Chapter 34 - 34

"Oh iya lali aku mas, ya wis ayo marang omah pak kyai Abdullah saiki." kata Rivan.

"Ya ayo, tunggu aku arep tutup lawabg omah aku dhisik." sambung Frensky.

"Inggih mas."

"Titip anakku dhisik."

"Inggih mas."

"Ya wis ayo mangkat." ajak Frensky.

"Inggih mas." kata Rivan patuh.

DI RUMAH PAK KYAI ABDULLAH.

"Assalamu'alaikum." Frensky dan Rivan memberikan salam.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." umi Fatimah menjawab salam dari Frensky dan Rivan.

"Eh ana Frensky lan Rivan, mangga mlebu marang omah leh, ana apa tumben kowe marang omah apa ana sing penting?" tanya umi Fatimah.

"Inggih umi, kita rawuh dhateng mriki kresa membicarakan hal ingkang wigatos bersama pak kyai Abdullah, sanes mekaten mas Frensky?" tanya Rivan juga.

"Inggih kasinggihan Rivan, punapa ingkang teng katakan dening Rivan kasinggihan umi Fatimah." jawab Frensky.

"Nggih sampun sumangga mlebet." kata umi Fatimah yang mempersilahkan Frensky dan Rivan masuk ke dalam rumah.

"Inggih umi." kata Frensky dan Rivan patuh.

DI MASJID PESANTREN DARUSSALAM.

"Leh.." pak kyai Abdullah memanggil Kamil.

"Inggih pak dhe." jawab Kamil.

"Kamu jadi ikut pak dhe ke rumah, sambil menunggu istrimu?" tanya pak kyai Abdullah.

"Jadi pak dhe." jawab Kamil lagi.

"Ya sudah ayo sekarang kita ke rumah, tapi tunggu dulu leh." kata pak kyai Abdullah mencari seseorang.

"Pak dhe mencari siapa?" tanya Kamil.

"Frensky, leh.. Tumben tidak kelihatan." jawab pak kyai Abdullah.

"Iya ya pak dhe tumben tidak kelihatan biasanya kan dia masih ada di masjid sebelum pak dhe keluar dari masjid." kata Kamil heran.

"Ya sudah leh sekarang kita ke rumah saja." sambung pak kyai Abdullah.

"Iya pak dhe." kata Kamil patuh.

DI RUMAH PAK KYAI ABDULLAH

"Assalamu'alaikum." pak kyai Abdullah dan Kamil memberikan salam pada umi Fatimah, Frensky dan Rivan.

"Wa'alaikumussalam." umi Fatimah, Frensky dan Rivan menjawab salam dari pak kyai Abdullah dan Kamil.

"Nah itu abi sudah pulang." kata umi Fatimah.

"Loh ada Frensky dan Rivan di rumah." kata pak kyai Abdullah yang melihat Frensky dan Rivan sudah ada di rumahnya.

"Inggih pak kyai.." seru Frensky dan Rivan.

"Enten menapa leh?" tanya pak kyai Abdullah.

"Suwun apunten sakdurunge pak kyai, kedatangan kawula ugi Rivan wonten ingkang karep kawula sampaikan kaliyan pak kyai Abdullah, ugi kebetulan teng mriki ugi sampun wonten Kamil dados badhe teng sampaikan lajeng dening Rivan kersanipun langkung jelasnya, sanes mekaten van?" tanya Frensky juga.

"Nuwun kasinggihan mas, dados kados menika pak kyai Abdullah, Kamil. Tembe kawula nembe karep menemui garwa kawula kagem menanyakan kunci lemantun teng kamar kawula, kawula melihat Fandi teng ngajeng ruang batik. rupanya Fandi telah merencanakan sesuatu kagem Kamil ugi Titah ugi pak kyai Abdullah." jawab Rivan.

"Apa..!!, maksud kamu seperti yang sebelum-belumnya van?" tanya Kamil mulai panik.

"Nah iya itu maksudnya kami, mil.." jawab Frensky.

"Sudah-sudah, kalian ini sebaiknya janganlah suudzon dulu, kalaupun itu benar kita berdoa saja pada gusti allah, karena gusti allah tidak akan pernah menguji di batas kemampuan hamba-hambanya." kata pak kyai Abdullah.

"Inggih pak kyai." kata Frensky, Rivan dan Kamil bersamaan.

"Oh ya sekarang bapak minta tolong ke kamu, leh, van." kata pak kyai Abdullah.

"Menapa niku pak kyai Abdullah?" tanya Rivan.

"Rama suwun tolong sami panjenengan, tolong panggilkan Fandi dhateng mriki bilang sami Fandi menawi rama memanggilnya nggih van." jawab pak kyai Abdullah.

"Inggih siap laksanakan pak kyai, amit." kata Rivan patuh.

"Inggih.." sambung pak kyai Abdullah.

"Assalamu'alaikum." Rivan memberikan salam pada pak kyai Abdullah, umi Fatimah, Frensky dan Kamil.

"Wa'alaikumussalam." pak kyai Abdullah, umi Fatimah, Frensky dan Kamil menjawab salam dari Rivan.

"Sudah saatnya Anin mendapatkan calon suami umi, sepertinya Fandi adalah laki-laki yang cocok untuk Anin." kata pak kyai Abdullah.

"InsyaAllah abi." sambung umi Fatimah.

"Tunggu Anin itu siapa pak dhe?" tanya Kamil.

"Anin itu adalah adik sepupu istrimu, dia keponakan dari ibu mertua kamu, mil.." jawab pak kyai Abdullah.

"Oh begitu.." seru Kamil.

"Inggih leh.." seru pak kyai Abdullah juga.

Rivan mencari Fandi dan Fandi mengikuti Rivan ke rumah pak kyai Abdullah. Sedangkan aku dan juga Frensky masih di rumah kyai Abdullah untuk membahas sesuatu yaitu tentang perjodohan antara Anin dan Fandi.

Titah dan Anin sudah tiba duluan daripada Rivan dan Fandi. Setelah beberapa menit kemudian datanglah Rivan dan Fandi. Kemudian kami memulai untuk membahas perjodohan Fandi dan Anin.

Pak kyai Abdullah menceritakan keinginan orang tua Anin dan Fandi untuk menjodohkan mereka.

FLASHBACK ON

Sepuluh tahun yang lalu..

DI PESANTREN DARUSSALAM

DI ASRAMA PUTRA.

"Kita berempat ini adalah sahabat ada Agus, Abdullah, Galih dan Yusuf, jika sewaktu saat nanti kita sudah menikah dan mempunyai anak, apakah kalian ingin menikahkan anak kalian dengan sahabat kalian?" tanya pak Yusuf muda.

"Ya tentu saja, saya ingin menjodohkan anak saya kelak dengan anak Abdullah." jawab pak Galih muda.

"Tunggu sebentar bagaimana jika anakku laki-laki semua?" tanya pak kyai Abdullah muda.

"Saya akan menjodohkan keponakanmu dengan anakku." jawab pak Galih muda lagi.

"Oke, kalau kamu bagaimana gus?" tanya pak Yusuf muda lagi

"Saya juga setuju dan saya akan menjodohkan anak saya dengan anak kamu Yusuf." jawab pak Agus muda.

"Oke, jadi ini adalah kesempatan kita ya?" tanya pak Galih muda.

"Iya Galih.." jawab pak Yusuf muda, pak Agus muda dan pak kyai Abdullah muda bersamaan.

Sepuluh tahun kemudian..

DI PESANTREN DARUSSALAM

DI TAMAN PESANTREN DARUSSALAM.

"Tak terasa kita menjadi sahabat lima belas tahun lamanya dan juga kita sudah terpisah sepuluh tahun lamanya dan kita di pertemukan kembali oleh gusti allah. Dan dengan kesepakatan yang pernah kita buat sepuluh tahun yang lalu, saya ingin menjodohkan putriku dengan putra darimu Yusuf, bagaimana apakah kamu setuju?" tanya pak Agus muda.

"Saya setuju dan akan segera kita lakukan sesuai dengan kesepakatan kita sepuluh tahun yang lalu." jawab pak Yusuf muda.

"Kalau kalian bagaimana Galih, Abdullah?" tanya pak Yusuf muda.

"Saya tidak jadi menjodohkan anak kami." jawab pak kyai Abdullah muda.

"Loh mengapa Abdullah?" tanya pak Galih muda.

"Karena anak saya kembar dan kedua-duanya adalah laki-laki, sedangkan anak adikku atau keponakanku adalah perempuan." jawab pak kyai Abdullah muda lagi.

"Perjodohan itu tetap terjadi Abdullah tenang saja, bukankah aku sudah mengatakannya sepuluh tahun yang lalu tentang ini apabila anakku dan anakmu tidak bisa kita jodohkan maka aku akan menjodohkan anakku dengan keponakanmu." kata pak Galih muda.

"Oh ya aku sampai lupa." sambung pak kyai Abdullah muda.

FLASHBACK OFF

DI RUMAH PAK KYAI ABDULLAH.

"Oh jadi seperti itu ceritanya pak kyai." kata Frensky.

"Makannya aku dan Titah menikah, dan kami di jodohkan dari sebelum kami lahir, sedangkan Fandi dan Anin juga sama seperti aku dan Titah. Benar begitu pak dhe?" tanya Kamil.

"Inggih leh.. Benar.." jawab pak kyai Abdullah.

"Assalamu'alaikum." Rivan dan Fandi memberikan salam pada pak kyai Abdullah, umi Fatimah, Frensky dan Kamil.

"Wa'alaikumussalam." pak kyai Abdullah, umi Fatimah, Frensky dan Kamil menjawab salam dari Rivan dan Fandi.