Arya dan Bara masih berada di kedai minuman milik Sean. Meskipun malam hari itu larut, tapi keduanya masih terlihat bersama.
Sean tampak mengomel dan terus saja menggerutu. Sisa perkelahian itu menyisakan beberapa meja dan kursi yang rusak, belum lagi pintu kamar kecil pria yang keluar dari engselnya.
"Bagaimana aku bisa kaya jika seperti ini? Huh… apa besok aku tutup saja kedai minuman ini!" ucapnya kesal sambil bertolak pinggang.
"Jangan lakukan itu, Tuan Sean. Kalau kamu menutup kedai ini, bagaimana nasibku," ucap karyawan Sean tampak sedih, seraya ia memungut barang-barang yang berjatuhan di lantai.
"Memangnya aku ayahmu yang harus mencemaskanmu?" sindir Sean mendengus kesal.
Bara menatap heran pada sikap Sean, "Apa dia akan benar-benar menutup kedai hanya karena perkelahian tadi?"
"Dia memang seperti itu. Besok juga dia sudah seperti biasa. Kamu tidak perlu khawatir mengenainya," ucap Arya sambil dia menggerakkan bahu kanannya.