Chereads / Sweet Sinner 21++ / Chapter 6 - Sweet Sinner | 2.2

Chapter 6 - Sweet Sinner | 2.2

Karena dua kali berulah kini Persia mendekam di dalam kamar milik Robert. Mirip hewan peliharaan memang! Tapi itu masih terdengar baik selama Persia tidak merasakan apa yang Robert ucapkan, tapi kamar mewah dengan ornamen-ornamen alam yang indah dan tentunya Persia merasakan kesejukan itu tidak akan membayar rasa rindu Persia terhadap ibunya. Ia harus mampu menguasai senyuman ketika membelai pita berwarna merah muda di tangan, pita lucu itulah terkadang mampu membuat Persia berpikir dewasa lalu berhenti membantah orang tuanya terutama ibu yang sudah mengajari Persia tentang segalanya.

Di dekat jendela, tepat di sebelah perapian Persia meringkus dirinya dalam selimut tebal. Ia sudah lelah karena beberapa jam lalu harus berperang melawan perilaku pria yang ia panggil Gold. Tidak sampai disitu, Persia juga sudah mengelilingi kamar besar Robert untuk menemukan alat komunikasi di sana tapi hasilnya nol besar. Kamar tidur menunjukkan kemewahan itu sama sekali tidak memiliki akses internet, karena memang Robert memutuskan jaringan telepon di kamarnya. Fine! Itu salah satu fasilitas hukuman Persia.

Saat Persia tengah terdiam dan tak tahu harus merencanakan apa-apa lagi, pintu kamar terbuka lebar. Persia terhenyak sejenak tapi kembali membenamkan wajahnya di tumpukan tangannya di atas meja. Tidak ada usaha yang hendak dilakukan Persia saat itu, ia hanya rutin mendengarkan suara beberapa pelayan menyajikan makanan,

"Makan malam sudah siap Nyonya!" Shandy menawarkan hidangan malam lengkap di atas meja.

Nyonya? Ah, sebutan itu hampir tertinggal dalam daftar rasa tidak percaya Persia terhadap empat hari terakhir. Mulai sekarang Persia harus membiasakan diri dengan lingkungan di keluarga Robert, terutama sikap aneh Evelyn. Ya, Persia memaklumi hal tersebut karena mungkin rasa bahagia seorang ibu mendapati anaknya menikah. Menikah? Ya, itu hal yang gagal Persia wujudkan bersama Edo melainkan dengan pria asing.

Agar rasa lapar dapat teratasi Persia segera melahap salah satu dari lima menu di meja. Kemudian Persia meringkuk tanpa menginginkan sesuatu lagi meski Shandy sempat bertanya tentang apa yang Persia butuhkan.

[...]

Sudah semalaman Persia terjaga meski sebenarnya ia gadis yang hobi tidur dan tidak akan bisa membuka mata sebelum melebihi durasi yang ditetapkan dirinya, tapi berbeda ketika Persia waspada terhadap Robert. Pengendali panel ada di tangan Robert tapi pagi ini Persia sama sekali tidak mendapati pria bertubuh besar itu masuk ke dalam kamar. Sempat merasa tenang tapi baru saja selesai mencuci muka Persia mendengar sekaligus melihat Robert memasuki ruangan, tapi tak ada perlakuan khusus yang mengerikan. Robert hanya berjalan kesana-kemari memilah berkas di atas meja sembari menerima panggilan seseorang.

Persia berdiri untuk memperhatikan keadaan Robert mengatasi segala pekerjaan. Di balik tembok kamar mandi Persia merasa Robert pria yang akrab dengan bisnis. 'Dia pekerja keras.' dalam hati Persia menyukai sebuah tanggung jawab terutama seorang laki-laki yang pintar mengatur segala urusan pekerjaan. Ah, tidak! Persia menolak hatinya berkata-kata lagi, lalu Persia berbalik arah agar tubuh tegap itu tak terlihat lagi.

Sedikit memutar kran air dan Persia bermain-main dengan percikan air hangat dari shower, merasa tubuhnya semakin lengket Persia melepas kaos tipis berwarna putih kemudian Persia mulai membasuh wajah cantiknya. Beberapa menit Persia merasa lebih tenang dengan air hangat ia melepas bra, perlahan-lahan Persia mengusap lembut leher dan kepala. Berlanjut Persia membuka resleting celana jeans,

"Untuk bagian itu nanti saja! Ada sesuatu yang harus dibicarakan!"

Persia terlonjak dari cucuran air, segera ia merapatkan kedua tangan menutupi sebagian ruas tubuhnya,

"Dasar nggak sopan! Nggak pernah diajarin tata krama apa?" Umpat Persia membulatkan mata.

Sempat Robert memutuskan untuk berbalik dan menunggu Persia di luar. Tapi perkataan Persia seperti sebuah hinaan untuk Robert sehingga ia mendekati kondisi Persia yang basah oleh air kran,

"Aku menyuruhmu keluar bukan untuk mengumpat!" Segera Robert memutar arah panel kemudian air shower berhenti menyirami tubuh Persia.

Lebih gila dari rasa khawatir Persia semalam, baru saja Persia merasa bernapas lega tapi mata keemasan itu berhasil menangkap keadaannya setengah telanjang,

"K...kau... B...isa me...ngetuk pintu!" Ungkap Persia terbata.

"Apa kau lupa Nona? Ini adalah kamarku," Robert meraih helai yang menyembunyikan mata Persia. "Aku bebas melakukan apapun termasuk..."

"Iya! A...aku akan keluar!" Sergah Persia tidak akan sanggup jika mendengar Robert menyelesaikan perkataannya.

Dengan kedua tangan masih rutin melindungi bagian atas tubuhnya, Persia berusaha berlalu dari hadapan Robert dengan cepat. Tapi Persia terlalu tolol hingga langkahnya terkalahkan oleh ketangkasan tangan Robert yang menjerat pinggulnya. Persia pun merasakan sentuhan itu merampas kelembutan air yang tertinggal di permukaan perut kemudian hembusan napas Robert sangat terasa di pundaknya, berlanjut sampai daun telinga Persia,

"Aku belum selesai bicara Baby," sengaja Robert menyentuh pipi Persia dengan ujung hidung mancungnya. "Tapi aku anggap pembicaraan ini selesai asal kau... Selesai mandi dalam waktu lima menit, jika terlambat aku akan menyeret mu sampai ke bawah dan garasi!"

Robert mendorong tubuh Persia kembali mendekat di bawah kucuran air shower dan tak lupa Robert menyalakan kran dengan mengatur suhu lebih rendah hingga Persia menggigil. Kemudian Robert berlalu tanpa peduli teriakan Persia yang memaki-maki.

Selang menit terkumpul ketika Robert menanti Persia ia sempat meminta pelayan untuk menyimpan pakaian milik Hilda. Secara khusus agar warnanya masih bisa Robert nikmati kala membelai semua serat benangnya. Karena mungkin hari ini atau bahkan seterusnya Robert akan lebih rutin menemani Evelyn. Kabar yang sempat Robert dapat dari dua adik kembarnya bahwa Evelyn mulai melupakan sesuatu yang baru saja terjadi, termasuk dalam beberapa menit.

Semua keperluan penerbangan telah Robert siapkan, tinggal satu hal yang membuat Robert enggan mempersiapkan segalanya ialah harus membawa Persia ke New York. Gadis Asia tenggara itu menurutnya sangat merepotkan, buktinya saja sudah hampir satu jam Robert menunggu di ruang tengah Persia tak juga memenuhi panggilannya. Sedikit bersabar Robert mengeratkan rahang, mata yang terpejam kemudian Robert mengumpulkan udara dalam pernapasan dan membuangnya kasar. Selang menit bergerak sampai deru jet pribadi sudah tiba di landasan pribadi Persia belum juga turun.

Tak ingin membuang waktu Robert hanya menyisakan tugas untuk Shandy membawa Persia, meski terdengar suara penolakan dari Persia tapi Robert hanya menggerakkan kepala sebagai isyarat untuk Shandy,

"Cepat! Kau ingin aku menarik rambut mu hah?!" Ancam Robert berkutat tentang ibunya.

Persia hanya berjalan tanpa melepas pandangan dari wajah Robert, ia berjaga-jaga agar tidak melewatkan sikap yang sewaktu-waktu bisa mencelakai. Kemudian Persia mulai menaiki jumlah tak seberapa dari anak tangga menuju badan jet pribadi. Hatinya sempat kebingungan karena kemana lagi pria bermata emas itu akan mengajaknya pergi? Atau Persia harus dibawa ke tempat seharusnya? Ah sungguh luar biasa perasaan takut Persia semakin besar, tapi Persia tak ingin gegabah dan tetap pintar mengendalikan sikap di depan Robert.

[...]

Manhattan, New York

Dari ketinggian lima ribu kaki Persia sempat tak percaya dan tidurnya terputus ketika melihat jembatan gantung megah di kota New York, tepatnya di kawasan Manhattan. Saat jet merendah di West Village Persia melirik kembali rencana untuk lari, terbesit di pikiran jika Persia dapat leluasa bergerak ke tempat pamannya, tapi ketika melihat arah disebelahnya Persia rasa itu tidak mungkin.

Persia membanting punggungnya kembali ke sofa kemudian ia menggigit kecil bantal di pelukan, sembari melihat wajah yang sibuk dengan urusan pekerjaan itu ingin segera Persia menginjak-injak atau meremasnya agar menjadi remahan makanan ringan. Tapi Persia sadar bahwa penerbangan hari ini hampir selesai. Ya, selesai dan Persia akan bersiap-siap melakukan tugas lain dari Robert. Itu pasti.

Perlakuan Robert semakin tak ramah dengan menarik kerah kemeja Persia ketika jet pribadi lebih merendah. Menurut Robert menunggu Persia lagi sangat menyita waktu jadi Robert memilih cara instan,

"Kau pikir aku barang yang bisa kau tenteng kemanapun hah?!" Protes Persia mendongak tanpa berhasil melepaskan tangan Robert dari bahunya.

Langkah Persia tak beraturan saat Robert menyeret sampai meninggal ruangan mewah jet, kemudian Robert memperlambat jejak kakinya sehingga Persia tidak mampu mengelak tubuhnya menabrak dada Robert,

"Di dalam ada keluarga besar Luxembourg, bersikap manis kalau kau tidak ingin aku memperkosa mu! Mengerti?" Terang Robert penuh penekanan.

Ucapan Robert semakin tak bisa dideskripsikan dalam pikiran Persia. Tapi saat itu Persia seperti anak kecil yang baik dan selalu menuruti perintah, wajahnya semakin terlihat menggoda saat itu bagi Robert. Tapi bukan waktunya Robert berkelana memikirkan hal yang tidak mungkin, karena Evelyn hal yang penting untuk Robert.

Rumah mewah tiga lantai, dikelilingi alam buatan serta bagian ruangan yang terpampang dari luar itu menghipnotis mata Persia. Tapi wujud elegan rumah Evelyn mengandung kesedihan di sana, Persia pun tak mengerti saat keluarga besar yang seharusnya menyambut dengan bahagia atas kedatangan Robert justru dirundung kecemasan. Persia hanya bisa memperhatikan satu persatu wajah dari keluarga Luxembourg,

"Hi Rob, apa kabar?" Sambut seorang wanita cantik berkulit cokelat.

Robert mengangguk sekedar memberi isyarat bahwa ia baik-baik saja, kemudian membalas pelukan dua adik kembarnya bernama Hellen dan Ellen Luxembourg,

"Sudah berapa lama ibu tidur hm?" Robert menyeka air mata Ellen.

"Ini semua gara-gara Joseph!" Rengek Ellen menyalahkan almarhum saudara kembar Robert.

Robert tidak menyetujui jika Ellen menyalahkan sosok kepergian Joseph. Semua itu garis takdir tanpa rancangan yang harus diterima semua anggota keluarga, tapi sampai sekarang Evelyn tidak pernah menerima hingga mempengaruhi psikologis pada diri Evelyn. Sudah lima tahun kepergian Joseph meninggalkan sayatan di hati Evelyn, meski Robert siap menggantikan peran Joseph tapi Evelyn tetap bertahan dalam rasa kehilangan. Setiap bulan kondisi kesehatan pikiran Evelyn menurun, pasalnya setiap memori yang tertangkap di dalam struktur otak Evelyn akan hilang dalam sekejap. Amnesia secara persial membuat Evelyn lupa orang-orang baru disekitarnya.

Kecelakaan yang pernah Evelyn alami hingga menewaskan Joseph tak bisa diterima baik oleh Evelyn, rasa menyesal sekaligus kehilangan melanda diri Evelyn. Tapi waktu berhasil membuat Evelyn membaik dengan semua perhatian dan usaha Robert. Ibu empat anak dari dua saudara kembar itu berhasil melewati masa sulit dengan suasana yang menyenangkan dan menjamin kebahagiaan Evelyn dari putra sulungnya. Peran Robert sangat penting bagi Evelyn, tapi kini memori tentang Joseph terulang hingga dirinya terus berteriak, meronta hendak melepas semua beban yang harus ia tanggung sendiri,

"Apa dokter sudah datang?" Robert menyelidik pintu kamar Evelyn yang tertutup rapat.

"Sudah! Kita harus menunggu sebentar, Rob!" Pesan ayah Robert menenangkan.

"Kenapa dia seperti itu?" Rasa penasaran Robert semakin besar.

Ellen menggeleng lemah, ia mengusap air mata yang terus bergulir di pipi, "saat pulang dari Kanada sikap ibu menjadi aneh, dia selalu mengatakan bahwa Joseph pun akan melangsungkan pernikahan bersamamu."

Robert tertunduk dan hanya mampu merasakan apa yang Evelyn alami. Tapi perkara itu hanya tinggal kenangan manis dari janji Joseph,

"Kita tunggu saja disini! Atau kau bisa antar istrimu istirahat sebentar!"

Perkataan Gabriel Luxembourg tidak dihiraukan oleh Robert. Ucapan ayahnya itu terdengar berlebihan karena bagi Robert tidak perlu bersusah-payah mengantar Persia ke kamar. Dan tentunya Robert masih memikirkan Evelyn, urusan yang lain bukan tujuan Robert saat itu.

Sekitar satu jam lebih pintu kamar Evelyn terbuka namun hanya dokter pribadi Evelyn keluar sambil menenteng tas kulit dan kertas berwarna putih. Kemudian dokter menyerahkan berkas hasil pemeriksaan Evelyn bulan lalu yang belum sempat Robert tahu.

Anggota keluarga Luxembourg tampak sedang memahami instruksi dokter mengenai penanganan Evelyn saat itu. Persia terdiam hanya melihat satu persatu raut mereka, terutama Robert yang nampak mengusap rahang kemudian meletakkan kedua telapak tangan di ujung kepala, menandakan kegelisahan tertera di wajahnya. Persia tidak tahu apa dan kemana arah pembicaraan dokter, tapi entah saat menyebut nama Evelyn hati Persia terasa berat. Ia tidak pernah menyangka bahwa keceriaan Evelyn berjalan sementara.

Sampai akhirnya Persia tahu apa yang di alami Evelyn dan Joseph. Kasusnya hampir sama ketika Persia tidak sengaja mencelakai Hilda. Persia mulai berpikir kembali bagaimana perasaan seseorang yang telah ditinggalkan, seperti Evelyn ataupun Robert.

Saat ditengah-tengah perbincangan tanpa mereka sadari Evelyn membuka pintu kamarnya. Wajah Evelyn berseri ketika melihat seorang wanita di depannya,

"Hai, kau siapa?" Tangan Evelyn berusaha meraih wajah Persia.

Persia termenung. 'Dia nggak inget siapa aku?' Hatinya tersimpan cara agar Persia dapat keluar dari rumah ataupun anggota keluarga Luxembourg, sehingga Persia memiliki niat untuk tidak menyebutkan status dirinya, "ah... Aku... Em... Aku Persia, aku ini..."

"Ibu lupa jika wanita cantik ini milikku hm?" Segera Robert memeluk pinggang Persia dari belakang. Kemudian mengecup sisi wajah Persia dengan senyum kearah Evelyn.

Darah yang mengalir di dalam tubuh dapat Persia rasakan ketika Robert meremas pinggul kemudian mencengkeram paha Persia,

"Lakukan kesalahan hanya padaku! Bukan untuk ibuku dan berhenti memikirkan rencana untuk berkata jujur di depan wanita yang paling berharga untukku, jika kau melakukannya aku pastikan ibu dan ayah angkat mu itu menderita, Baby!" Tutur Robert kini mengecup pipi Persia di depan keluarga besar Luxembourg.