"Sangat spesial. Hingga aku tidak ingin kata spesial itu digantikan orang lain. Aku tidak berbohong dan mengarang cerita."
Ucapan yang bagai fartamorgana. Namun nyata di depan mata dan telinganya.
Satu demi satu takbir rahasia mulai terungkap. Seakan pemikiran Monna selama ini tidak salah. Dan mimpinya selama beberapa hari ini menjadi petunjuk baginya.
Monna merespon setelah beberapa kedipan tidak percaya.
"Apa?"
Merasa kerongkongannya tercekik dan kering. Monna menelan ludah.
"Aku tidak tahu sampai kapan aku mulai merasakannya. Namun seluruh perasaan ini nyata dan sungguh-sungguh. Sekalipun aneh jika aku mengucapkannya sekarang. Setelah ketidakpedulian yang dulu pernah aku tujukan padamu,"
Monna mendadak menghentikannya.
"Stop,"
Menatap dengan heran sekaligus berkerut.
"Kau tidak senang mendengarnya?"
Menggeleng dengan ragu dan masih berkutat pada pikirannya sendiri.
"Bukan seperti itu. Melainkan.."
"Melainkan apa?"
"Melainkan tidak percaya dan..."