"kamu mengenalnya ?" tanya Chloe dan Artawan bersamaan. Laura mengangguk.
"Laura bereskan barang-barangku, manager kami minta kamar baru, dan Artawan.....aku serahkan kuntilanak itu padamu" perintah Marco masih dengan mata tertutup, namun aura bos yang dia pancarkan tidak berkurang. Memang jiwa seorang kapitalis sulit untuk di ubah.
Setelah memberikan perintah Marco meraih pinggang istrinya dan berbalik menuju pintu keluar di ikuti oleh manager hotel dan bawahannya.
Sedangkan Laura bergegas membereskan barang-barang yang di katakan bosnya dengan kecepatan kilat dan wajah merah.
Sebagai seorang perempuan dia merasa malu dengan kenekatan Natasya.
Artawan menyeringai senang dan berteriak pada punggung sahabatnya "makasih traktirannya bro dan saudara ipar"
πππππ
Setelah ruangan sepi Artawan berjalan mendekati Natasya.
Natasya berjalan mundur.
Artawan terus melangkah mendekat sampai akhirnya kaki Natasya tersandung sofa dan dia jatuh terduduk.
Artawan tersenyum jahat, lalu membungkukkan badan dan meletakkan kedua tangannya di sandaran sofa, mengurung Natasya dalam intimidasinya.
Natasya menatap Artawan dengan gemetar. Aura pria ini menyeramkan, senyum mesumnya sangat mengintimidasi. Kalau Marco memiliki senyum yang dingin yang membuat orang menjaga jarak dengannya, tapi pria ini memiliki senyum menawan yang menyimpan pisau di belakangnya, senyum jahat yang menggoda. Kilatan rasa takut terlintas di mata Natasya.
Artawan tidak melewatkan kilatan rasa takut yang terlintas di mata Natasya, seringai jahat di bibirnya makin lebar. Lalu pelan namun pasti dia menurunkan bibirnya dan mencium wanita di depannya.
Natasya yang ketakutan menghindari ciuman itu, namun Artawan tidak marah, dia tertawa dan berkata "aku akan memuaskan hasratmu"
"aku di bayar bukan untuk melayanimu" jawab Natasya angkuh.
Artawan terkekeh "berarti orang yang membayarmu tidak mengenal Marco, dia tidak akan menyentuhmu seujung jari pun meski kamu menari di depannya dengan tubuh telanjang, jadi aku akan menggantikan dia untukmu"
Selesai berkata Artawan langsung memagut bibir Natasya dan menciumnya dengan kasar.
Natasya mencoba menghentikan ciuman itu tapi tidak bisa, tangan kiri Artawan menahan belakang kepalanya.
Artawan melepaskan ciumannya saat Natasya mulai kehilangan nafas.
Natasya terengah-engah karna ciuman barusan, 'pria ini terlalu mahir, dia berbahaya' batinnya.
Masih dengan senyum di bibir Artawan menatap wanita di depannya "bagaimana kamu bisa masuk ke kamar ?" tanyanya lembut.
"Marco yang membawaku masuk" jawab Natasya yakin.
"jangan bohong" selesai mengatakan itu Artawan kembali mencium bibir merah Natasya, kali ini dia melakukanya dengan lembut namun mendominasi, sedang tangan kirinya meremas p******a Natasya.
Natasya kewalahan oleh serangan Artawan, dia menikmati ciuman dan remasan Artawan, pikirannya menjadi kosong, di sela-sela ciuman saat mengambil nafas Natasya mendesah.
"siapa yang membiarkanmu masuk ?" sekali lagi Artawan mengajukan pertanyaan sambil tangan kirinya masih meremas p******a Natasya.
"ah....resepsionis hotel....ah....sayang...ini enak" jawab Natasya jujur, otaknya tidak bisa berpikir.
Artawan menyeringai "katakan siapa yang membayarmu ?" setelah bertanya demikian Artawan menghisap leher Natasya sambil tangan kanannya turun membelai punggung dan b*****g wanita itu.
"ahh.....aku tidak tahu" Natasya memejamkan matanya, dia tidak melewatkan sensasi setiap sentuhan tangan Artawan pada tubuhnya.
"katakan dengan jujur" kali ini bibir Artawan turun ke p******a Natasya, dia menjilat p****g wanita itu yang telah mengeras karna rangsangannya.
"aku tidak ahh....tahu....sumpah.....ohh..." Natasya yang mulai belingsatan bergerak dengan gelisah.
"dari mana kamu mengenalnya ?"
"mengenal ahh.....siapa....?" Natasya tidak bisa fokus, dia menjawab di alam bawah sadarnya.
"orang yang membayarmu" bibir Artawan turun ke perut rata Natasya
"dia ohh....dia...yang menghubungiku ahh...geli....ohh....." Natasya menarik rambut Artawan dari perutnya dan membawanya kembali ke dadanya.
"bagaimana caranya dia menghubungimu ?" Artawan bergantian memainkan p******a Natasya bergantian dengan lidahnya.
"aku....aku...tidak tahu..." tangan kanan Artawan membelai daerah kewanitaan Natasya "iiisshhh...ohh...."
"katakan !" tuntut Artawan tanpa menghentikan aksinya
"aku tidak...ooohhh...tidak tahu...dia....aahhh....dia tiba-tiba menelponku dan menyuruhku ke si....ni...oouuhhh..." Natasya menutup matanya menikmati sensasi belaian nakal tangan Artawan di bagian intimnya.
Dengan tangan kirinya Artawan membuka laci meja di samping sofa dan seperti dugaannya dia menemukan sebuah kondom yang masih baru di sudut laci. Dengan giginya Artawan merobek bungkus k****m lalu membungkus jari telunjuknya dengan kondom tersebut.
"kamu pernah bertemu dengannya ?" Artawan melanjutkan pertanyaannya, lalu jari kanannya yang terbungkus k****m menerobos masuk ke dalam Natasya
"oouuuhhhh...." Natasya membuka kakinya kian lebar dan meremas p*****anya dengan kedua tangannya "ti...dak"
"jadi dia menghubungimu begitu saja dan membayarmu ?" kali ini Artawan menambah satu jari lagi.
"hhmmmm.....ya..." jawab Natasya serasa di awan.
"lalu bagaimana kamu tahu Marco nginap di mana dan kamar yang mana ?"
"hhhmmm....dia mengatakan sudah mengatur semuanya....oouuhhh....lebih cepat....yah...oohh....." Natasya membuka kedua matanya namun tatapannya tidak fokus.
Artawan menambah satu jarinya lagi dan menambah kecepatan, membuat Natasya menggelinjang nikmat "kamu memiliki bukti traksaksinya ?"
"hmmm...ada di ponselku...ouhhh.....sayang ini terlalu nikmat kamu besar dan ough.....kuat" kedua tangan natasya menahan kedua kakinya dan membiarkan Artawan melakukan pekerjaannya.
Sementara tangan Artawan sibuk dia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan ponsel Natasya. Saat pandangannya sampai di meja televisi dia melihat kedipan lampu merah kecil di belakang televisi, matanya menyipit. 'hhmmmm....kalau tebakannya benar itu adalah lampu dari kamera untuk merekam semua adegan yang terjadi di ranjang, karna posisi televisi tepat di depan tempat tidur' tebak Artawan.
Artawan menyeringai saat memikirkan betapa liciknya orang yang berusaha menjebak sahabatnya, sekarang dia akan membalas kelicikan orang itu.
Artawan menambah kecepatan ketiga jarinya dan mendorongnya kian dalam, membuat Natasya tidak berhenti mendesah dan mengerang nikmat.
"hhmmmmm....ya....oughhh.....lebih kuat" suara erangan sensual Natasya terdengar di kamar.
Saat Natasya hampir mencapai pelepasannya Artawan menarik jarinya, lalu dia berdiri meninggalkan Natasya yang masih menahan kedua kakinya sambil memejamkan mata. Artawan membuang k****m yang membungkus jarinya kemudian dia mencuci tangannya, dan dia pergi ke meja televisi, mengambil kamera yang di sembunyikan di sana, mengeluarkan kartu memorinya lalu melemparkan kamera ke ranjang, kemudian dia berjalan ke meja samping tempat tidur, mengambil ponsel Natasya yang tergeletak dan sana, memasukkannya ke dalam kantong celananya dan berjalan menuju pintu.
"hei....."teriak Natasya yang baru menyadari bahwa dia di tinggalkan begitu saja "apa maksudnya ini ?" tanyanya masih dengan suara sedikit serak becek. π(kubangan lumpur kaleee...)
"tugasku sudah selesai" jawab Artawan dengan mengerlingkan sebelah matanya "kamu bisa melanjutkannya sendiri" imbuhnya sambil memberikan ciuman jauh dan menyeringai penuh kemenangan, lalu dia membuka pintu dan berjalan keluar.
"F**k...apa-apaan ini" umpat Natasya setelah dia sadar. Pria sialan sudah membuatnya belingsatan sekarang dia di tinggal begitu saja di biarkan menggantung tanpa penyelesaian. "aaaaaaaa...." Natasya berteriak frustasi.
πππππ
Sementara itu di kamar pasangan MnC yang baru.
Marco sedang membersihkan dirinya di kamar mandi, sementara Chloe sedang merapikan barang-barang milik suaminya yang tadi di masukkan asal saja oleh Laura ke dalam koper.
Dengan telaten Chloe melipat dan merapikan pakaian suaminya kembali ke dalam koper. Saat membuka resleting tersembunyi di dasar koper Chloe mengeluarkan lingre merah yang sengaja dia masukkan diam-diam ketika dia menyiapkan koper untuk suaminya.
Malam ini dia berencana untuk membuat surprise ulang tahun untuk suaminya, dan memberikan dirinya sendiri sebagai hadiah ulang tahunnya. Chloe tahu suaminya merasa frustasi karna di paksa puasa olehnya selama beberapa hari, jadi dia berniat membungkus dirinya dalam lingre merah seksi yang telah di beli suami mesumnya beberapa waktu lalu dan akan mengakhiri masa puasanya.
Ragu-ragu Chloe mengeluarkan lingre dari kemasannya, dengan wajah memerah malu dia membentangkan barang tersebut di pangkuannya.
Membayangkan dirinya dalam balutan baju seksi transparan tersebut membuat wajahnya makin memerah. Chloe menutup mukanya dan menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir bayangan dirinya yang menjadi tak tahu malu.
Chloe melemparkan lingre ke sofa lalu dia meraih jas suaminya. Saat dia membentangkan jas tersebut Chloe mencium aroma samar mawar, sama seperti yang dia cium di kamar sebelumnya. Entah kenapa saat mencium aroma tersebut tubuhnya bereaksi berbeda, dia merasakan suhu tubuhnya naik.
Refleks Chloe mengendus kembali jas di tangannya dan bayangan wanita telanjang di kamar suaminya terlintas kembali di matanya, kemudian dia melemparkan jas tersebut dengan jijik 'dia tidak akan membiarkan suaminya memakainya lagi"
Chloe mengeluarkan semua barang yang ada dalam kantong jas tersebut lalu membungkusnya dengan plastik dan membuangnya ke tempat sampah.
Chloe duduk di sofa dan melirik lingre yang tadi dia lempar, kata-kata Febiola kembali terngiang di telinganya "berikan hadiah ulang tahun yang spesial untuk suamimu, biar dia makin cinta padamu" itu saran sahabatnya ketika dia meminta pendapat hadiah apa yang akan di berikan untuk suaminya. "pakai lingre yang di belikan suamimu dan berikan dirimu sebagai hadiah, aku yakin suamimu akan membuka hadiahnya dengan senang hati, dan itu akan menjadi hadiah yang paling spesial untuknya" jelas Febiola saat itu.
Chloe mengambil lingre tersebut lalu membuka bajunya dengan cepat dan mengenakan lingre tersebut. 'cukup sekali ini saja dia berlaku tak tahu malu, lain kali kalau Febiola berani memberikan saran mesum lagi dia akan memukul kepalanya'
Bayangan wanita tanpa selembar kain di kamar suaminya kembali terlintas di matanya dan membuatnya makin bertekad untuk menaklukan suaminya sehingga dia kehilangan selera dengan wanita lain.
Baru saja Chloe selesai mengenakan lingre tersebut kemudian terdengar suara pintu kamar mandi di buka.
Dengan wajah memerah Chloe berbalik dan mengumpat "oh shit....."
Badan setengah telanjang suaminya yang masih meneteskan air terlihat sangat seksi, terlebih ketika tetesan air itu bergerak menuju perutnya dan handuk yang melilit pinggangnya sedikit melorot, aliran darah seakan naik dengan cepat ke kepalanya "uuhhhh....sial....." umpatnya, namun matanya tidak rela berpindah dari pemandangan seksi di depannya.
Marco melangkah keluar dari kamar mandi dan matanya meredup melihat istrinya mengenakan lingre merah yang dia belikan untuknya. Dengan perutnya yang mulai menonjol penampilan istrinya sekarang terlihat lebih seksi dari biasanya. Melihat itu tubuh bagian bawahnya berkedut dan memanas. 'sial dia telah menghabiskan beberapa jam untuk melepaskan hasratnya gara-gara sentuhan dengan istrinya tadi di kamar yang di jajah kuntilanak, tapi sekarang saat dia melihat istrinya dalam balutan lingre seksi anggota tubuh pribadinya mengkhianatinya, sial....tampaknya istrinya betul-betul menjadi obat perangsang paling kuat baginya'
Marco melihat istrinya menatapnya dengan wajah memerah malu, dia sangat menyukai ekspresi istrinya yang satu ini. Meski mereka telah sering berguhubungan intim namun tiap kalu melihatnya telanjang istrinya akan memerah malu.
Marco tersenyum lalu melangkah mendekati istrinya dan senyumnya makin lebar melihat ada cairan merah keluar dari hidung istrinya.
Marco meraih tisu di meja dan mendekat "sayang kamu mimisan" katanya sambil mengulurkan tisu mengelap hidung istrinya.
"oh shit...." umpat Chloe sekali lagi, wajah Chloe makin memerah.
"kamu sudah sering melihatku telanjang, tapi kamu masih saja mimisan setiap melihatnya, sayang kamu sangat menggemaskan"
Setelah membantu istrinya membersihkan mimisannya Marco mencium bibirnya dengan lembut, "sayang mengapa badanmu panas ? apa kamu demam ?"
Marco melepaskan bibir istrinya dan menatapnya dengan panik, namun saat melihat kabut di mata istrinya dia sedikit paham apa yang membuat badan istrinya memanas.
Kemudian Marco kembali mencium istrinya dan akhirnya mereka berakhir berpelukan di sofa saling mengisi saru dengan yang lain.
Marco bersorak di dalam hatinya, dia akan mengingat hadiah ulang tahun dari istrinya seumur hidupnya, jika setiap dia ulang tahun akan menerima hadiah seperti ini, dia akan dengan senang hati setiap hari merayakan ulang tahunnya.
(πππππMarco maruk)