"Maafkan aku, Naya. Itu permintaan ibu kamu, Ibu kamu berpikir kalau dia akan kembali pulih dan bisa datang untuk menjemputmu," ucap Caroline benar-benar merasa bersalah. Dia segera memegangi kedua bahu Kinayah, berusaha untuk memenangkan anak perempuan berusia delapan tahun itu.
"Tapi semalam ibumu berada dalam masa kritis, dan dia tidak berhasil melewati masa kritisnya. Ibumu… ibumu sudah tidak ada, Naya," lanjut Caroline dengan suara tangis tertahan.
"Tidak ada? Apa maksudmu dengan tidak ada? Kamu pasti berbohong, kan?" ucap Naya menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Maafkan aku, Naya," hanya kalimat itu saja yang bisa diucapkan oleh Caroline sambil dia menunduk sedih.