Chereads / Sweet Sinner 21++ / Chapter 15 - Sweet Sinner | 5.1

Chapter 15 - Sweet Sinner | 5.1

Memikirkan tragedi saja belum cukup mahir ketika beberapa kali benaknya mengingat, terikat pada garis-garis kesalahan tanpa sengaja terbentuk dikemas rapi oleh takdir. Kejadian aneh itu pun menambah beban pikiran gadis memiliki bentuk wajah oval dengan hidung mancung, bibir mungil dari deretan gigi kecil seperti kelinci dan tinggi badan sekitar 165 centimeter. Nama Claudia yang hampir dilupakan karena sebutan Persia lebih cocok menunjukkan sisi lucu dan lincah di usianya yang sudah dewasa, tiba-tiba takdir lain atau sebuah kenikmatan melintas di kehidupan Persia saat ia lupa diri. Tunggu! Di tubuhnya berekspresi saat itu, saat di mana Persia bercinta. 'Shit!' Berulang kali Persia berteriak ketika membenamkan wajahnya di alas tidur sofa halaman belakang, kemudian ia memijit-mijit kening agar otaknya sedikit bersih dari radiasi wajah dan... Postur dan bentuk kekar yang sudah merayap di atas tubuhnya,

"Bener-bener kelewatan," Persia bangkit kemudian berkacak pinggang, ia memiliki cita-cita agar bisa memaki Robert sesuka hati, "bisa-bisanya aku... Ish, berengsek kamu Persia. Ngapain kamu aahh uuhh segala?"

Sudah berada di bawah kuasa oleh satu malam yang menurut Persia itu kecelakaan fatal, dan Persia tidak mengerti harus berapa lama lagi ingatan itu akan hilang. Mungkin tidak. Ya, saat melihat Robert saja napas dan detak jantung Persia saling bersahutan. Entah itu sebuah reaksi atau karena pengalaman kotor itu berperan, sampai akhirnya Persia bertekad dan menguatkan diri untuk tidak bertemu dengan Robert. Bagaimanapun caranya meski ia tinggal satu atap. Dan senjata Persia melupakan masalah-masalahnya tak jarang Persia menyibukkan diri membantu meringankan beban para pekerja di rumah Joseph. Persia berinisiatif untuk membersihkan daun-daun yang bertebaran di permukaan kolam ikan, ia berjalan menuju kotak penyimpanan alat-alat dan Persia memilih leaf skimmer untuk ia sambungkan dengan telescopic handle.

Sambil merutuki diri sendiri Persia berjalan kesana-kemari, sesekali merasa kesulitan saat daun yang berserakan berada di tengah-tengah kolam tapi Persia tidak mudah menyerah. Sampai Shandy berteriak dari kejauhan pun Persia tidak peduli karena ia terlalu asyik dengan urusan pekerjaan dan itu sangat menguntungkan daripada Persia hanya diam seperti boneka seks,

"Jangan melakukan itu Nyonya, ada yang bertanggung jawab atas kebersihan rumah ini!" Shandy berusaha meraih alat penyaring daun.

"Berikan padaku Nyonya!" Rupanya Shandy takut mendapat teguran dari sumber yang selalu berpesan agar Persia mendapat tempat yang nyaman dan istimewa.

"Kau itu cerewet sekali, diam dan berdiri saja disitu!" Balas Persia tanpa menoleh, "kau cari kesibukan lain selain menguntit, Shandy!"

"Saya diberi tugas untuk memenuhi kebutuhan dan mengawasi kegiatan Anda Nyonya." Jelas Shandy menoleh kemudian membungkuk untuk segera pergi saat Robert memberi kode.

Ucapan Shandy terdengar memuakkan. Bisa-bisanya ucapan itu meluncur dari mulut Shandy, Persia tidak menyangka jika dirinya harus memiliki penjagaan ketat mirip seperti putri raja,

"Mengawasi? Kau pikir aku bayi? Orang penting di dunia ini? Kau itu jangan menurut saja Shandy, aku bukan siapa-siapa disini jadi kau urus kepentingan mu saja!" Hampir memaki namun Persia masih mengingat jika usia Shandy lebih tua darinya.

Terus menyibukkan diri tanpa peduli apa yang ada di belakang, Persia malas jika harus berbicara dengan wanita paruh baya yang menjadi pengawal. Segala yang mendekam di otak Persia tunjukkan dengan ucapan, ia merasa tidak perlu mendapat penjagaan ketat dan memang Persia merasa tidak nyaman jika semua aktivitas diawasi terutama saat makan. Yang benar saja?

"Kau sudah lama bekerja disini?" Tambah Persia lagi sambil membersihkan saringan berisi daun-daun.

"Sekitar tiga puluh tahun yang lalu saat aku masih bayi."

Persia terkejut mendengar suara bass di belakangnya. Saat melihat wajah Robert pun Persia seolah tidak mampu bergerak, handle alat pembersih kolam renang tiba-tiba lolos begitu saja. Kakinya berusaha menghindar tapi Persia gagal karena tangan itu meraih pinggangnya, lebih tepatnya Robert menahan agar Persia tidak jatuh ke dalam kolam berisi ikan-ikan hias,

"Kau juga akan bekerja padaku Baby," seketika Robert menyambar bibir Persia singkat, "kau akan menjadi budak ku!"

"A...apa? Bu... Budak?" Telinga Persia seakan berdenging.

Seperti kebiasaan Robert yang malas menjelaskan maksud dari ucapannya, ia memiliki keinginan lain yang lebih berguna dengan mengecup kemudian menjilat daun telinga Persia. 'Menggiurkan' rasa yang kini menimbulkan dampak bahaya itu terus Robert kecup meski tangan Persia menghalangi itu bukan bantahan,

"Lepas!" Persia berhasil mengalahkan tenaga tangan di pinggangnya dan memang karena Robert rasa pemanasan pagi itu sudah cukup.

"Aku tunggu di ruang tamu," Robert membenarkan letak dasi yang sedikit bergeser, "aku tidak suka keterlambatan, Baby!"

Bukan mendapat kesempatan untuk menjawab tapi Persia melihat Robert mengulas kepuasan di wajahnya. Persia mengepalkan tangan kemudian mengarahkannya kepada Robert, lalu lekas Persia membersihkan sisa jejak hangat lidah Robert di leher yang berubah dingin saat terkena angin.

Membantah atau menuruti memang bukan perkara enteng, karena Persia sudah malas mendapat kecaman bahkan mendengar amukan Robert mau tidak mau Persia berjalan sembari meremas-remas bajunya menuju ruang tengah. Ia sempat mendengar suara Robert berbincang dengan seseorang di sana. Tanpa sadar siapa yang bertamu Persia pun nampak percaya diri berjalan tanpa kesalahan di depan wujud dari cintanya di sana. Persia mulai menyesal ketika senyum ramah yang terkesan dibuat-buat itu milik Edo,

"Selamat pagi Nyonya Luxembourg!" Edo bangkit dan menyodorkan tangannya, "bagaimana hari-hari Anda?"

Saatnya berperan dan Persia membalas sambutan dari Edo, "pagi tuan Mahardika. Menyenangkan, terima kasih!"

Belum sempat Persia memilih tempat untuk ia duduki, Robert berhasil menarik tangannya dan membuat mereka menyatu di atas sofa. 'Berengsek! Kesempatan nih orang' Persia malas meladeni senyum muslihat Robert agar terlihat mesra, tapi sama saja hasil yang kini merapatkan tubuh Persia di atas pangkuan Robert menimbulkan rasa gentar. Tatapan Persia berujung rasa khawatir jika Edo marah, namun sekali lagi Persia sadar jika Edo bukan urusannya.

Lain dengan Persia yang berusaha melupakan namun hatinya terpenjara oleh cinta dan Edo merasa remuk redam ketika Persia menanggapi kecupan Robert, jemari lentik itu memberi belaian di sisi wajah sahabatnya. 'Kamu bener-bener udah lupain aku Persia? Kamu yakin sudah mengusirku dari pikiranmu? Tapi aku selalu mencintaimu sayang, maafkan aku' Edo tertunduk dan berpura-pura sibuk meneliti berkas di tangan. Ia merasa tidak berguna di sana, tapi karena permintaan Robert semua harus Edo lakukan dengan berat hati termasuk menatap pemandangan yang menjengkelkan,

"Ayolah pasangan yang masih panas-panasnya di pagi hari, kita bisa melakukan hal yang lebih berguna lagi!" Tegur Edo mulai lelah dengan sikap Persia dan Robert saling bermesraan.

"Kau mengagumkan," Robert masih menikmati aroma leher Persia, "dan terlihat menyedihkan tepatnya jika berkata seperti itu Edo."

Sialan! Edo wajib menguatkan diri sekarang. Ia hanya tertawa menyembunyikan kemarahan karena Persia sama sekali tidak menoleh kearahnya, "lalu kapan aku akan menyambut partner kerjaku hah?!"

Situasi gila itu harus Persia hadapi sampai Robert berhenti menggeluti aksinya yang sungguh membuat Persia muak. Ia ingin menampar dan menjadikan serpihan raut tampan dengan kilatan emas di matanya namun itu hanya angan dan kandas begitu saja ketika tatapan Persia saling menyatu dengan Edo,

"Baiklah," Robert merapikan kemeja yang sempat kusut oleh remasan tangan Persia, "kita bisa mulai sekarang!"

"Ini yang harus Anda tanda tangani Nyonya Claudia!" Edo menyodorkan selembar kertas untuk Persia.

"Apa ini?" Kemudian Persia menerima dan ia masih bingung mengapa harus menandatangani surat di tangannya?

"Kau perlu bantuanku untuk membacanya sayang?" Petanyaan Robert sangat lembut tapi menegaskan celaan.

Mungkin bantuan tidak diperlukan karena Persia menemukan bukti kongkrit jika surat itu menjabarkan jika ia sudah menjadi bagian dari LX Corporation. Persia melotot hingga butiran manik matanya terlihat lebih jelas,

"A...apa? CTO? A...aku menjadi CTO untukmu?" Persia ternganga, "em... Maksudku... Tuan Mahardika!"

Lalu Edo tersenyum manis. Ia merasa satu poin lebih unggul dari kebersamaan Robert dan Persia hari itu, "iya Nyonya! Anda akan menemani saya bersama tim yang lain, kebetulan kita satu tim."

'Cobaan apalagi ini?' Dalam hati ada rasa yang benar-benar menyempitkan kerongkongan Persia, tapi bukan munafik Persia merasa senang atas kondisi yang akan membuatnya terus bersama-sama dengan Edo. Namun Persia menepis segalanya karena memang jabatan untuk untuk memimpin perkembangan pemasaran dan teknologi itu bukan suatu keberuntungan, ini kebetulan yang sadis jika Persia harus menjalani hari-harinya dengan Edo,

"Nanti dia akan mengajarimu cara bisnis di keluarga kita," Robert menarik pena dari sakunya, "besok kau akan menggantikan posisiku untuk sementara waktu sampai aku kembali dari Jepang!"

"Ke...napa harus aku? Ada seseorang yang lebih tahu kan? Kau bisa..."

Robert mencegah ucapan Persia berlanjut dengan mengecupnya, "karena aku yang memilih mu, tidak ada wewenang lain di perusahaan selain aku. Aku bebas menunjuk siapapun yang akan mengambil alih selama aku pergi!"

"Tapi dia CEO di perusahaan," jari telunjuk Persia menunjuk kearah Edo, "jadi LX Corporation tidak memerlukan aku!"

Segera Persia meletakkan kertas di atas meja. Itu bukti bahaya jika Persia setuju dan ia memilih meninggalkan tempat di mana Robert terus memeluknya.

Semenjak berada di dalam rumah Luxembourg Persia merasa dirinya sudah menjadi barang yang bebas untuk diperlakukan sesuka hati serta diperlihatkan kepada siapapun. Dan menghindar mungkin cara yang tepat meski Persia tahu jika Robert mengekor di belakangnya sampai Persia sudah di ambang pintu kamar,

"Jangan memaksaku! Aku tidak akan pernah mau jika..."

Persia tertegun. Ia merasakan mata itu kembali mengintai seolah mengedarkan taktik lain, meski jabatan itu sangat tinggi tapi Persia enggan silau dengan iming-iming yang akan menjalin kembali keakraban dengan Edo. Bisa saja itu hanya cara Robert agar mereka terus berhadapan, berlanjut pada... Ah entahlah, lupakan!

"Aku tidak memiliki keahlian dalam bidang bisnis, aku hanya mahasiswi sastra." Persia memohon ketika langkah Robert semakin dalam hingga Persia kini tersudut pada dinding kamar.

"Aku mohon!" Rintih Persia menoleh saat Robert mendekat.

Berdiri mematung serta tangan telapak tangan bersembunyi di balik kantong celana, matanya terpejam sejenak kemudian Robert mengangkat sisi bibirnya. Sinis,

"Kau memerlukan biaya untuk tempat tinggal, makan dan minum serta pakaian untuk tubuhmu yang seksi itu!" Tanpa memperhitungkan ucapan, Robert enggan berbelas kasih.

"Lagipula aku tidak menyiksamu Persia, kau hanya perlu bekerja di perusahaan ku itu saja! Dan itu lebih mulia daripada kau harus mengurus kolam ikan" Kemudian Robert menoleh hendak pergi.

"Tapi..."

"Tidak ada bantahan! Anggap kau membayar biaya hidupmu selama bersamaku!"

Keparat! Selain mendengar rasanya tidak ada yang bisa Persia lakukan. Paling unggul adalah Persia hanya bisa menahan napas terutama ketika ia mengarahkan kepalan tangan pada tubuh yang membelakanginya.

[...]

Kodrat manusia itu tidak bisa dibantah oleh pertimbangan, Persia harus mulai bersahabat dengan dirinya sendiri. Selama tidak merugikan itu bukan masalah lagi dan Persia menuruti keinginan Robert untuk ia menggantikan posisi sementara selama Robert pergi, selanjutnya Persia enggan menebak-nebak apa yang harus Persia hadapi karena pemandangan di luar memasuki musim dingin sangat menyenangkan dari luar jendela mobil,

"Anda harus melihat salju pertama Nyonya," saran Shandy masih menatap arah jalanan kota New York, "karena aku yakin Anda akan menyukainya!"

Persia menoleh kemudian kembali lagi menatap gedung-gedung pencakar langit, dan ia merasa risau saat nampak gedung megah milik keluarga Luxembourg terlihat. Entahlah, itu situasi belakangan karena Persia terlalu terpesona memperhatikan awan cerah pagi itu,

"Tadi tuan berpesan agar Anda langsung ke ruangan khusus pertemuan penting perusahaan." Kedua kali Shandy mengganggu aktivitas Persia menatap keindahan alam buatan manusia.

"Ya!" Jawab Persia singkat karena permintaan Robert sangat tidak penting.

Sekitar lima belas menit mobil sport berwarna merah milik Shandy sudah berada di lobby utama LX Corporation. Beberapa orang sudah menunggu kehadiran Persia dengan senyum manis mereka. Persia merasa tidak nyaman jika dirinya harus mendapat perhatian khusus dari para staf tapi ia mencoba berlaku seperti biasa karena Persia istri dari pemilik seluruh saham Luxembourg.

Kemudian Persia menuruti instruksi penunjuk jalan menuju ruangan yang sudah Robert tentukan. Sebelum pergi ke Asia setidaknya Robert sudah memberi tahu tentang apa saja yang harus Persia lakukan, termasuk menjadi bagian ketua tim bersama Edo.

Pintu kaca dengan sistem khusus untuk melindungi kegiatan di dalamnya sehingga tidak tembus pandang itu terbuka lebar, Persia segera mengangguk pelan untuk bodyguard perusahaan yang sudah mengantarnya. Lalu Persia mengumpulkan napas ketika mulai melangkah masuk dan nyata semua tatapan orang-orang penting itu membuat Persia seperti orang yang bodoh. 'Shit! Aku harus gimana? Tenang Persia, tenang! Jangan sampai kamu berkeringat' berusaha meyakinkan diri sangat penting ketika Persia harus dihadapkan pada situasi seperti saat ini,

"Hai Baby," Robert bangkit dari tempat duduk kemudian ia merentangkan kedua tangan saat berjalan kearah Persia, "kau sudah datang hm?"

'Orang satu ini emang berengsek!' Persia enggan menjawab dan ia hanya tersenyum menerima kecupan mesra Robert di bibirnya karena tanpa sengaja Persia menangkap keberadaan Helen dan Edo di sana,

"Ingat Persia," Robert menggigit kecil daun telinga Persia, "jaga sikapmu jika kau masih ingin bebas di ranjang!"

Deg! Segera Persia menghindar tanpa diketahui para tamu, ia enggan menatap wajah tampan itu barang sekilas. Lalu sudah semestinya Persia mengikuti jejak kaki Robert yang tanpa henti memperhatikannya,

"Kau sangat cantik istriku!" Ucapan Robert saat itu membuat Edo mengepalkan tangan.

Cih! Persia tidak merasa bangga dan ia hanya menyentuh pundak Helen tanpa peduli tatapan Robert yang enggan beralih kemanapun. Persia berusaha akrab dengan sosok keras kepala dan angkuh dari putri keluarga Luxembourg,

"Hai Helen!" Sapa Persia berusaha ramah meski Helen tidak bisa bersikap baik kepadanya.

"Selamat datang Persia!" Balas Helen menatap sinis kearah Persia.

Sabar! Itu ungkapan Persia jika mendapat perilaku tidak menyenangkan dari orang lain. Bagi Persia menanamkan sikap bijaksana itu lebih menyenangkan daripada Persia harus menikmati kebencian orang lain,

"Aku berharap Robert segera memecat ku," Helen melipat kedua tangan di atas meja panjang terdapat berkas-berkas, "karena bekerja di perusahaan sangat menyebalkan! Apa kau berharap demikian Persia?"

Persia menarik napas panjang. 'Iya, tentu saja Helen' dalam hati Persia menginginkan tapi ia ragu dengan keputusan Robert yang tidak dapat dibantah oleh siapapun termasuk Gabriel.

Cih! Persia tidak merasa bangga dan ia hanya menyentuh pundak Helen tanpa peduli tatapan Robert yang enggan beralih kemanapun. Persia berusaha akrab dengan sosok keras kepala dan angkuh dari putri keluarga Luxembourg,

"Hai Helen!" Sapa Persia berusaha ramah meski Helen tidak bisa bersikap baik kepadanya.

"Selamat datang Persia!" Balas Helen menatap sinis kearah Persia.