" Tapi sudah ada yang melihat auratku, Mpok!" jawab Eneng polos.
" Apa? Siapa?' tanya Fatma terkejut.
" Seorang pria bule tampan yang kaya dan baik!" kata Eneng.
" Astaghfirullah! Apa yang dia lakukan padamu?" tanya Fatma.
" Dia memelukku, Kak! Dan dia dalam keadaan tegang!" jawab Eneng jujur.
" Astaghfirullah, Neng! Kamu harus meminta pertanggung jawaban pada dia!" kata Fatma.
" Tapi dia sudah memiliki istri, Mpok!" kata Eneng.
" Astaghfirullahaladzim! Kamu harus bicara sama dia dan istrnya!" kata Fatma lagi.
" Apa dia tidak akan marah?" tanya Eneng.
" Kalau dia memang bersalah, kenapa harus marah? Lagipula dia sudah melihatmu dan memelukmu!" kata Fatma ikutan kesal.
" Biar nanti suamiku yang mengantarmu ke pria itu! Dia memiliki banyak relasi dan kawan!" kata Fatma. Eneng terdiam, dia bingung antara berbicara terus terang atau diam saja. Apa dia harus menunggu Brian berbicara tentang hal ini padanya dulu?
Brian yang marah karena Fatma tidak menjawab pertanyaannya dan malah menutup panggilannya hari itu juga pergi meeting ke Bali. Dia mematikan ponselnya untuk merilekskan pikirannya.
" Selamat Siang, Pak Brian!" sapa Nyoman, relasi bisnisnya.
" Selamat Siang, Pak Nyoman!" jawab Brian.
" Sudah lama Pak Brian tidak datang ke tempat saya secara pribadi!" kata Nyoman lagi.
" Saya sangat sibuk, Pak!" jawab Brian.
" Saya sangat berterima kasih karena Pak Brian mau meluangkan sedikit waktunya untuk pengusaha kecil seperti saya!" kata Nyoman.
" Pak Nyoman bisa saja! Usaha Pak Nyoman sangat terkenal dan sukses dimana-mana dana banyak yang menyukai berbisnis dengan Pak Nyoman!" kata Brian.
" Kalau begitu bisa kita mulai meetingnya, Pak?" tanya Nyoman.
" Silahkan!" jawab Brian.
" Mari!" ajak Nyoman. Nyoman membawa Brian menuju ke ruang private meeting yang sangat rahasia, karena ruangan itu terdapat di balik tembok kantor Nyoman. Brian menatap Danis yang hanya menundukkan kepalanya.
" Silahkan, Pak!" kata Nyoman. Mereka kemudian menuruni tangga dan sampai di depan sebuah pintu. Tok! Nyoman mengetuk pintu tersebut sekali dan terbukalah pintu itu. Alangkah terkejutnya Brian saat masuk ke dalam ruangan itu, ada sebuah ranjang yang besar, sofa dan meja panjang, Bar mini dan kamar mandi berdinding kaca, semua menjadi satu disana. Yang membuat Brian terkejut adalah 3 orang wanita telah berdiri di dekat sofa dengan hanya memakai bra dan celana dalam yang sebenarnya tidak pantas disebut sebagai penutup, karena warnanya yang sangat transparan, dada dan pantat mereka yang besar sangat mengundang gairah lelaki. Bahkan mereka membawa dokumen dan agenda layaknya pegawai dan sekretaris. Sial! Awas kamu Danis! Ternyata ini yang membuat mereka betah! batin Danis.
" Kita mulai, Pak? Silahkan duduk!" kata Nyoman. Brian duduk di single sofa dengan Danis berdiri di sebelahnya. Saat Brian menoleh ke samping, dia melihat ada tonjolan dicelana Danis.
" Kondisikan juniormu itu!" kata Brian kepada Danis yang sejak melihat mereka bertiga telah menegang di bawah sana.
" Kita mulai?" tanya Nyoman.
" Ini sekretaris saya Ayu! Ini Diyah Kepala Administrasi dan ini OB disini Ida!" kata Nyoman. Mereka semua sehat dan bebas dari penyakit! Jangan khawatir, Pak Brian! Mereka masih gadis semuanya! Karena saya hadirkan khusus untuk tamu sepenting Pak Brian!" tutur Nyoman. Sial! Andai saja kontrak ini tidak penting, aku gak akan datang kesini! batin Brian.
" Ayu!" panggil Nyoman. Ayu berjalan dengan lembut dan anggun mendekati Brian. Brian hanya menelan salivanya saat Ayu membungkukkan tubuhnya, karena dadanya terlihat sangat menggiurkan dan saat dia berdiri, terlihat bagian bawahnya yang besar. Brian menelan salivanya, dia hanya pria biasa yang normal. Sesuatu di bawah sana perlahan ingin memberontak, tapi dia menahannya. Astaghfirullah! Maafkan aku, sayang! batin Brian. Sedangkan Danis sudah tegang karena Ida yang menawarkannya minuman.
" Silahkan Pak! Ini adalah penawaran kami!" kata Ayu yang tidak beranjak dari hadapan Brian. Brian membaca proposal yang disodorkan oleh Ayu. Danis merasa pertahanannya tidak akan kuat apalagi Ida dengan sengaja berdiri di depannya dan membasah-basahi bibirnya, sesekali dia mengusap daerah intimnya. Brian tidak bisa berkonsentrasi, bayangan Fatma melintas didepannya seperti sedang menangis.
" Kita pergi, Danis!" kata Brian.
" Apa maksud Pak Brian?" tanya Nyoman terkejut.
" Saya bukan orang yang gampang Pak Nyoman rayu dengan wanita jalang seperti mereka! Saya sudah bersitri dan akan memiliki anak!" kata Brian.
" Tapi, Pak..."
" Ayo, Danis! Salurkan nafsumu pada Risa! Apa kamu mau dia mengetahui hal ini?" kata Brian marah. Danis langsung gemetar, dia sesaat meluopakan istrinya itu.
" Pak Brian tisak bisa kemana-mana!" kata Nyoman.
" Apa maksudmu?" tanya Brian marah.
" Girls!" kata Nyoman. Mendapat panggilan seperti itu, mereka bertiga melepaskan kain penutup tubuh mereka dan mendekati Brian dan Danis. Belum sampai tangan Ida menyentuh tubuh Brian, tubuhnya terjatuh akibat dorongan Brian.
" Jangan mencobaku, Nyoman! Kamu akan menyesal melakukan ini!" kata Brian mengambil ponselnya dan tiba-tiba beberapa pria masuk merampas ponsel tersebut. Mereka memegang tangan Brian ke belakang tubuhnya, Brian yang tidak siap hanya diam saja. Nyoman memberikan kode pada Diyah dan Ayu, mereka mengangguk dan berjalan mendekati Brian, sementara Danis telah dicumbu oleh Ida dibagian bawah. Brian ingin memberontak tapi tenaga ke tiga pria itu sangat kuat. Dia hanya bisa beristighfar dan membayangkan wajah istrinya. Ayu membuka celana Brian dan menurunkannya kebawah, sedangkan Diyah membuka kemeja Brian. Sebuah kamera berdiri di depan ranjang. Brian membaca shalawat dan memikirkan Fatma saja.
" Bos! Lemas!" kata Ayu yang melihat milik Brian yang tidak bereaksi dengan keadaan mereka.
" Apa?" Mana mungkin?" ucap Nyoman heran, begitu juga dengan keempat pria itu yang akhirnya lengah dan pegangan mereka sedikit mengendor. Entah mendapat kekuatan dari mana, Brian memberontak dan menghajar merka semua. Tidak sia-sia dia selama ini berlatih bela diri, karena dalam hitungan menit, mereka berenam terkapar di lantai. Sedangkan Nyoman dihajar oleh Danis hingga pingsan.
" Laporkan ke Polisi! Cari kamera yang mereka kita dan bakar!" kata Brian. Segera Brian merapikan pakaiannya dan keluar dari tempat itu. Alhamdulillah! Trima kasih atas segalanya, Yaa Allah! batin Brian. Brian menyalakan ponselnya sambil keluar dari kantor Nyoman, dia melihat notifikasi panggilan dari seluruh keluarganya dan keluarga istrinya. Ada apa mereka semua menelpon? batin Brian. Brian menghubungi Daffa.
" Assalamu'alaikum, Daf!"
- " Wa'alaikumsalam Kak!" -
" Ada apa, Daf? Kenapa semua menelponku?"
- " Kak! Apa kakak bisa ke Rumah Sakit sekarang?" -
" Ada apa? Aku sedang ada di Bali!"
- " Kak Fatma melahirkan!" -
" Apa? Bukannya masih bulan depan?"
- " Entahlah! Tadi dia tiba-tiba saja pendarahan!" -
" Apa? Tapi kenapa? Siapa yang bersamanya? Bukankah tadi ada kamu?"
- " Aku sudah turun, Kak! Tadi dia bersama Eneng! Aku..." -
" Apa? Aku sudah perjalanan!"
Brian memutuskan panggilannya, dia mengepalkan tangannya menahan amarahnya. Awas kamu Santi! Kalau sampai aku tahu kamu penyebab istriku pendarahan, aku akan menghancurkan keluargamu! batin Brian dengan wajah menggelap. Brian sangat menyesal telah memarahi istrinya yang tidak tahu apa-apa.