Chereads / Sweet Sinner 21++ / Chapter 12 - Sweet Sinner | 4.3

Chapter 12 - Sweet Sinner | 4.3

Sekitar empat jam lamanya Persia berjalan dari kawasan Brooklyn menuju Manhattan. Sesekali Persia menoleh ke belakang berharap Dewa akan mencegah sampai ke pusat kota, tapi roda empat Dewa sama sekali tidak terlihat bahkan Persia terus menatap meski kenyataan itu mulai membekali tanyanya. Kosong! Yang Persia tahu sekarang saatnya ia tidak hanya berjalan dalam jarak yang sangat jauh ke rumah Joseph, tapi Persia memang tidak akan bisa lolos dari fase yang sudah menjeratnya. Entahlah, meski beribu kali Persia yakin dapat mencoba lari tapi tidak ada satupun cara yang bisa ditemukan.

Sekitar pukul satu dini hari Persia mengusap-usap wajah kemudian tangannya yang terasa dingin. Bahkan kepalanya mulai pening karena Persia menahan lapar semalaman. Awalnya Persia tidak peduli jika ia harus mati kelaparan atau akibat kelelahan, tapi Persia masih memikirkan kondisi orang tuanya jika tahu tentang permasalahan Persia. Bukan memberikan kebanggaan justru Persia meninggalkan beban untuk kedua orang yang sudah berbaik hati membesarkannya.

Pintu gerbang dan kemegahan rumah Joseph sudah di depan mata. Penjaga sempat akan membantunya berjalan saat kaki Persia sudah mati rasa, berjalan beberapa puluh meter menuju pintu utama saja sudah tidak sanggup. Tapi Persia bukan wanita manja yang mengandalkan kekuatan orang lain, dia berusaha kuat seperti sikap ibu yang sudah membesarkannya dan... Evelyn. Ya, bagi Persia Evelyn sosok wanita yang kuat meski demikian banyaknya masalah yang saling berlomba untuk datang.

Tapi karena sudah tidak sanggup menahan lelah dan tentu laparnya Persia bersedia mendapat perhatian khusus dari Shandy. Ia berjalan saat Shandy menopang tubuhnya,

"Hati-hati Nyonya, Tuan dan yang lainnya sudah menunggu." Ucap Shandy membuka pintu.

Persia menautkan alisnya, "yang lainnya?"

"Iya, Nyonya Evelyn hampir tidak sadarkan diri saat mengetahui Anda tidak di rumah. Tapi saya mencoba untuk sedikit berbohong bahwa Anda sedang ada pesta dengan teman-teman Anda." Jelas Shandy mencoba mencari alasan.

Pintu kayu besar terbuka lebar. Melantangkan penantian panjang seorang Gabriel, Ellen, dan terutama mata itu lagi. Persia sempat sesak napas, tapi seperti tidak ada tingkah laku aneh karena Persia terlihat biasa saja seakan tidak terjadi apa-apa. Padahal Persia sungguh menyiapkan tenaga dan mental jika Robert akan bersikap seperti makhluk Yunani kuno,

"Kau kemana saja nak?" Gabriel bangkit dari tempat duduk dan berjalan tergesa ketika melihat Persia, "kami khawatir karena kau tidak ada di restoran dan juga di rumah."

Persia tersenyum saat Gabriel membantunya berjalan menggantikan posisi Shandy. Lalu Persia meneliti wajah Shandy saat mengangguk untuk melunasi ide Shandy di depan keluarga Luxembourg. Meski Persia yakin Gabriel tidak sebodoh itu, tapi setidaknya alasan dari orang kepercayaan keluarga Luxembourg adalah solusi terakhir,

"Aku tidak sengaja bertemu dengan teman-temanku," Persia mengeratkan genggaman di pundak Gabriel, "lalu kami berbicara banyak hal sampai melupakan waktu, dan entahlah mereka mencoba becanda dan menelantarkan aku."

Sontak Helen tertawa meremehkan, "tersesat? Di tahun serba teknologi kau tersesat Persia? Yang benar saja? Itu konyol dan kau sangat dungu!"

"Helen!" Bentak Robert enggan mendengar suara gaduh adiknya.

Karena terlalu muak dan memendam tragedi itu sangatlah membosankan, Robert berjalan sangat cepat dan hanya beberapa detik Persia sudah berada di gendongan Robert,

"Aku akan membantu mengobati lebam di kaki mu itu Baby," Robert mengeratkan rahang, "biarkan ayah dan yang lain tidak menghawatirkan kau."

Tidak ada hal yang mencurigakan di mata Gabriel ataupun yang lain. Tapi Persia memandang penuh harap jika Gabriel memanggilnya atau sekedar menghentikan langkah Robert. Tapi Persia hanya bisa menelan saliva nya tanpa berani melihat wajah Robert. Jumlah anak tangga menuju kamar pun seakan dapat dihitung,

"T...turunkan aku!" Pinta Persia lirih.

"Aku bahkan bisa melempar tubuhmu sekarang! Tapi aku masih peduli kecemasan ibuku Persia!" Balas Robert kini menendang pintu kamar. Baritonnya mengguncang telinga Persia.

Meski berharap dapat pertolongan, tapi Persia mendengar semua orang sudah berada di luar halaman. Bahkan terdengar beberapa deru mesin mobil sudah mulai melaju. Pelan Persia menelan nasibnya malam ini, karena mobil terakhir yang terdengar meninggalkan rumah Joseph adalah mobil Gabriel. 'Celaka.' Batin Persia pilu,

"I...ibumu?" Persia sama sekali tidak mengetahui dasar perkataan Robert.

Satu hal yang paling malas dilakukan ialah mengulang pembicaraan ketika perkataannya tidak dipahami. Terutama Robert harus menghadapi orang seperti Persia, gadis yang masih belum tahu sebuah ancaman. Bukan! Robert enggan mengancam atau apapun dalam menjerat. Tapi nampaknya Persia sudah memerlukan bukti bahwa Robert tidak pernah memainkan sebuah omongan.

Tidak di sangka pertanyaan Persia hanya terjawab oleh jejak Robert menuju kamar mandi, Persia sempat panik sampai ia menahan gagang pintu itu dengan tangannya. Tapi karena Robert terlalu kuat bahkan cengkeramannya lebih menerangkan kemarahan dan Persia tidak akan bisa berbuat banyak. Sampai Robert menyentakkan tubuhnya ke dasar dinding lalu menyalakan kran air hingga membasahi keduanya Persia hanya bisa diam namun memasang waspada, tapi sepertinya kondisi sudah tidak memungkinkan saat tiba-tiba Robert menjerat kedua tangan Persia ke atas. Pandangannya seolah tidak akan pernah ramah ketika mata itu mencaci,

"Masih beruntung aku tidak memintamu untuk menjadi pelacur ku," Robert berkedip menahan air yang menerjang wajahnya, "kau hanya perlu duduk manis menjadi Nyonya Luxembourg, menyambut para tamu istimewa setiap aku mendatangi acara-acara tertentu. KEMUDIAN AKU HANYA MEMINTAMU MENJADI SOSOK WANITAKU DI DEPAN IBUKU PERSIA!"

Teriakan Robert terlalu tajam hingga Persia gemetar menanggapi suara itu,

"Apa itu terlalu sulit untuk kau lakukan setelah kau membunuh istriku? Apa kau tidak tahu sebuah aturan yang aku mainkan Persia? Dan apa kau tidak bisa melihat kondisi ibuku? Aku tidak menginginkan ini Persia, apalagi tahu jika ibuku mulai menyukai kehadiranmu. Aku benci itu tapi kebahagiaan ibuku segala-galanya, hingga aku tidak menyuruhmu melakukan hal lain meski sebenarnya aku ingin melenyapkan mu Baby!" Semua amarah Robert yang terpendam sudah siap meluap.

"A...aku... Tidak bermaksud lari... Kalau aku... Memang ingin pergi untuk apa aku kembali ke rumah ini?" Persia terengah-engah menyambut air yang mengalir cukup deras di permukaan wajah, "lagipula aku tidak memiliki alat komunikasi. Kau... Tidak mengijinkan bukan? Aku mencoba untuk mengikuti semua aturan-aturan mu tuan Gold, aku tidak semena-mena meski aku tidak sengaja terlibat dalam..." Persia mulai ketakutan saat akan melanjutkan kata-katanya.

"BOHONG! kau mencoba membohongiku hah?! Aku tidak tolol Persia," Robert mendekati wajah Persia, "dan kau jangan mencoba memancingku untuk melakukan tindak kejahatan."

"A...apa ma...ksudmu?" Persia terbata.

Kemudian satu tangan Robert menyusuri resleting baju Persia. Merobek gaun yang sempat membuat Persia anggun dan cantik. Lalu jemari Robert menyusuri di antara bentuk sintal yang kini terpampang jelas,

"Aku yakin kau tidak akan menolak ini Persia." tangan Robert semakin merajalela di kedua dada Persia.

"Lepaskan aku!" Persia mencoba bebas tapi tangan dan kakinya terasa berat.

"Hadiah paling berharga dalam pernikahanku sudah kau renggut dengan keji, Persia. Kau sudah membunuh calon anakku!" Penjelasan Robert sulit dipercaya, Persia tidak pernah menyangka hal itu.

"T...t... Tidak mungkin..." Persia menggeleng, antara air kran dengan air matanya saling bertemu.

Sulit bagi Persia menerima kenyataan yang terjadi. Persia merasa terpukul mendengar bahwa kenyataan pahit harus dilalui, terutama wujud bayi yang ada di rahim Hilda. Sangat tidak mungkin, bahkan Persia mengira Robert hanya menyisakan kebohongan malam itu agar Persia semakin terjerat. Tapi entah mata itu melambangkan kemarahan dan kesedihan sehingga Persia tidak pandai membedakan air mata yang mengalir di pipi Robert,

"Sampai sekarang aku berusaha menyakinkan diri bahwa semua ini tidak mungkin Persia, aku tidak sedang kehilangan istri dan anakku. Tapi setiap melihatmu dari sana aku percaya bahwa kebahagiaanku sudah musnah. Tidak tersisa sedikit pun, dan sekarang kau mencoba untuk membunuh ibuku hah? Kau ingin mengulanginya Persia? Kau tidak puas CLAUDIA?!" Kini jemari Robert secara kuat menekan leher Persia.

Persia diam kala malam sudah menghukum kemudian amarah di dalam bilik mulai memuncak. Persia mengerjap cepat karena ia tidak tahu harus menahan air menimpa mata atau tenggorokan yang tercekat. Sampai akhirnya Persia mampu bernapas dengan tubuh terkulai, lalu Persia melihat punggung itu menjauh. Sejenak berhenti untuk mengusir titik kecil air di wajah dan meremasi rambut lebatnya,

"Kali ini aku memintamu untuk tetap tinggal demi ibuku," Robert menoleh sekilas, "aku tidak akan memintamu menjadi Hilda, karena sampai kapanpun semuanya tidak akan kembali!"

Robert berlalu karena ia merasa tidak perlu menghabiskan waktu untuk mengayomi kesalahan Persia. Tapi amarah dan rasa sakit itu masih sama. Meski ia tidak mengenal rasa yang sempat membuatnya bahagia tapi Robert mampu mendengar suara rintihan kekecewaan dari tempat di mana Persia duduk bermodalkan gaun yang sudah tercabik. 'Aku tidak bisa melakukannya! Aku tidak mungkin tidur dengan wanita sialan itu!' Dalam hati Robert memberi keyakinan, ia pun malas jika menatap wajah yang tertunduk entah menangis atau karena air terlalu tamak menyirami tubuh Persia.

[...]

Hari pertunangan Edo dan Helen

Sudah lebih dari dua bulan Persia mendekam dalam tahanan yang menurutnya tidak setimpal dengan tragedi itu. Walaupun Persia merasa aneh dan ia tidak sanggup memecahkan rumus dalam logikanya tapi Persia masih mengikuti aturan-aturan Robert. Tidak terlalu sulit memang, tapi Persia harus menikmati pemandangan yang sangat menjengkelkan. Terutama ketika Edo sudah menyematkan cincin di jari manis Helen, semuanya seakan tidak berarti apa-apa. Tapi seperti biasa, Persia seolah tidak peduli dan ia menyibukkan pikirannya dengan kegiatan keluarga Luxembourg. Mereka senang melakukan pesta, acara-acara resmi bahkan sekedar menyambut kedatangan pelayan baru saja keluarga itu melakukan acara penyambutan. Memang hanya makan malam dan sebagainya, tapi Persia mulai menyukai keramahan mereka. Tapi tidak saat menatap wajah yang tersibuk kan dengan para tamu, berjarak sekitar puluhan meter dari Persia tampaknya Robert sengaja menjauh.

Satu Minggu semenjak pertengkaran mereka Robert hanya sekali datang ke rumah Joseph. Itupun tanpa sepengetahuan Persia, karena sebenarnya Robert muak melihat bahkan mendengar nama wanita pemalas dan hobi tidur itu. Robert seperti tidak rela dan jengah. Tapi suara tangis Persia ketika di dalam kamar mandi berhasil mengendap di pikiran Robert saat itu. Terkadang menawarkan kepedihan karena Robert mengingat bagaimana Evelyn menangis, berlanjut saat Hilda menangisi kenyataan bahwa Robert bukanlah Joseph,

"Anda tidak apa-apa tuan?" Lamunan Robert terhempas. Ia pun segera melanjutkan perbincangan tanpa sedikit pun Robert melihat kearah Persia.

Begitupun ketika Persia tengah rutin memperhatikan wajah yang nampak bahagia. Entah itu kondisi yang disengaja oleh Edo atau memang pria itu menyiratkan persetujuan atas pertunangan yang diinginkan oleh Gabriel.

Persia kemudian hanya mampu mematung ketika menoleh dan tahu jika Robert terus menatapnya. Lama tatapan mata Robert memenjarakan sesuatu di dalam hati Persia. Tapi ia sama sekali enggan menyebutkan tentang kebaikan meski Persia sempat merasa Robert pria yang baik, dia sosok pria yang menyayangi ibunya dan keluarga. Persia juga yakin Robert pria setia yang tak pernah Persia dapatkan dari seorang Edo. Sudahlah! Persia mengusir dampak yang mulai berbahaya dan Persia kembali menyambut tamu undangan dengan senyum manisnya seperti biasa. Namun tidak ketika Persia menangkap sesuatu yang lebih berbahaya. Kedua orang tua Edo ternyata juga ikut bersorak atas kebahagiaan malam itu. Persia segera menyingkir dari tempat di mana Persia dan Evelyn berdiri. Tanpa perkataan penting Persia mencoba untuk lari tapi di dalam gedung sama sekali tidak ada pintu keluar, entahlah! Persia tidak bisa berpikir dan memilih untuk bersembunyi di balik tirai merah di sudut ruangan paling belakang. Ia gelisah dan mulai meremasi jemari, terutama saat ayah Edo berjalan kearahnya,

"Aduh ketauan nggak sih? Kenapa aku nggak nyadar dari tadi kalau Mama sama Papanya Edo disini?" Gumam Persia terus menyembunyikan tubuhnya, "please jangan kesini! Please, please!"

"Ingin lari lagi hm?"

Persia mengaduh ketika Robert menangkap pangkal tangannya,

"T...tidak!" Persia menggeleng cepat dan masih meneliti arah ayah Edo berjalan, "aku... Hanya..."

"Cepat kembali!" Saran Robert sama sekali tidak berguna karena Persia terus gelisah dan hanya mempedulikan arah lain.

Robert tidak mengerti mengapa tingkah Persia demikian,

"Aku tidak suka diabaikan!" Bisik Robert di telinga Persia tepat saat Persia menoleh, hingga mempertemukan kehalusan bibir Persia di mulutnya.

Persia sadar dan segera menjauh. Tapi di sisi lain ayah Edo sudah meneliti keberadaannya, dan kesalahan barusan seakan tidak penting. Persia enggan meyakinkan bahwa ia tidak sengaja mencium bibir Robert,

"Bawa aku pergi dari sini!" Persia menarik-narik lengan Robert.

"Apa-apaan kau Persia?" Robert tidak suka ketika Persia menarik-narik tubuhnya. Ia merasa terganggu.

"Kau tidak perlu berisik Robert!" Kecam Persia tanpa sadar sudah mengacungkan jari telunjuk ke wajah Robert, "kita hanya perlu pergi dari sini!"

Tenaga Persia cukup kuat saat Robert berusaha melepas tangan Persia. Tapi entah iblis manis darimana tiba-tiba Robert merasa tertarik dengan punggung tak terlindungi kain. Ia mengikuti langkah  tergesa-gesa bahkan hampir berlari.

Robert hanya diam memperhatikan tingkah dan kondisi wajah gusar. Ia berjalan sesuai apa yang Persia inginkan hingga mereka sampai di area parkir,

"Buka pintunya!" Persia terus memantau karena ia harus hilang secepatnya dari kedua orang tua Edo, "ayo cepat buka!"

Permintaan Persia tidak dihiraukan oleh Robert. Saat menyadari Robert hendak berlalu Persia segera menghalang-halangi,

"Kau tidak ingin aku pergi kan? Jadi kau yang harus membawaku pergi!" Persia bingung mengapa mulutnya berkata demikian kepada Robert? Tapi sudahlah, Persia hanya ingin tidak terlihat oleh ayah Edo.

"Kalau begitu aku yang menyetir!" Perintah Persia untuk kesekian kali, "berikan kuncinya!"

Robert hanya melipat tangannya di atas perut, ia tidak peduli dengan apa yang dikatakan Persia,

"Kau itu tuli ya? Cepat serahkan kuncinya!" Persia menoleh lagi dan lagi.

Robert mengiyakan tanpa isyarat. Ia menarik kunci mobil yang tersembunyi di saku celana, kemudian ia berjalan mundur dengan kunci masih di tangan. Robert sengaja karena hiburan segera dimulai.

Persia hampir kehabisan akal dan napasnya mulai memburu ketika terdengar suara ayah Edo memanggil namanya,

"Aku mohon bawa aku pergi dari sini! Kau tidak pernah percaya ucapan-ucapan ku kan? Jadi kau yang harus melakukannya!" Persia berusaha meraih kunci mobil dari tangan Robert. Persia merasa kesulitan karena Robert memiliki cara dengan menyembunyikan kunci itu di balik tubuhnya.

Sekilas Robert mengamati wajah itu mendongak. Bibir tipis diisi dengan deretan gigi menyerupai kelinci itu terus mengejek keanehan, kemudian Robert teringat sentuhan lembut bibir itu di mulutnya. Halus dan hangat,

"Kau pikir aku anak kecil hah?!" Persia mulai memaki karena Robert terus mempermainkannya.

Tangan Robert semakin terangkat untuk menghalangi Persia mendapatkan kunci mobil. Persia berusaha sekuat tenaga sampai mengangkat kedua ujung telapak kaki. Tapi Persia tetap tidak sanggup meraih kunci di tangan Robert, lalu Persia mencoba cara lain dengan berpegangan bahu Robert karena suara ayah Edo terlalu dekat sehingga Persia tidak peduli ketika pelukannya tertahan oleh jemari Robert,

"Apa ada imbalan jika aku membawamu pergi?" Tiba-tiba Robert berkata. Jarak wajahnya sangat dekat dengan Persia.

Persia tidak tahu bahkan hampir malas mengerti artinya, "i...iya! Apapun!"

"Let's go Baby!"