari pak kyai Abdullah, umi Fatimah dan pak ustaz Fitri.

ASRAMA PUTRA

Di Kamar Fandi..

"Aku harus merubah rencana saya, baru setelah itu saya bisa masuk ke dalam hidupnya dik Titah juga merebutnya dari suaminya, tapi saya harus bisa tinggal di sini lebih lama lagi dan saya akan menjadi guru di pesantren darussalam ini." kata Fandi yang merencanakan sesuatu untuk menghancurkan pernikahan Titah dan Kamil.

Keesokan harinya..

PESANTREN DARUSSALAM

Di Kelas Bahasa Arab..

"Assalamu'alaikum." Kamil memberikan salam pada semua santri putra.

"Wa'alaikumussalam pak ustaz Kamil." semua santri putra menjawab salam dari Kamil.

"Baik langsung saja kita mulai pelajaran hari ini ya." kata Kamil yang akan mulai mengajar.

Di Ruang Batik..

"Assalamu'alaikum." Titah memberikan salam pada semua yang ada di ruang batik.

"Wa'alaikumussalam." semua yang ada di ruang batik menjawab salam dari Titah.

"Mbak Titah.." kata Annisa memeluk Titah yang rupanya ada di ruang batik untuk mengajar membatik lagi.

"Inggih.." kata Titah.

"Akhirnya kamu kembali dik, mbak kangen dengan kamu." kata Aisyah.

"Sama mbak juga kangen dengan kamu dik." sambung Dina.

"Ya sama mbak, Titah juga kangen dengan mbak Aisyah dan mbak Dina, kalian berdua apa kabar?" tanya Titah.

"Alhamdulillah baik." jawab Aisyah dan Dina.

"Nisa.."

"Inggih Rania, ana apa ta?" tanya Annisa.

"Kuwi sapa, apa dheweke sing bernama Titah, keponakannya pak kyai abdullah, Nis?" tanya Rania juga.

"Inggih Rania." jawab Annisa.

"Oh ya sampai lupa mbak, ini Rania istri Rivan, dia ikut membatik juga." kata Dina.

"Rania ini Titah istri Kamil, keponakan pak kyai Abdullah, seniormu." kata Aisyah juga.

"Oh nggih mbak, saya Rania." kata Rania memperkenalkan dirinya pada Titah.

"Nggih saya Titah, salam kenal." kata Titah memperkenalkan dirinya pada Rania.

"Ya sudah yuk mulai membatiknya." kata Dina.

Di Kelas Al-Quran Dan Hadist..

" Aku bingung habis pelajaran ini mau apa masa saya mau ke kamar lagi, butuh kegiatan tambahan yang tidak membosankan dan juga tidak susah, ada tidak ya kira-kira hmm.. " kata Aini sambil melamun.

Di Ruang Batik..

"Mbak, Titah mau ke kamar mandi dulu ya." kata Titah.

"Inggih tah." sambung Dina.

"Assalamu'alaikum." Titah memberikan salam pada semua yang ada di ruang batik.

"Wa'alaikumussalam." semua yang ada di ruang batik menjawab salam dari Titah.

Di Depan Kamar Mandi Santri Putri..

"Habis ini saya mau ke dapur sebentar ah, mau cek untuk persiapan makan siang untuk para santri putra dan santri putri serta semua yang tinggal di pesantren darussalam juga." kata Titah.

Di DAPUR PESANTREN DARUSSALAM

"Marni.."

"Inggih mpok Leha, ana apa ta, benga-bengo kaya ngono, bisa ra yen manggil kuwi biyasa wae ra perlu benga-bengo kaya ngono, kupingku iki isih berfungsi dengan normal mpok Leha, ra budeg?" tanya Marni.

"I'm sorry hehe, elu tungguin eni dapur ya jangan sampai orang lain masuk kecuali mbak Titah, mbak Annisa ame umi Fatimah." jawab mpok Leha.

"Iya mpok.." seru Marni.

"Paham kaga elu?" tanya mpok Leha.

"Iya mpok, mangertos." jawab Marni.

"Mangertos, apaan tuh?" tanya mpok Leha.

"Ngerti mpok.." jawab Marni lagi.

"Oh oke, gue tinggal ye." kata mpok Leha.

"Iya mpok.." seru Marni lagi.

"Hmm.. Dasar sok inggris pake ngomong I'm sorry, I'm sorry, mangertos wae takon, hu.. Ra pantes." keluh Marni.

"Ngomong ape elu?" tanya mpok Leha yang rupanya masih berada di dapur pesantren darussalam.

"Ora mpok, ora.." jawab Marni yang tidak sadar kalau mpok Leha masih berada di dapur pesantren darussalam.

"Bener elu?" tanya mpok Leha memastikan.

"Iya mpok, masa aku ngapusi panjenengan, ora wani aku ngapusi panjenengan mpok.." jawab Marni ketakutan.

"Iye udeh tapi kalo elu ketahuan boong awas elu ya." kata mpok Leha mengancam Marni.

"Iya mpok, iya.." sambung Marni.

"Ya udeh, assalamu'alaikum."

"Iya wa'alaikumussalam."

"Hu.. Hampir saja." kata Marni yang menarik nafas panjangnya.

"Assalamu'alaikum." Titah memberikan salam pada Marni.

"Wa'alaikumussalam." Marni menjawab salam dari Titah.

"Loh kok bali meneh, bukanne anyar metu saka pawon ta mpok leha." kata Marni.

"Dudu mpok Leha, tapi aku, Marni." sambung Titah.