Chereads / Masuk Dalam Dunia Novel / Chapter 32 - Chapter 28 ( Kembali Membuat Rencana )

Chapter 32 - Chapter 28 ( Kembali Membuat Rencana )

Mereka percaya, doa yang tulus akan mengantarkan mereka pada perwujudan harapan yang terjadi. Karena itu, jika lilin mengapung mereka sampai ke ujung sungai dan diambil oleh para Dewa, niscaya harapan mereka akan terwujud dengan sendirinya.

Itulah yang mereka yakini.

Dan ketika Cattarina memanjatkan doanya pada Dewa, Belhart mengamati wajahnya dengan baik. Selesai melihat Cattarina mengapungkan lilin cahayanya ke sungai, Belhart menanyakan doanya.

"Apa yang kau panjatkan?" tanya Belhart ingin tahu.

Monna menatapnya, "Kedamaian," sebut Monna dengan tenang.

Belhart hanya mendengarkan.

Hingga tiba waktunya pesta dansa di mulai, Monna sudah menghilang entah kemana di tengah acara untuk mengusir rasa gelisahnya akan dipermalukan.

Tidak masalah jika Belhart ingin berdansa dengan wanita lain, siapapun itu karena Monna sudah pernah mengalaminya dalam wujud Cattarina. Tapi, Monna tidak ingin keluarganya ikut dipermalukan di acara itu apapun yang terjadi.

Ini adalah pertama kalinya seluruh keluarganya bisa berkumpul bersama setelah ia menikah. Karena itu, Monna tidak mengharapkan adanya kesedihan apapun muncul dari raut wajah orang-orang yang paling dikasihinya.

Sehingga, jika saat ini ia tidak sedang berada di dalam acara pesta dansa, Monna yakin Belhart tidak akan punya peluang mempermalukannya.

Sekalipun dalam cerita yang sebenarnya, Belhart melakukan itu karena ia ingin balas dendam pada Cattarina yang telah menipunya. Dan dalam kehidupan Cattarina kali ini ia belum melakukan perbuatan buruk apapun yang kiranya membuat Belhart marah.

Tapi, perasaan takut akan proses yang mungkin saja terjadi membuat Monna merasa sangat gelisah.

Mungkin saja 'kan, Monna secara tidak sengaja mengusik amarah Belhart seperti tempo hari soal pakaiannya. Walaupun setelah itu, Belhart bersikap seperti biasa kembali. Tapi kenyataan bahwa adanya kemungkinan Belhart sudah memiliki perasaan khusus pada Alliesia tidak bisa ia elakkan.

Monna mengingat kembali kejadian beberapa hari yang lalu saat ia tidak sengaja melihat Belhart bersama dengan Alliesia di ruangan kerjanya hanya berdua. Dimata Monna, mereka terlihat seperti sedang membicarakan sesuatu yang sangat serius dan intim.

Sehingga, entah apakah itu hanya perasaannya saja, atau pada kenyataannya memang seperti itu. Monna tidak ingin melihat keluarganya menjadi khawatir dan sedih melihat Belhart memperlakukannya dengan buruk di pesta.

Maka, saat ia punya kesempatan dimana pengawalnya, Neil, tidak memperhatikannya, Monna menyelinap keluar aula untuk menghirup udara yang segar tanpa sepengetahuan siapapun.

Jika ada yang mencari, ia tinggal mengatakan saja bahwa tubuhnya sedang tidak sehat. Karena itu dia tidak bisa hadir lebih lama di aula istana dan memilih untuk langsung beristirahat.

Bukankah ide itu cukup cemerlang? Monna menghibur dirinya sendiri dengan bangga.

Namun seseorang ternyata berhasil menemukannya.

"Catty? Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah sekarang kau seharusnya mulai berdansa dengan Yang Mulia Putra Mahkota? Kenapa alih-alih kau berada di tengah aula, kau malah menyendiri di sini?" tanya Tn. Shcoutz pada Cattarina di tengah gazebo.

Monna menatap ayahnya.

"Aku sedang menghirup udara segar saja, Ayah. Kau tahu sendiri, di dalam terlalu banyak orang. Aku hanya ingin mengistirahatkan diriku sejenak," terang Monna berbohong.

Monna melihat sekeliling.

"Ayah tidak bersama dengan ibu?" tanya Monna mengalihkan pembicaraan.

"Ibumu sedang bersama dengan Nyonya Steinder, teman dekatnya. Karena ayah lihat tadi Putra Mahkota Dominic mencarimu, ayah jadi ikut membantunya. Ayo, sayang! Acara akan segera dimulai. Mereka tidak bisa menunggu lama," Tn. Shcoutz menarik lengan putrinya dan membawanya masuk.

Monna segera panik.

"Ayah, tapi aku..." belum selesai Monna merangkai kata-kata kebohongannya, Belhart sudah menghampirinya dengan cepat bersama dengan Neil yang sepertinya sudah mencarinya dengan khawatir.

Kenapa? Apa mereka takut aku melarikan diri dan mereka tidak berhasil mempermalukanku?, Monna berpikir dengan bodoh.

Hingga suara Belhart yang dalam membuyarkan lamunannya.

"Apa yang kau lakukan di sini? Cepat masuk! Karena acara akan segera di mulai," Belhart memberikan perintah.

Monna mau tidak mau melangkah masuk mengekorinya. Diikuti juga oleh ayah dan Neil yang berjalan di belakangnya. Dengan segala perasaan gelisah yang sengaja Monna terus tutupi, Monna mengamati keadaan sekitarnya mencari Alliesia.

Gadis itu berdiri dengan manis di sudut ruangan bersama dengan beberapa temannya yang akrab.

Sambil mempertimbangkan kata-kata apa yang lebih tepat untuk diucapkan, Monna menghentikan langkahnya tepat di tengah-tengah aula.

"Yang Mulia,"

Belhart menghentikan langkahnya. Monna menunduk dengan ragu.

"Saya tidak bisa berdansa dengan Anda," ujarnya tidak nyaman.

Belhart, Neil, dan Tn. Shcoutz menatapnya.

"Apa ada masalah?" tanya Belhart. Menatap Cattarina.

"Saya.."

Entah bagaimana, Monna merasakan aura yang sangat dingin dari tubuh Belhart. Tapi itu tidak lantas membuatnya mengurungkan niatannya di awal.

"Perut saya sakit," Monna beralasan.

Belhart segera meresponnya.

"Perutmu sakit?" ulang Belhart.

"Ya, Yang Mulia. Sudah sejak beberapa menit yang lalu perut saya sedikit kram. Jika Anda berkenan, saya ingin segera beristirahat. Dan soal pesta dansa ini, bisakah Anda memilih seseorang untuk mewakili saya? Saya yakin banyak wanita yang akan bersedia. Apa.. saya boleh pergi sekarang?" Monna bertanya dengan perlahan agar tidak menyinggung Belhart.

Bagaimana pun juga sejak awal Belhart memang tidak ingin berdansa dengannya. Karena itu, pasti saat ini ia merasa senang dan lega bukan?!

Monna terus berpikiran positif dalam kewaspadaannya. Tapi raut wajah Belhart yang semakin suram membuat Monna tidak berani menatapnya lagi.

Apa ia baru saja telah salah bicara? Tapi di bagian mananya? Kenapa Belhart terlihat semakin tidak senang? Apa dia kesal karena rencananya mempermalukan Cattarina telah gagal?

Monna menggigit bibir bawahnya dengan gusar. Ia tidak tahu harus mengatakan apa lagi dan melakukan apa.

Sepertinya jika ia sekarang pergi begitu saja, Belhart akan menariknya paksa dan memukulnya. Tapi Belhart tidak mungkin melakukan itu di depan umum bukan? Apalagi saat ini masih ada ayahnya di samping mereka.

***