Marco meraba tengkuknya yang merinding, dengan masih bersandar di pintu kamar dia memejamkan mata sambil menggelengkan kepala mencoba mengusir bayangan wanita yang baru saja dia lihat di dalam kamarnya.
Dengan bibir komat-kamit mirip orang membaca mantera dia mengucapkan semua doa.
"apa yang kamu lakukan di luar kamarmu ?" suara yang sangat dia kenal dan rindukan selama beberapa hari ini memasuki indera pendengarannya, Marco membuka matanya dan ketika dia melihat sosok mungil di depannya, dia mengerjapkan mata.
Chloe juga mengerjapkan mata bulatnya.
"sayang kau kah itu ?" Marco melangkah dengan mata terpaku pada Chloe. Begitu dia berdiri tepat di depannya Marco mengulurkan jarinya dan menusuk wajah istrinya. "syukurlah kamu nyata" kata Marco bahagia, lalu dia merentangkan tangannya hendak memeluk istrinya.
Tapi Chloe mendorongnya dengan tangan kirinya "apa yang salah denganmu ? kenapa wajahmu pucat, tingkahmu aneh ketika melihatku ?" kening Chloe berkerut mengamati tingkah aneh suaminya yang sudah tiga hari tidak dia lihat.
"sayang....aku minta maaf" Marco mengabaikan dorongan istrinya, dia meraih tangan kiri Chloe yang masih menempel di dadanya.
"kenapa tiba-tiba minta maaf ? kesalahan apa yang telah kamu lakukan ?" Chloe makin curiga.
"aku..."
"Marco....kamu menyembunyikan perempuan di kamarmu ? jangan katakan kalau kamu selingkuh di belakangku, sementara aku tengah hamil anakmu" Chloe memotong penjelasan suaminya.
"tidak...bukan itu....aku tidak selingkuh" jelas Marco
"lalu kenapa kamu minta maaf begitu melihatku ?" Chloe makin curiga.
"sayang...maaf...aku menertawakanmu saat kamu melihat kuntilanak...bahkan aku menggodamu" jelas Marco dengan tampang menyesal.
"kuntilanak ? kenapa tiba-tiba kamu menyinggung itu" mendengar nama salah satu hantu legendaris di indonesia keluar dari mulut suaminya, bulu kuduk Chloe langsung merinding.
"aku....aku...barusan melihatnya...." Marco akhirnya mengatakannya dengan rasa takut bercampur malu.
"APA ? di mana ? di hotel ini ?" Chloe mulai berkeringat dingin saat suaminya mengangguk. Tanpa dia sadari sudut matanya mulai menatap sekeliling, namun ketika dia melakukannya bulu kuduknya makin meremang. Mereka berdiri di lorong hotel dengan penerangan yang redup dan saat ini adalah tengah malam, saatnya hantu legendaris itu gentayangan mencari mangsa.
Marco meraih tangan istrinya yang berkeringat dingin, tangannya juga sama "sayang...kita pindah hotel saja" ajak Marco.
Chloe mengangguk bodoh dan siap melangkah pergi. Masa bodo dengan hotel seratus bintang, kalau hotelnya berhantu mending dia tidur di emper toko.
Tapi baru saja melangkah Marco tiba-tiba berhenti lagi dan berbalik "tapi barang-barangku semua masih di dalam kamar, dompetku juga" keluh Marco.
Chloe menatap suaminya dan dia baru menyadari bahwa suaminya hanya mengenakan celana bahan dan kemeja dengan satu kancing atas terbuka, jasnya pasti tertinggal di dalam kamar. Lalu dia melihat Marco juga tidak mengenakan sepatu tapi sandal hotel. Chloe jadi merasa prihatin dengan suaminya yang berpenampilan sembarangan.
"kalau begitu ambil dulu tas dan kopermu" ujar Chloe.
Marco menatap istrinya dengan wajah melas "tapi.....di dalam ada...." Marco tidak melanjutkan kata-katanya
"hantunya muncul di kamarmu ?" tanya Chloe makin tidak nyaman.
Marco mengangguk dengan tampang memelas, hancur sudah harga dirinya di depan istri mungilnya.
"so.....kamu temani aku ambil koper ya" pinta Marco dengan membuang seluruh harga dirinya.
"NO" jawab Chloe tegas
"ayolah sayang...please temani aku ambil koper" rengek Marco
"No....No....No.....aku lebih rela kamu tidur telanjang dari pada aku harus menemanimu masuk ke kamar berhantu itu"
Ketika mendengar penolakan istrinya dan ungkapan isi hatinya yang terlontar tanpa dia sadari telinga Marco langsung berdiri tegak, apakah itu artinya malam ini istrinya akan memberinya makan ?. Ekspresi Marco langsung berubah, rasa takutnya telah di gantikan dengan otak mesumnya.
Tapi bagaimana dengan laptop dan semua file penting dalam tas kerjanya ? Otaknya dengan cepat kembali ke mode kerja.
Kemudian Marco mengeluarkan ponselnya "Laura ambil tas laptopku di dalam kamarku" perintah Marco tanpa basa basi begitu teleponnya di angkat.
Chloe melirik suaminya dengan ekspresi tidak suka, mentang-mentang bos bertingkah seenaknya, dasar kapitalis. Gerutu Chloe dalam hati, dia merasa kasihan pada Laura.
Tak lama Laura muncul dari kamar di depan mereka dengan mata mengantuk, dan dia menatap bos dan istrinya yang berdiri di depan kamar mereka dengan bingung.
"ngapain kamu bengong di situ ? cepet sini !" perintah Marco tidak sabar melihat sekretarisnya masih bengong di depan pintu kamarnya.
"eh....iya...bos" Laura bergegas menghampiri pasangan ini, tapi kemudian seperti baru ngeh dia tiba-tiba sadar dan berhenti di depan mereka "uhmm...tapi bos kenapa saya yang harus masuk ke kamar ambil tas ?"
"sudah gak usah banyak tanya, cepet masuk ambilkan semua tas dan barang-barangku di dalam" Marco mengabaikan pertanyaan sekretarisnya, dia tidak mungkin dan tidak akan pernah menjelaskan alasannya tidak mau mengambil sendiri tasnya di dalam kamar.
Laura yang masih setengah on karena di telpon di tengah tidur nyenyaknya mengangguk patuh dan membalikkan badan membuka pintu, tapi....pintu kamar tidak bergeming "ehmmm....bos kunci kamarnya mana ?" tanyanya
"eh"
"eh"
Pasangan MnC menanggapi bersamaan. Chloe menatap suaminya, Marco menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"en....sepertinya ketinggalan di dalam" katanya malu, Chloe memutar bola matanya.
"telpon manager hotel, minta kunci cadangan" pinta Chloe
"ponselku ada di jas di dalam kamar" ujar Marco lirih "Laura segera telpon manager hotel" Marco kembali memerintah sekretarisnya yang malang.
"ponsel saya di kamar pak"
Marco tak bergeming mendengar protes Laura, dia hanya melotot sebal pada sekretarisnya.
"ngapain kalian bikin keributan di lorong tengah malam begini ?" tiba-tiba Artawan sudah ada di belakang mereka "hai.....Chloe.....kapan kamu datang ?" tanpa basa-basi Artawan langsung menyapa Chloe dan menyodorkan tangan.
Marco menepis tangan Artawan dan melotot memperingatkan. "kenapa kamu masih berdiri di situ ? cepat telpon manager" kata Marco dingin ketika melihat sekretarisnya masih berdiri di tempatnya.
Laura bergegas kembali ke kamarnya.
Beberapa saat kemudian seorang pria mengenakan seragam hotel dengan paras yang cantik datang dengan seorang pegawai hotel.
"Maaf pak Marco ada yang bisa kami bantu ?" tanya pria itu sopan.
Chloe dan Artawan mengerutkan kening saat pria itu bersuara.
Suara yang keluar dari mulut pria cantik itu adalah suara wanita, kedua manusia itu (Chloe dan Artawan) menatap dada pria cantik tersebut dan ternyata.....ada tonjolan di sana. Chloe dan Artawan yang tampaknya satu pikiran saling pandang dan meringis bersama, sedangkan Marco masih tetap dengan wajah pokernya.
"tolong buka pintu kamar saya, kunci saya tertinggal di dalam" jelas Marco tanpa basa-basi.
"baik pak" jawab manager cantik itu yang kemudian memberi perintah pada bawahannya untuk membuka pintu.
Setelah pintu terbuka Marco bukannya masuk tapi dia malah bersembunyi di belakang istrinya sambil berkata "Wan....kamu masuk duluan gih !"
Artawan melongo "kenapa ?" tanyanya gagal paham
"sudah masuk aja" Marco mendorong sahabatnya dengan paksa, sambil tangan kanannya memegang pinggang istrinya.
Masih dengan tampang bengong Artawan melangkahkan kaki memasuki kamar. MnC mengikuti di belakangnya, di susul Laura yang penasaran, lalu manager cantik dan pegawainya.
Ketika mereka masuk ke kamar, aroma mawar langsung memasuki hidung mereka dan aroma itu adalah aroma terapi yang ketika di hirup menghasilkan sensasi yang meningkatkan suhu tubuh.
Marco yang sensitif dengan segala aroma wewangian dan Chloe yang memiliki hidung sensitif karna profesinya sebagai barista segera menutup hidung mereka.
Artawan yang telah melanglang buana dalam dunia malam menghirup aroma mawar tersebut dan mengerutkan kening, dia kenal baik dengan Marco sahabatnya seperti dia mengenal punggung tangannya.
Aroma yang dia cium bukanlah aroma terapi biasa, aroma ini telah di campur dengan aroma perangsang libido.
Artawan yakin pasti ada seseorang yang berniat menjebak Marco. Artawan mengambil sapu tangan dari saku celananya dan menutup hidung, lalu dia melangkahkan kakinya menuju tempat tidur, dia penasaran dengan wanita yang berani menjebak sahabatnya.
πππππ
Sementara itu wanita seksi yang telah di tinggalkan Marco tengah duduk di sofa menunggu Marco kembali sambil merenungkan langkah strategis untuk membuat Marco tidak bisa menolaknya lagi.
Ketika masih berpikir dia mendengar suara pintu di buka. Segera wanita seksi itu berdiri menghadap lampu tidur dan melepas lingre tipis nan seksi yang dia kenakan. Dia melakukannya dengan perlahan. Dia sudah memperhitungkan semuanya, saat Marco sampai di tempat tidurnya maka saat itulah kain tipis terakhir yang melapisi kulitnya akan jatuh.
Dengan senyum puas dia sudah membayangkan reaksi Marco. Tidak ada satu pria pun yang akan menolak tubuh moleknya yang telah dia rawat dengan harga yang mahal, di tambah lagi aroma terapi yang dia bawa sangat special, selama ini tidak ada seorang pun yang sanggup menahannya, bahkan gajah saja akan berahi saat mencium aroma ini.
Perhitungannya tepat sekali, saat langkah kaki yang dia dengar berhenti di depan tempat tidur, pakaian tipis transparan yang semula ada di tubuh moleknya kini meluncur turun, menampilkan tubuh mulusnya yang tanpa cela sedikit pun, lalu dia berkata dengan suara menggoda "sayang akhirnya kamu kembali, aku sudah tidak sabar......" kata-katanya terhenti saat badannya berbalik "apa-apaan ini ? siapa kalian ?" suara seksi yang barusan terdengar berganti dengan sebuah auman.
Saking kagetnya dia lupa bahwa dia telah telanjang bulat, dan lupa menutupi tubuh polosnya.
Melihat pemandangan menggoda di depan mereka, masing-masing memiliki reaksi yang berbeda.
Marco berteriak "setan....."
Chloe berjinjit menutup mata suaminya dengan kedua tangannya dan "tutup matamu...." bisiknya "ada kuntilanak"
Sang manager dan bawahannya refleks memalingkan muka.
Artawan bersiul girang dengan ekspresi cabul.
Laura terperangah dan bergumam "Natasya........"
Semua mata kecuali Marco serempak menoleh menatap Laura.