Cuaca pagi itu terbilang cerah dengan udara yang menyegarkan. Kesejukan pagi itu menemani para penghuni Cerberus cabang Left Head yang sudah memulai aktifitas mereka.
Ain yang semalam baru saja diresmikan sebagai pasukan Cerberus tengah menyantap hidangan sarapan yang disajikan di kantin akademi Left Head. Sepotong roti berisi daging sapi, dilengkapi dengan secangkir kopi hangat menjadi menu kegemaran Ain semenjak ia masih berposisi sebagai akademisi di Cerberus.
Ada suasana yang berbeda pagi itu. Biasanya Ain hanya duduk berdua bersama Riev. Tapi kali ini, Ain dan Riev ramai dikerubuni para murid dari Cerberus Barat (Left Head Cerberus). Ada yang ingin meminta nasehat dan saran, ada yang hanya ingin berbincang-bincang, bahkan ada yang ingin meminta tanda tangan mereka berdua.
Bagaimana tidak, berita tentang peristiwa mengejutkan saat mereka menjalani ujian telah menyebar dengan cepat seperti api yang menjalar. Ditambah lagi oleh Ain yang langsung menduduki Rank A, Rank tertinggi di pasukan Cerberus. Sebuah peristiwa yang langka terjadi.
Tentu saja kondisi itu membuat Ain risih. Orang introvert sepertinya lebih senang sendirian, bermain dengan pikirannya sendiri.
Riev yang sudah mengenal Ain bertahun-tahun lamanya itu tentu bisa membaca situasi. Riev sengaja mengalihkan perhatian para akademisi Cerberus yang masih sibuk mengerubuni mereka agar Ain bisa angkat kaki dari sana.
Begitu ada celah, Ain bergegas beranjak dari kursinya lalu berjalan cepat meninggalkan kerumunan. "Merepotkan," pikirnya kesal.
Baru saja Ain melangkah keluar dari kantin untuk menemukan ketenangan, riak baru yang siap mengusik batinnya lagi muncul di hadapannya.
Lyona, seorang gadis berkuncir berusia 18 tahun yang masih menjalani pelatihan di Akademi Cerberus, dengan senyum lebar menyapa Ain. "Kaaaaak~ Aiiiiin!!!" Gadis periang itu merendahkan badannya sembari sedikit mengangkat ujung rok seragam Akademi Cerberus berwarna hitam yang ia kenakan, layaknya seorang putri yang tengah memberi hormat.
"Ada apalagi sekarang? Ugh," Ain benar-benar ingin segera hengkang dari sana. Saat itu ia sangat membutuhkan ketenangan.
Selain Heim dan Riev, Lyona juga cukup dekat dengan Ain. Makanya, Lyona tidak segan menyapa Ain dengan begitu akrabnya.
Ain dan Riev pertama kali mengenal Lyona dari awal gadis itu masuk akademi beberapa tahun yang lalu. Saat itu Lyona yang baru bergabung dengan Akademi Cerberus tersesat sampai ke asrama putra. Untung saja Riev dan Ain menolongnya. Kalau tidak, Lyona bisa dihukum karena melanggar peraturan. Semenjak itulah Lyona dekat dengan Riev dan Ain.
"Selamat, kaaaaaak!" ujar Lyona riang. Ia menatap Ain dengan tatapan cerianya, berharap Ain melenyapkan raut datar dari wajah. Namun usahanya sia-sia.
"Ya," jawab Ain singkat, lalu berjalan cepat meninggalkan Lyona. Ia tidak ingin harinya bertambah suram dengan kebisingan. Ain butuh situasi tenang secepatnya. Namun keinginannya kembali sirna begitu suara seorang wanita terdengar di intercom yang tersebar di setiap sudut bangunan Left Head dan menampilkan hologram sang wanita.
"Cerberus Force ID : A-775-922B, Ainlanzer X Revolt. Cerberus Force ID : B-522-812A, Vabica Cress. Cerberus Force ID : B-645-753G, Marlat Kiere. Cerberus Force ID : C-776-922S, Riever Draco. Diharapkan segera menuju ke ruang Maestro untuk briefing Misi Tingkat A. Sekali lagi, untuk yang disebutkan tadi harap segera menuju ke ruang Maestro untuk briefing Misi Tingkat A."
Pengumuman dari intercom membuat Ain cukup terkejut. Baru saja tadi malam ia diresmikan sebagai anggota pasukan Cerberus, sudah ada misi yang menantinya. Ditambah, misi yang disebutkan merupakan misi tingkat tertinggi.
"A-Ainlanzer?! Kereeeeeeeeeeen!!" Lyona berlari kecil menyusul Ain yang tergesa-gesa untuk memenuhi panggilan tersebut.
Selama ini Lyona hanya mengetahui nama Ain sebagai 'Ain X Revolt'. Sewaktu masih di akademi memang diperbolehkan menggunakan nama yang singkat. Namun ketika sudah bergabung dengan pasukan Cerberus, harus menggunakan nama panjang tanpa ada yang disingkat untuk hal-hal yang bersifat resmi.
Hal itu menimbulkan pertanyaan bagi Lyona, kalau memang tidak boleh ada nama yang disingkat, lalu mengapa ada 'X' di nama panjang Ain. Awalnya Lyona ingin menanyakan hal tersebut, namun situasi saat itu tidak mendukung.
Lyona mengikuti Ain menuju ke elevator utama yang berada di lobi Left Head. "Semangat kak! Berjuaang!" pekik Lyona memberi semangat pada Ain yang terus berjalan.
Dari kejauhan Riev berlari untuk menyusul Ain. Selain Ain, Riev yang memiliki nama panjang 'Riever Draco' juga dipanggil.
Ain dan Riev berdiri di depan elevator utama. Lalu seberkas cahaya tipis yang berasal dari benda kecil di atas elevator menyoroti kedua pemuda itu. Alat itu berfungsi sebagai pemindai DNA. Begitu DNA terkonfirmasi, barulah pintu elevator terbuka. Di dalamnya telah berdiri seorang wanita yang memang bertugas di dalam elevator.
"Lantai?" tanya wanita itu setelah Ain dan Riev masuk ke dalam.
"Lantai 4," jawab Ain sembari menyodorkan kartu tanda pengenal pasukan Cerberus miliknya. Diikuti dengan Riev yang juga menyerahkan kartu ID miliknya.
Wanita itu lantas mengarahkan kartu ID milik Ain dan Riev secara bergantian di alat pemindai yang terpasang di panel sebelah kanan pintu elevator, lalu menekan tombol bertuliskan angka 4.
Hal tersebut diperlukan untuk melihat apakah orang yang bersangkutan diizinkan atau tidak menuju lantai tertentu. "Confirmed," setelah muncul suara rekaman seorang wanita dari panel, barulah elevator itu bergerak. Tidak seperti Elevator pada umumnya yang masih menggunakan tali sebagai pengangkat, Elevator di sana sudah menggunakan sistem Anti-Gravitasi.
[•X-Code•]
Bangunan Left Head Cerberus memiliki 8 lantai. 4 lantai ke bawah tanah dan 4 lantai dari permukaan tanah. 4 lantai di bawah tanah dipergunakan untuk para Pasukan Cerberus. Sedangkan 4 lantai ke atas untuk keperluan Akademi, tempat mereka melatih calon-calon pasukan Cerberus. Hanya ada 1 ruangan di lantai teratas. Ruangan untuk pemimpin akademi Cerberus, sang Maestro.
Ain dan Riev telah berada di ruangan Maestro. Ruangan itu cukup luas, beralaskan karpet merah dengan corak emas. Dinding ruangan terbalut wallpaper yang juga berwarna merah bercorak emas, serasi dengan karpet yang digunakan. Berbagai lukisan dan pajangan terpasang di sana, menambah kesan elegan ruangan itu.
Sang Maestro duduk di kursi melayang yang bisa berjalan otomatis sesuai keiinginan. Di depannya terdapat meja yang terbuat dari logam, dengan monitor hologram yang muncul dari permukaan meja.
Sang Maestro tengah melihat dengan seksama data yang ditampilkan hologram di hapadannya.
Vabica, Ain, dan Riev berdiri tegak di hadapan Maestro. Mereka tengah menunggu seorang lagi, yang tadi namanya dipanggil melalui intercom.
Tak lama mereka menunggu, seorang pemuda dengan raut muka arogan tiba di sana. Ia segera berdiri tepat di sebelah Riev dan menyilangkan tangan yang terkepal di depan dada, sebuah gerakan hormat dan salam khas pasukan Cerberus. Lalu ia menurunkan tangannya dan berdiri tegak.
Melihat kedatangan orang terakhir, barulah Maestro angkat bicara. "Aku tidak akan bertele-tele. Ada sebuah misi penting untuk kalian. Misi dengan otoritas dan kesulitan tertinggi, tingkat A. Misi kali ini bukan datang dari permintaan personal, melainkan mewakili seluruh Logard," Maestro memasang wajah serius seraya menatap keempat pasukan Cerberus di hadapannya.
Penjelasan awal dari Maestro membuat wajah keempat pasukan itu terlihat tegang. Timbul banyak pertanyaan di benak mereka, namun tentu saja mereka lebih memilih untuk diam sampai Maestro selesai menjelaskan.
Maestro menyentuh layar hologram di depannya, lalu seketika ruangan itu berubah gelap. Dari atas muncul bola kecil melayang yang berfungsi sebagai proyektor, menampilkan hologram peta daratan Logard.
"Para pemimpin dan petinggi dari Kerajaan Rovan, Negara Feodal Zinzam dan Republik Munkan akan mengadakan pertemuan besar. Ketiga kekuatan besar penguasa Logard itu tengah dilanda krisis yang bisa berujung pada peperangan. Karena itu, mereka hendak mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan solusi dari permasalahan yang ada di Logard saat ini.
Kita tidak perlu tahu apa permasalahan mereka, karena tugas kita bukan untuk ikut campur.
Lalu, mereka memilih tempat netral untuk menyeimbangkan posisi semua pihak. Mereka memilih akademi ini, Left Head Cerberus sebagai tempat pertemuan mereka.
Sampai di sini, ada pertanyaan?" Maestro mengizinkan mereka untuk bertanya seraya masih terus menatap dalam-dalam keempat pasukan Cerberus yang berada di bawah tanggungjawabnya. Namun keempat pasukan itu hanya terdiam dengan posisi tegak dan pandangan lurus ke depan.
"Baiklah. Kalau tidak ada pertanyaan, aku akan melanjutkan. Left Head Cerberus dipilih oleh mereka karena lokasi kita yang strategis. Kita berada di paling barat daratan Logard yang dikelilingi oleh gunung dan hutan lebat, sehingga akan menyulitkan pihak-pihak yang ingin menyabotase pertemuan itu. Tapi tidak menutup kemungkinan adanya sabotase. Untuk itu, kalian punya misi khusus.
Marlat, kau akan memimpin pasukan Cerberus dan bergabung bersama pasukan keamanan gabungan untuk menjaga keamanan dan ketertiban di sekitar Left Head selama pertemuan tersebut berlangsung," Maestro mengubah hologram yang ditampilkan. Semula hologram menampilkan peta Logard, kini menampilkan denah bangunan Left Head Cerberus. Terlihat titik-titik merah, menandakan posisi yang harus ditempati oleh para pasukan keamanan gabungan.
"Vabica dan Riever, kalian berdua akan memimpin pasukan Cerberus yang berjaga di udara. Melihat dari letak geografis kita, kemungkinan paling besar kalau terjadi penyerangan adalah melalui udara. Untuk itu, kalian berdua harus terus waspada," Hologram berubah lagi seusai Maestro menjelaskan tugas untuk Vabica dan Riev. Hologram menampilkan titik-titik yang harus ditempati oleh pasukan Cerberus yang bertugas melindungi pertemuan lewat udara.
"Dan terakhir, Ainlanzer. Aku sudah membaca laporanmu saat ujian. Dari penilaianku, kau yang paling pantas menjalankan tugas ini. Tadi aku menyinggung kalau tidak menutup kemungkinan akan terjadi sabotase. Informan kita menyebutkan kalau memang ada kelompok yang berencana untuk menyabotase acara pertemuan itu.
Ainlanzer, tugasmu adalah bergerak secara diam-diam untuk menggagalkan rencana mereka. Kau harus mencari kelompok itu dan menggagalkan upaya mereka. Tapi kau tidak diperbolehkan bergerak secara terang-terangan. Kita tidak ingin terjadi kepanikan yang tidak perlu nanti," Kali ini hologram tidak menampilkan apapun.
Setelah itu, hologram besar di hadapan mereka hilang diikuti dengan bergeraknya bola proyektor itu, kembali ke tempatnya semula di langit-langit. Lampu ruangan kembali menyala, menyapu gelap yang sedari tadi menyelimuti ruangan.
"Untuk tugas ini, kau boleh membawa beberapa orang dari pasukan Cerberus untuk membantumu. Terserah, mau dari Left, Right, atau pun Centra Head sekalipun. Aku sudah bicara dengan semua Maestro, mereka mengizinkan. Tapi ingat, kau bergerak secara diam-diam. Jadi kau tidak boleh membawa banyak orang untuk ikut bersamamu. Bagaimana?" Pandangan Maestro terfokus pada Ain yang terlihat tengah memikirkan sesuatu.
"Aku tahu siapa yang akan ku bawa, Maestro. Cukup seorang dari Right Head Cerberus. Agna," tegas Ain dengan penuh keyakinan. Ia merasa kemampuan analisa Agna sangat diperlukan dalam tugasnya kali ini. Walau mungkin butuh usaha keras baginya untuk memahami gaya bicara Agna yang terdengar aneh.
"Agna...? Oh, maksudmu, Agnamelia? Hmm, aku paham mengapa kau memilihnya. Baiklah, aku akan menghubungi Right Head Cerberus nanti untuk segera mengirimkan Agna ke sini," ujar Maestro sembari melihat data Agna dalam hologram di hadapannya.
"Baiklah, kalau tidak ada lagi yang perlu ditanyakan, silahkan meninggalkan ruangan untuk bersiap. Pertemuannya akan diadakan nanti malam. Persiapkan diri kalian sebaik-baiknya. Tapi untuk Ainlanzer, kau tetap tinggal di sini. Ada yang ingin kubicarakan," instruksi Maestro segera diikuti oleh Vabica, Riev, dan Marlat.
Ketiganya memberi hormat ala pasukan Cerberus sebelum pergi meninggalkan Ain dan Maestro berdua di sana.