Chapter 33 - 33

"Panjenengan?" tanya Marni saat melihat Titah di dapur pesantren darussalam.

"Kula Titah, keponakan saking pak kyai Abdullah." jawab Titah memperkenalkan dirinya pada Marni.

"Oh nggih, mangga mbak." kata Marni.

"Inggih, mangga." sambung Titah.

"Kok seje ya."

"Benthen, maksudnya?" tanya Titah.

"Oh wonten teng mriki ta rupane mbak Titah teng ucal tahunya teng pawon." kata Annisa yang rupanya sudah ada di belakang Marni juga berada di depan Titah sambil memberikan kode pada Titah agar tidak memberitahu Marni kalau Annisa ada di belakangnya.

"Nuwun benthen mbak, antawis mbak Titah kaliyan mbak Nisa benthen sekali." jawab Marni tidak menyadari di belakangnya sudah ada Annisa.

"Benthen teng pundi Marni?" tanya Titah mengerti dengan kode yang di berikan oleh Annisa.

"Benthen saking sifatnya, mbak Annisa punika bawel, cethil ugi ingkang paling wigatos punika mboten kresa kalah kaliyan kawula remen menyiksa suaminya, benthen ta kaliyan mbak Titah." jawab Marni masih tidak menyadari Annisa berada di belakangnya.

"Awas nuwun panjenengan, telas panjenengan kaliyan kawula Marni hmm.." kata Anissa berbisik-bisik dengan kesal saat mendengar jawaban Marni dan juga berdiri tepat di belakangnya, kemudian memberikan kode pada Titah kembali.

"Emange sifat kawula kados punapa Marni?" tanya Annisa.

"Sifat mbak Titah baik, garwa ingkang saleha, patuh kaliyan utus suaminya, ibu ingkang linangkung buktinya tebih saking anak-anaknya taksih enget kaliyan anaknya sendiri, makannya itulah kawula menggatakan menawi mbak Titah ugi mbak Annisa berbeda.." jawab Marni dan baru menyadari kalau Annisa sudah berada di belakangnya dari tadi.

"Punapa panjenengan, punapa iseh ingkang badhe panjenengan bicarakan kaliyan mbak Titah, adukan kemawon semuanya Marni, sebelum panjenengan tak hukum?" tanya Annisa lagi.

"Sabar Nis.." kata Titah memperingati Annisa agar tidak emosi.

"Inggih mbak, maturnuwun." kata Annisa.

"Hehe mbak Nisa.." Marni hanya tertawa.

"Punapa hehe mbak Nisa.. Sakmenika panjenengan badhe kawula hukum, hukuman panjenengan mangke saksampune penghuni pesantren darussalam dhahar siyang, enggal saksampune panjenengan ingkang dhahar siyang, ngertos panjenengan?" tanya Annisa lagi kemudian meninggalkan Marni juga Titah di dapur pesantren darussalam.

"Inggih mbak.." jawab Marni.

"Kawula mboten tumut nuwun Marni, kawula karep kondur dhateng ruang serat." kata Titah.

"Inggih mbak, mboten punapa-punapa kok kawula sampun terbiasa kok.." sambung Marni.

"Assalamu'alaikum." Titah memberikan salam pada Marni.

"Wa'alaikumussalam mbak." Marni menjawab salam dari Titah.

"Nisa tunggu.." seru Titah.

Dan mpok Leha melihat istriku sedang mengejar Annisa setelah dari dapur, mpok Leha sudah bisa menebak apa yang terjadi dan Marni lah yang di jadikan tersangka nya oleh mpok Leha.

"Loh itu kan Titah, istriku, kenapa ya, ada apa ya, kenapa dia mengejar Annisa setelah keluar dari dapur, gue harus cari tahu, Titah tunggu, sayang.." kata Kamil yang mengejar Titah.

Sementara itu di depan ruang batik tampak Fandi yang sedang berdiri di sana, rupanya dia sedang mengingat-ingat masa lalunya dengan istriku.

DI DEPAN RUANG BATIK.

"Ditempat ini saya dan kamu pertama kalinya kita bertemu Titah, saya juga berjanji akan jadi pengantin priamu dan menjagamu, tapi sekarang apa.. Malah kamu sudah menikah dengan pria lain, pria itu bukan aku, tapi bukan Fandi namanya kalau saya menyerah begitu saja, saya akan merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milikku, ya milikku, hanya milikku, Titah hanya boleh menjadi milikku tidak boleh di miliki oleh pria lain selain aku, langkah pertama ku adalah aku harus menyingkirkan suami Titah, haha.." kata Fandi yang tidak menyadari jika Rivan tepat berasal di belakangnya.

"Fandi mempunyai sebuah rencana jahat pada Titah dan Kamil, tidak akan aku biarkan, saya harus memberitahukan hal ini pada mas Frensky dan pak kyai Abdullah, untung saya sudah merekam tentang rencananya." kata Rivan yang mendengar perkataan Fandi.

Fandi pergi dari depan ruang batik tanpa menyadari kalau ternyata Rivan sudah berada di belakangnya dari tadi, karena Rivan ada keperluan dengan istrinya. lalu Rivan pergi untuk menemui Frensky melupakan niatnya.

Rivan bertemu dengan Frensky, Rivan mengajak Frensky untuk segera ke rumah pak kyai Abdullah, membicarakan tentang rencana Fandi.

Di RUMAH FRENSKY.

"Ibumu endi ya leh, kok suwe banget marang ruang batike, bapak arep ngajar neng pesantren darussalam ta.." kata Frensky.

"Mas Frensky, mas Frensky, gawat mas, gawat mas Frensky." kata Rivan panik.

"Eh Rivan bisa meneng ra kowe iki ya, kowe ra delok anakku lagi bobo ciang apa?, endi salamnya." keluh Frensky merasa terganggu karena Frensky sedang menggendong anaknya yang sedang tertidur juga.

"Sorry, sorry, sorry, sorry mas bro, sorry, i'm sorry okay." kata Rivan.

"Sudah kamu jangan ngomong sorry, sorry, i'm sorry segala sih kamu. Sok bule elu.." keluh Frensky lagi.

"Loh emangnya kenapa ta mas?" tanya Rivan.

"Ra pantes tahu kamu itu ya makanannya saja masih tempe dan tahu sok-sok an di Inggris Inggris in kaya gitu, oh ya satu lagi van." jawab Frensky.

"Opo mas?" tanya Rivan lagi.

"Salammu endi van." jawab Frensky.

"Astaghfirullahalazim apura mas, lali aku emas emas hehe.." kata Rivan.

"Em.."

"Assalamu'alaikum mas Frensky." Rivan memberikan salam pada Frensky.

"Wa'alaikumussalam." Frensky menjawab salam dari Rivan.

"Hehe.." Rivan tertawa.

"Em saiki kowe aku takon, ngapa kowe marang kene, apa kowe ra ngajar ta?" tanya Frensky.

"Mengko mas ngajar aku, tapi iki ana sing luwih penting, gawat pokoke mas." jawab Rivan panik.

"Maksudmu?" tanya Frensky lagi.

"Seperti ini mas ceritanya." jawab Rivan lagi.

FLASHBACK ON

DI DEPAN RUANG BATIK.

"Hari ini saya mengajar kelas tambahan untuk santri putra, aku mau bertemu dengan istriku untuk.. Eh tunggu itu bukannya Fandi ya, sedang apa dia di sini?" Rivan bertanya-tanya dengan curiga.

"Ditempat ini saya dan kamu pertama kalinya kita bertemu Titah, saya juga berjanji akan jadi pengantin priamu dan menjagamu, tapi sekarang apa.. Malah kamu sudah menikah dengan pria lain, pria itu bukan aku, tapi bukan Fandi namanya kalau saya menyerah begitu saja, saya akan merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milikku, ya milikku, hanya milikku, Titah hanya boleh menjadi milikku tidak boleh di miliki oleh pria lain selain aku, langkah pertama ku adalah aku harus menyingkirkan suami Titah, haha.." kata Fandi yang tidak menyadari jika Rivan tepat berasal di belakangnya.

"Fandi mempunyai sebuah rencana jahat pada Titah dan Kamil, tidak akan aku biarkan, saya harus memberitahukan hal ini pada mas Frensky dan pak kyai Abdullah, untung saya sudah merekam tentang rencananya." kata Rivan yang mendengar perkataan Fandi.

FLASHBACK OFF

DI RUMAH FRENSKY.

"Oh dadi ngono ceritane van?" tanya Frensky.

"Inggih mas, dadi ngono ceritane." jawab Rivan.

"Wah ra bisa dibiarkan iki ayo melu aku." kata Frensky.

"Marang endi mas?" tanya Rivan.

"Lah kowe iki piye ta jarene mau kowe ajak aku marang omah pak kyai Abdullah, terus kok saiki malah tanya marang endi." jawab Frensky mengeluh.