Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

El Ultimo Momento (The Last Moment)

🇮🇩Whataserendipity
--
chs / week
--
NOT RATINGS
54.8k
Views
Synopsis
Gabino Damario Patricio, seorang pria asal Madrid yang memilih keluar dari pekerjaannya sebagai seorang dokter di rumah sakit milik sang ayah Agusto Alano Patricio demi melancarkan perusahaan yang kini telah menjadi miliknya; TelefÓnica yang bergerak di bidang telekomunikasi. Hidup dalam keluarga kaya raya dengan latar belakang Broken Home, menjadikannya seorang pria yang tak berperasaan dan anti sosial. Alegria Casta Clodovea, gadis biasa yang tinggal di daerah Barrio de las letras dengan sejuta mimpi. Didikan sang ayah Cesario Bertin Clodovea yang keras membuatnya tumbuh menjadi gadis tangguh dan tahan banting. Sayangnya, ia tidak pernah mendapat perhatian karena statusnya sebagai anak orang miskin. Suatu ketika, takdir mempertemukan Damario dan Casta dalam suatu kejadian yang memalukan mengakibatkan Casta dicap sebagai wanita murahan dimata Damario. Damario membeli Casta dengan harga yang mahal. Namun bukan berarti dia mencintai gadis itu. Dia hanya ingin menunjukkan pada dunia betapa kaya dan berkuasanya seorang putra tunggal Patricio serta menepati janjinya pada sang ayah. Namun ada ungkapan bahwa cinta tumbuh Karena hasil investasi terus menerus dan ini dialami oleh Damario dan Casta. Akankah kebersamaan mereka menimbulkan banyak inverstasi meskipun Damario hampir tidak pernah memberi perhatiannya pada Casta?
VIEW MORE

Chapter 1 - Introduction

Salah satu sudut bibir Damario terangkat tatkala mendapat sambutan dari seluruh pegawai perusahaan ayahnya yang bernama Telefonica. Bagaimana tidak, perusahaan yang didirikan pada 19 April 1924 dengan menempati peringkat ke-68 dalam daftar Global 2000 sebagai perusahaan terbesar di dunia yang bergerak dalam bidang telekomunikasi tersebut kini menjadi miliknya.

Berkat usahanya selama 5 tahun , ia berhasil membuktikan pada sang ayah bahwa ia pantas menjadi penerus pemilik perusahaan. Dua minggu lalu, ia telah menandatangani surat pemberhentian sebagai dokter dirumah sakit ayahnya Universitario La paz demi menjadi seorang pengusaha.

"Aku harap tidak ada kerugian. Perusahaan harus tetap mendapat keuntungan ASṨ6,1 juta. Jika tidak, kau harus kembali menjadi dokter disini!" terdengar suara dari seberang membuat Damario menjauhkan ponselnya.

"Apa ayah anda sudah selesai bicara tuan?" tanya Bernardo Carlos sang sekertaris dengan ragu-ragu tahu ia tak akan mendapat jawaban. Dan benar saja. Damario tidak memberi jawaban kecuali langkah kaki yang terdengar semakin menjauh darinya.

Sebenarnya Bernardo tidak suka menjadi sekertaris Damario akan tetapi gaji yang diberikan sangat menggiurkan. Dan itu cukup untuk biaya pernikahannya tahun depan.

"Extraordinario!" gumam Damario mengagumi hasil usahanya selama 5 tahun ini. Memang tidak sia-sia ia banting tulang tanpa mengenal siang dan malam selama 1.825 hari. Berkat usahanya, ia bisa membeli sebuah rumah mewah buatan arsitek terkenal bernama Joaquin Torres dilingkungan La Finca, dipinggiran kota Madrid seharga €10753956,80 (173 milyar).

Meskipun belum menempati rumah itu, Damario telah menempatkan beberapa pekerja disana agar tetap terawat.

Baru beberapa menit memejamkan mata, ia teringat dengan jadwal kegiatannya selama satu minggu kedepan. Mata hazelnya yang sangat menggoda itu terbuka perlahan sambil melihat layar ponsel. Tatapannya datar ketika memperhatikan beberapa jadwal dimana ia sendiri yang harus turun tangan. Itu berarti satu minggu kedepan ia harus menahan diri dari kegiatan gilanya bersama para wanita. Wanita mana yang tidak mengenal seorang Gabino Damario Patricio. Selain Karena kekayaannya, ia juga dikenal karena kehidupan gelapnya bersama para selebriti dan para perancang terkenal. Ia memang menyukai wanita yang terkenal dan kaya raya. Dan selama mengencani mereka, tak terhitung berapa banyak wanita yang dengan senang hati telah menyerahkan mahkota berharga mereka untuk Damario.

Satu hal lagi yang membedakan Damario dari konglomerat lainnya. Ia adalah pria tak berperasaan dan pendiam. Ia sering di juluki El tacaño karena hanya disaat tertentu ia berbicara meskipun itu dengan ayahnya sendiri.

Beberapa menit kemudian, ia menginterkom sekertarisnya dan menyerahkan sebuah amplop besar berisi berkas kontrak kerjasama dengan beberapa perusahaan.

"Kau harus hadir dalam beberapa kegiatan jadi kuharap kau menjaga kesehatanmu mulai sekarang tuan. Aku khawatir kau akan sakit jika terus bekerja dikantor."

Damario menatap tajam sang sekertaris sebagai tanda ketidaksukaannya akan perkataan pria itu. Carlos yang menyadari hal itu sontak menundukkan wajahnya dan keluar. Damario kembali memejamkan matanya sambil bersandar disebuah kursi tidur.

...…....

Seorang gadis mencoba menghilangkan jejaknya dari pandangan para perampok di lorong tempat tinggalnya. Ia benar-benar sial karena harus berhadapan dengan mereka. Awalnya ia hanya melihat dua orang perampok sehingga ia berani melawan mereka namun setelah berhasil menumbangkan dua perampok jalanan itu, Casta menyadari bahwa ada 6 orang perampok lagi yang harus ia hadapi dan mereka semua membawa benda tajam. Apalah daya Casta yang hanya mengandalkan tangannya.

Untung saja kakinya berlari sangat cepat sehingga ia berhasil menghilang dari perampok-perampok itu. jika tidak, ah ia tidak bisa membayangkan seperti apa rupanya saat ini.

"Oh Dios!" gumam Casta dengan napas terengah-engah. Sambil menoleh kekanan dan kekiri, ia keluar dari persembunyiannya dan berlari cepat menuju kerumahnya yang terletak di daerah Barrio de Las Letras.

Meskpiun ia tinggal di daerah yang terkenal di Madrid, ia bukan seorang gadis kaya raya karena sang ayah hanya seorang pekerja di pabrik dengan penghasilan sedikit dan sang ibu hanyalah seorang guru pensiun sejak 2 tahun lalu. Ibunya Sheryn Milthon memilih berhenti bekerja karena paru-parunya bermasalah. Semenjak saat itu, suaminya Cesario Bertin Clodovea dan putri satu-satunya Alegria Casta Clodovea bekerja keras agar dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Casta memutuskan untuk membuka sekolah kursus seni dirumahnya setelah ia wisuda.

Meskipun terlahir dari keluarga sederhana dan tidak mendapat perhatian orang-orang sekitar, Casta tidak menjadi gadis lemah. Melalui didikan sang ayah yang sangat keras, ia tumbuh menjadi seorang gadis yang baik hati dan kuat. Ia tahan banting dan mandiri serta ceria. Ilmu beladiri yang dipelajarinya sejak berusia 5 tahun itu ia gunakan untuk melindungi dirinya dan orang lain.

"Buenas Tardes!" ucapnya ketika ia membuka pintu rumah. Dari dalam terdengar suara sang ibu.

Casta mendapati ibunya didapur sedang menyiapkan makan siang. Ibunya menghidangkan makanan kesukaannya Paella dan Gazpacho.

"Bolehkah aku makan sekarang ibu? Kau tahu aku sangat lapar setelah bermain bersama para perampok jalanan tadi." Casta melipat kedua tangannya didepan dada sambil menunjukkan ekspresi seiba mungkin.

"Tidak! Kita harus menunggu ayahmu. Kau mau dia memberimu hukuman karena makan lebih dulu?" jawab ibunya sambil mengelus dadanya yang terasa perih.

"Estoy decepcionado!" Casta meninggalkan ibunya dengan wajah cemberut karena permintaannya ditolak. Sementara Sheryn hanya menggelangkan kepala melihat sikap anaknya yang sedikit keras kepala.

Casta mengunci pintu kamarnya dan berbaring dikasur sambil menatap langit-langit kamarnya yang terdapat sebuah lukisan Camilo Jose Cela University kampus tempatnya kuliah 2 tahun silam. Ia melukisnya ketika ia wisuda. Ia teringat kembali saat-saat dimana ia menerima penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi dengan lulusan terbaik ke 7 jurusan seni. Saat itu, ia bersemangat melamar pekerjaan dimana-mana akan tetapi, tidak ada satupun tempat yang bersedia menerimanya. Bukan karena lowongan pekerjaan tidak tersedia. Orang-orang hanya meragukan status Casta yang adalah seorang gadis miskin. Mereka tidak percaya bahwa Casta bisa bekerja dengan baik karena kurangnya les tambahan. Sebetulnya Casta ingin mengikuti beberapa les musik namun biayanya sangat mahal. Akhirnya sang ayah memberi saran untuk membuka tempat kursus sendiri dirumah. Meskipun tidak seramai tempat kursus diluar sana, setidaknya Casta dapat hidup mandiri tanpa meminta uang ayahnya. Justru ia sering membeli bahan makanan untuk kelangsungan hidup mereka.

"Hari ini aku tidak punya rencana lain. Murid les ku pun sedang sakit itu berarti aku menganggur." Gumam Casta sambil berlari menuju meja makan ketika ibunya memanggilnya.

"Disfruta tu comida!" kata Bertin.

.

.

.

.

Notes :

Extraordinario = Luar Biasa

El tacaño = si pelit

Oh Dios = Ya Tuhan

Buenas Tardes = Selamat Siang

Paella = Semacam nasi goring seafood

Gazpacho = Sup tomat dingin

Estoy decepcionado = aku kecewa

Disfruta tu comida = selamat makan