Chereads / Awal Kisah Cinta Ku / Chapter 15 - Chapter 14 - Sudut Pandang Angelica

Chapter 15 - Chapter 14 - Sudut Pandang Angelica

"Oh, Angelica. Tidak biasanya kamu sudah bangun dan bersiap sepagi ini. Apa kamu memiliki urusan hari ini?"

Tanya seorang pria saat aku sedang menikmati sarapan pagi ku

"Iya, seperti yang ayah lihat. Aku ada urusan nanti, makanya aku bangun dan bersiap sepagi ini" [Angelica]

Jawabku dengan hormat kepada pria tersebut yang tidak lain adalah ayahku sendiri

"Oh Begitu? Apa kamu ada urusan di perguruan?" [Ayah]

Tanya ayahku

"Tidak, hari ini aku tidak ada urusan di peguruan sama sekali. aku hanya ingin pergi jalan-jalan saja" [Angelica]

"Hm, Ayah kira kamu akan pergi ke perguruan. Ternyata kamu mau jalan-jalan, ya" [Ayah]

Jawab ayahku sambil tersenyum

"Kenapa ayah berpikir aku akan pergi kesana di hari minggu ini?" [Angelica]

Tanyaku

"Ayah mendengarnya dari kakekmu. Katanya, akhir-akhir ini kamu sering sekali pergi kesana untuk urusan lain di perguruan. Jadi ayah pikir kamu hari ini akan pergi kesana" [Ayah]

Jawab ayahku dengan santai

"Oh begitu. Tapi maaf ayah, hari ini aku hanya ingin pergi jalan-jalan seperti yang ku katakan tadi" [Angelica]

Aku pun menjawab dengan sopan sekali lagi

Lalu setelah membalas beberapa pertanyaan dari ayahku tadi. Kami melanjutkan sarapan pagi berdua di meja makan. Karena ibu dan kakek sedang pergi mengurus tugas dan pekerjaan mereka masing-masing. Jadi hanya kami berdua yang sarapan pagi disini

"Ngomong-ngomong, Ayah sendiri apakah akan pergi juga hari ini?" [Angelica]

Tanyaku

"Iya, hari ini ayahmu ada meeting dengan orang lain untuk beberapa hari kedepan. Jadi kemungkinan Ayahmu,Ibumu dan kakek tidak akan berada di rumah untuk beberapa hari kedepan" [Ayah]

Ayahku menjawab sambil menikmati sarapannya

"Oh Begitu" [Angelica]

Jawabku dengan acuh dan santai

Jadi mereka akan sibuk lagi dan meninggalkan ku sendiri disini kah? Meninggalkan putri satu-satunya mereka dirumah dan pergi untuk pekerjaaan mereka.

Tapi, terserah mereka saja. Dari dulu aku sudah mulai biasa dengan mereka yang selalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Jadi walaupun ada mereka saat dirumah atau tidak. Itu bukanlah masalah.

"Juga, sebelum ayahmu pergi. Ayah sudah memanggil bram, tunanganmu untuk datang kemari" [Ayah]

Ucap ayahku

"A-apa?!" [Angelica]

Aku yang mendengar itu seketika langsung terkejut dan kehilangan ketenanganku

"Seperti yang dibilang tadi, Ayah memanggilnya untuk datang kemari tadi. Awalnya ayah hanya menyuruhnya untuk datang menemuimu. Tapi karena kamu bilang ingin pergi jalan-jalan, maka ajaklah dia sekalian. Hitung-hitung untuk mempererat hubungan kalian berdua" [Ayah]

Jawab ayah dengan santainya

"Apa?! Kenapa aku harus mengajaknya bersamaku? Dan aku tidak meminta ayah untuk melakukan itu!" [Angelica]

Jawabku dengan keras

"Oh ayolah, jangan bertingkah kekanak-kanakan seperti itu. Ayah hanya ingin melihat kalian berdua semakin dekat satu sama lain. Juga bram adalah tunanganmu, jadi kamu harus membangun ikatan yang kuat denganya sebelum menikah nanti" [Ayah]

Kata ayahku

Mendengar hal itu aku merasa kesal dengan keputusan ayahku yang secara sepihak. Karena bagiku, aku masih tidak merasa siap untuk menghabiskan waktuku dengan bram saat ini. Masih ada banyak hal yang aku ingin lakukan sendiri untuk kedepannya.

Aku merasa seperti terjebak dalam pernikahan yang di atur oleh kedua orang tua ku. Semua keputusan dari orang tuaku maupun orang tua bram, benar-benar membuatku terjebak dalam pertunangan sephiak ini.

Namun, sayangnya. Aku tidak bisa mengungkapkan ketidaksukaan ku tentang masalah pertunangan ini kepada ayah

"Dengan Segala hormat, Ayah. Aku hargai perhatianmu padaku, tetapi aku merasa perlu sedikit waktu bagiku untuk berpikir tentang masalah pertunangan ini. Masih ada banyak hal yang aku ingin capai dalam kedepannya" [Angelica]

Aku mencoba mengungkapkan keinginanku dengan sopan

Setelah mengucapkan kata-kata itu dengan nada penolakan. Ayahku mengangguk perlahan, tetapi wajahnya masih mencerminkan ketidaksetujuan dengan apa yang aku ucapkan. Sambil bersikap tenang dengan masih melanjutkan sarapannya. Ayahku mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk di ucapkan.

"Angelica, Ayah memahami keinginanmu untuk mengejar impianmu dan menentukan jati dirimu sendiri. Tetapi, sebagai seorang ayah, ayah juga memiliki tanggung jawab untuk melindungimu dan memastikan masa depanmu yang baik. Bram adalah pria yang baik, dan pertunangan ini akan memberikanmu stabilitas dan kebahagiaan yang berkelanjutan." [Ayah]

Ucap ayahku dengan penuh perhatian

Aku merasa kecewa setelah mendengar hal itu. Meskipun aku tahu bahwa ayahku hanya ingin yang terbaik untukku, Namun ,didalam hatiku. aku merasa terikat dengan peraturan dan harapan keluarga. Aku ingin menjadi mandiri, mengikuti hasratku, dan menemukan cinta yang sesuai dengan hatiku sendiri.

Namun sebelum aku bisa memberikan jawaban, aku mendengar langkah kaki mendekat. dan kemudian pintu ruang makan terbuka dengan tiba-tiba. Bram, tunanganku, muncul disini secara tiba-tiba dengan senyum cerah di wajahnya.

"Hai semuanya , Pagi" [Bram]

Sapa bram

"Bram! Kapan kau tiba ke sini?!" [Angelica]

Aku terkejut dan bertanya kepadanya

"Aku baru saja sampai beberapa waktu yang lalu. Pelayanmu menyuruhku untuk masuk dan menemui kalian berdua disini" [Bram]

Jawab bram dengan santai sambil melangkah masuk ke meja kami

"Oh Bram, kemarilah. Ikutlah kami sarapan bersama" [Ayah]

Melihat kedatang bram disini. Ayahku langsung menyuruhnya duduk dan bergabung bersama kami

"Maaf, sebelum datang kemari aku sudah sarapan tadi. Jadi aku akan menemani kalian berdua saja" [Bram]

"Oh kalo begitu, kamu duduklah di kursi mana pun yang kamu mau inginkan di meja makan ini" [Ayah]

Ucap ayahku

"Terima kasih. Kalo begitu, Aku duduk disini saja' [Bram]

Jawab bram sambil menarik kursi yang ada di sebelahku

Ketika bram duduk di sebelahku ,aku mencoba menjaga ketenanganku dan berpura-pura seperti biasa di depan ayahku. Namun, dalam hatiku, sebenarnya ada perasaan tidak nyaman yang sulit untuk kuatasi.

Kami melanjutkan sarapan dengan suasana yang agak canggung. Namun, Bram mencoba memecahkan suasana canggung ini dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ringan tentang rencana jalan-jalan kami hari ini.

"Jadi, Angelica, apa rencanamu untuk hari ini? Ada tempat yang ingin kamu kunjungi?" [Bram]

tanya Bram dengan senyum ramah di wajahnya.

Melihat senyumnya itu, entah kenapa. Rasa semakin sulit bagiku untuk menahan rasa kesal yang ada di hatiku. Namun, sebisa mungkin aku akan mencoba menahan kekesalan ku ini.

"Tidak ada rencana khusus. Aku hanya ingin pergi jalan-jalan sendiri," [Angelica]

Jawabku, dengan nada sedikit tajam. mencoba menunjukkan ketidaksenanganku pada situasi ini.

Melihat respon yang ku berikan padanya. Bram masihlah bersikap ramah dan tersenyum padaku. Mungkin karena kami sudah saling menegenal satu sama lain selama selama 1 tahun ini, dia tetap tenang dan tidak tersinggung sama sekali. Namun, walaupun kita sudah mengenal 1 tahun, aku tetap saja tetap tidak menyukainya.

"Oh begitu. Apa kamu tidak apa-apa pergi sendirian?" [Bram]

Tanya bram

"Aku bukanlah anak kecil. Tidak peduli kemana pun aku pergi, aku bisa menjaga diriku sendiri" [Angelica]

Aku pun menjawab dengan sedikit kekeraman

Lalu Setelah mengatakan itu, aku pun lanjut melihat ke arah ayah ku dan berkata

"Dengar Ayah, Aku tahu kau menyayangiku dan perhatian padaku. Tetapi aku tidak bisa terus menerima situasi seperti ini. Jadi biarkan aku sendiri yang memutuskannya kelak nantinya. Dan juga aku sudah selesai dengan sarapanku disini, jadi aku pamit pada kalian berdua disini" [Angelica]

Lalu setelah mengatakan itu aku pun mulai berdiri dan pamit pada ayah ku, dengan cara membungkuk padanya

Dan tanpa menunggu lama aku langsung berjalan keluar dari ruang makan ini

"Angelica tunggu…!" [Ayah]

Disaat sedang berjalan keluar. Ayah ku mencoba menghentikan langkahku. Tapi aku tidak memperdulikanya dan memilih untuk lanjuut berjalan keluar dari sini.

"Maaf ya bram, aku menyuruhmu untuk datang dan menemai angelica, tapi sepertinya angelica masih keras kepala seperti biasanya. Aku jadi tidak enak padamu" [Ayah]

"Tidak apa-apa, paman. Aku tahu sifat angelica jadi aku tidak akan memaksanya juga [Bram]

Jawab bram

Aku masih bisa mendengar mereka berbicara saat aku hampir meninggalkan ruang makan. Gtapi aku lebih memilij untuk mengabaikannya

Lalu tanpa menunggu lama aku pun langsung berjalan menuju mobil yang telah di siapkan oleh pelayan. Dan mulai menyuruh supir pribadi ku untuk mengantarku ke suatu tempat

"Pak ,tolong antarkan aku ke distrik pembelanjaan mana saja terserah. Mau itu yang terdekat maupun yang terjauh. Yang penting tolong cepat pergi dari sini" [Angelica]

Kataku kepada supir pribadiku

"Baik, Siap saya laksanakan. nona" [Supir]

Tanpa banyak bertanya, pak supir mulai menyalakan mobilnya dan berjalan pergi dari rumah besar ini.

'Huff…benar-benar pagi yang menyebalkan'

Aku mengehala nafas untuk menghilangkan kekesalan yang kurasakan tadi. Semoga dengan pergi jalan-jalan, aku bisa menenangkan pikiranku

Lalu setelah beberapa lama aku duduk di mobil sambil memandangi pemandangan. Akhirnya aku sampai pada sebuah distrik pembelanjaan. Sekilas aku langsung melihat beberapa mall yang berdiri disana, dari apa yang aku lihat mall itu kelihatan cukup besar dari sini. Juga tidak hanya itu saja, di distrik pembelanjaan ini sepertinya banyak sekali tempat yang belum pernah ku kunjungi selama ini. Misalnya seperti tempat makan mewah di sana yang terlihat seperti menjual makanannya cukup enak dan berkelas dan yang lainnya. Aku sampai tidak bisa menyebutkannya satu per satu.

Haa..kuharap aku bisa melupakan dan melampiaskan kekesalanku tadi pagi dengan menikmati perjalanan ku disini.

Dan tanpa menunggu lama aku pun langsung keluar dari mobil ku serta menyuruh supir ku untuk pulang saja karena mungkin aku akan lama disini. Jadi jika aku membutuhkannya, aku hanya tinggal menelpon saja untuk menjemputku

"Terima kasih telah mengantarku. Aku akan lama disini, jadi bapak bisa pulang saja sekarang dan aku akan menelpon nanti aku sudah selesai" [Angelica]

Kataku kepada supir pribadiku

"Baik, nona. Kalo begitu saya pamit dulu" [Supir]

Tanpa banyak bertanya, pak supir langsung menyalakan mobilnya dan mulai meninggalkan aku disini

Sekarang, di dalam distrik pembelanjaan ini. Aku merasa sedikit lebih tenang dan tidak merasa kesal. Aku bisa melupakan kejadian tadi pagi dan fokus pada diriku saat ini. Yang mana saat ini aku sudah mulai menjelajahi beberapa toko.

Aku berjalan di sepanjang jalan, melihat etalase toko dengan minat yang berbeda-beda. Aku masuk ke beberapa toko pakaian untuk melihat koleksi terbaru, dan mencari inspirasi gaya berpakaianku. Aku juga mampir ke toko buku dan melihat-lihat beberapa novel terbaru. Membaca adalah salah satu hobi yang selalu membuatku tenang dan terhibur.

Kemudian, aku melihat sebuah kafe yang terlihat menarik. Aromanya yang harum dan desainnya yang cozy membuatku tertarik untuk singgah sebentar. Namun, sejenak aku merasa ada sesuatu yang kutinggalkan di mobilku

Dengan sedikit panik, aku mulai memeriksa keseluruhan pakaianku yang ku kenakan ini.

"A-tidak..mungkin..dompet dan ponselku tertinggal di mobil! Bagaimana bisa aku melupakan kedua benda berharga itu semua!" [Angelica]

Pikiran ku menjadi kacau saat ini

'A-a..bagaimana ini?' [Angelica]

Gumamku sambil mengigit bibir

"Apa aku harus kembali ke tempat pertama yang kudatangi tadi, dan mencari pak supir disana? Siapa tahu dia masih belum jauh pergi dari sini" [Angelica]

Sambil masih merasa panik. Aku mencoba memikirkan hal terbaik, yang bisa aku lakukan saat ini.

Ini benar-benar pertama kalinya aku melupakan ponsel dan dompetku. Sebelumnya, aku tidak pernah melupakannya sama sekali. Ini pasti karena kejadian tadi pagi yang membuat ku kesal, hingga melupakan kedua benda berharga itu.

Namun, setelah memikirkan sejenak. Rasanya mungkin percuma saja mencari pak supir di tempat pertama. Kemungkinan besar, dia sudah pergi jauh dari sini. Dan hal terbaik yang bisa ku lakukan saat ini adalah mencari telpon umum atau meminjam telpon dari seseorang.

Tanpa menungu lama, aku mulai berjalan meninggalkan tempatku berdiri, sambil mulai mencari telpon umum atau mencari seseorang bisa meminjamkan telponnya

Sayangnya, saat berjalan pergi dari sini. Langkah ku tiba-tiba terhentikan oleh dua orang laki-laki yang entah dari mana muncul secara tiba-tiba di hadapan mataku.

Melihat dari sekilas penampakan dari mereka berdua. aku langsung tahu bahwa kedua orang ini adalah orang yang tidak beres.

"Hei nona, kau terlihat panik? Apa kau baik-baik saja?" [Preman 1]

Ucap salah satu dari mereka

"Sampai berkeringat begitu. apa kau butuh bantuan?" [Preman]

Tambah yang lain dengan senyuman mencurigakan di wajah mereka

"Maaf, tidak terima kasih. Aku sedang terburu-buru disini, jadi biarkan aku pergi" [Angelica]

Dengan nada datar dan wajah marah, aku pun menyuruh mereka berdua menjuah dariku

"Oh ayolah, jangan pasang muka cemberut begitu. siapa tahu kita berdua bisa membantumu? Iyakan?" [Preman 2]

Goda salah satu dari mereka

"Itu benar. Saat kau dalam masalah, seharusnya tidak boleh melihat-lihat siapa orang yang akan membantumu. Jadi ayo ikut kami" [Preman 1]

Kata yang lainnya dengan nada merayu

Meskipun kedua preman itu berusaha meyakinkanku, tetapi aku tetap tidak nyaman dan waspada terhadap mereka. Ketika mereka berbicara, senyum keduanya semakin melebar, seolah merencanakan sesuatu.

Namun, keadaan berubah menjadi lebih mencekam ketika salah satu dari kedua preman itu tiba-tiba meraih dan memegang erat tangan kananku. Mereka mulai membawaku ke sebuah gang kecil, yang tidak ada siapa pun yang akan melihat. Melihat hal itu, aku merasakan ketakutan melanda dan langsung berteriak sekuat tenaga

"LEPASKAN TANGANKU!!" [Angelica]

Jeritku dengan panik

Teriakanku justru membuat preman yang memegangnya semakin marah dan mengenggamnya dengan lebih erat, bahkan mulai menarik tubuhku ke arah mereka. Kini, situasinya semakin berbahaya bagiku, dan aku harus mencari cara untuk keluar dari situasi yang mengancam ini.

Detak jantungku semakin cepat berdegup saat preman yang memegang tanganku semakin erat dan mulai menarik tubuhku. Meskipun aku merasa ketakutan, aku mencoba berusaha tetap tenang dan mencari peluang untuk melarikan diri.

Saat aku berusaha untuk tetap tenang di tengah situasi yang mencekam, aku pun mencoba berteriak sekuat tenaga dengan harapan akan ada seseorang yang datang menolongku

"Seseorang Tolong aku!!" [Angelica]

Aku mencoba melihat sekeliling dengan cepat, berharap ada seseorang yang sedang berjalan atau melewati daerah ini. Namun, sayangnya, jalan terlihat sepi dan seolah-olah tidak ada seorang pun yang akan datang untuk membantu.

Ketidakpastian semakin menyelimuti pikiranku. Waktu berjalan lambat, dan aku merasa semakin terjepit dalam situasi yang berbahaya.

Dalam keputusasaanku, Aku kembali mengingat kejadian tadi pagi.

Apakah semua ini terjadi karena kejadian pagi tadi? Apakah ini karma bagiku karena berani menentang orang tua?

Semua pemikiran-pemikiran negatif ini telah menyatu dalam pikiranku saat ini, yang sedang putus asa ini

Namun, saat aku hampir menyerah dalam keputusaan. Aku menyadari ada sebuah suara langkah kaki yang mulai mendekat ke arahku. Pelan tapi pasti, langkah itu semakin dekat menuju kesini.

Karena menyadari ada seseorang menuju kemari dengan cepat ,aku mulai memalingkan pandanganku kearah suara langkah kaki tersebut. Guna memastikan siapa orang datang kesini.

Pikiranku disini mulai bertanya-tanya. Apakah seseorang yang datang kesini adalah orang yang akan menolong ku? Atau justru salah satu teman dari kedua preman ini?

"HEI! APA YANG KALIAN LAKUKAN PADA PACARKU DISANA!"

Terdengar suara lantang pria dari belakang. Dari intonasi suaranya,itu terdengar seperti seorang laki-laki yang agak kukenal

"HAH! Siapa kau berani menggangu kami?!" [Preman 1]

Sahut salah satu preman dengan nada kesal

"Apa? Kupikir tadi aku sudah berbicara cukup keras? Apa mungkin pendengaran kalian berdua disini bermasalah?"

Ucapanya dengan nada mengejek. Dan kedua kedua preman itu terlihat terpancing oleh kata-kata ejekan tersebut

Disini aku mulai menyadari siapa orang yang datang ke sini setelah mendengarnya berbicara dengan nada mengejek tadi. Dari cara bicaranya. Aku tahu hanya orang itu saja yang berbicara seperti itu, dia tidak lain dan tidak bukan adalah Indra Pratama. Orang yang sering kali membuatku kesal setiap berbicara dengannya. tetapi saat ini. Namun, entah mengapa. Mendengar dia berbicara dengan nada mengejek membuatku merasa sedikit aman disini.

"Yo, Angelica. sepertinya kau sedang dalam masalah disini?" [Pratama]

Dengan wajah yang santai, dia menanyai keadaanku

"Hei! Aku tidak tahu kau siapa. Tapi disini kita sedang berbicara denganmu kau tahu!" [Preman 2]

Preman kedua menyela dengan suara keras

Disisi lain salah satu preman lainnya juga mulai tidak menyukai kehadiran pratama disini

Tapi disini. Pratama tersenyum dengan tenang dan menjawab

"Ha..padahal sudah kubilang tadi. Tapi sepertinya pikiran kalian tidak mengerti dengan apa yang kubicarakan. Ya terserahlah, akan ku ulangi lagi agar otak kalian paham. Lepaskan pacarku sekarang juga atau…" [Pratama]

"Atau apa?! Kau mau berkelahi dengan kami berdua disini hah?!" [Preman1]

Kata preman pertama dengan mengancam

"Atau akan ku panggil petugas keamanan untuk datang kemari" [Pratama]

Sambil menunjuk jari kanan telunjuknya ke atas, yang mana aku tidak paham kenapa dia melakukannya. Dia dengan santainya menjawab pertanyaan salah satu preman tersebut

"Buhahaha, hei kau dengar itu. Setelah berbicara sok jagoan seperti tadi. Ternyata dia datang kesini hanya untuk memanggil petugas keamanan. Ternyata kau disini yang bodoh tahu!" [Preman 1] ucap preman satunya dengan kalimat mengejek

"Kau pikir Butuh waktu berapa lama agar petugas keamanan untuk datang kesini hah?! Sebelum mereka datang kemari. kami akan menghajarmu terlebih dahulu!" [Preman 2]

Kedua preman ini benar. Sebelum para petugas keamanan datang kesini, pratama lah yang akan di hajar duluan disini.

Sebenarnya apa sih yang dipikirnya sebelum datang menolongku?! Bukannya mengatasi masalah yang ada dia malah menambah masalah disini

Dan disisi lain, aku yang tadi sedikit marasa aman, sekarang menjadi khawatir kembali saat ini karena orang bodoh ini

"Hei angelica, apa-apaan dengan wajah tidak puasmu itu. Sepertinya kau juga tidak percaya dengan apa yang akan ku lakukan ini ya?" [Pratama]

Ah sepertinya dia menyadari wajah kekecewaanku padanya saat ini.

"Sudah tidak usah banyak bicara lagi. Akan ku hajar kau saat ini juga!" [Preman 1]

Sepertinya karena sudah muak dengan omong kosong yang di ucapkan pratama sedari tadi. Salah satu preman mulai kesal dan berniat untuk memukul langsung wajah prataman. Namun ketika preman tersebut berniat memukul Pratama, seketika langsung berhenti setelah mendengar suara. Yang mana suara ini sepertinya aku tahu ini berasal dari mana.

Dan suara ini bukankah? Suara sirine petugas keamanan?

'kok bisa mereka datang tepat waktu?' [Angelica]

Gumamku dengan keheranan

"Hei Sialan, sejak kapan kau memanggil petugas keamanan kesini?" [Preman 2]

Salah satu preman yang tadinya diam memegangiku kini mulai panik setelah mendengar suara sirine yang mulai mendekat

"Sejak kapan? tentu saja sejak tadi saat aku kesini untuk menolong" [Pratama]

Dengan muka sombong dan bangga, pratama pun menjawab dengan santai

Dan beberapa saat kemudian. Dia pun mulai tersenyum padaku, seperti memperlihatkan kemenangannya disini. Melihat dia tersenyum seperti menyombongkan kemenangannya itu, membuatku agak kesal disini

"Jadi kau sudah mempersiapkan ini semua ya? Sialan" [Preman 1]

"Ya anggap saja begitu. juga omong-omong, apa kalian yakin masih ingin bertanya padaku dan tidak mau melepaskan angelica sekarang? Ketika petugas keamanan datang kemari?" [Pratama]

Ketika mereka bertiga masih berbicara. Tak selang beberapa lama, petugas keamanan mulai tiba di tempat kejadian.melihat kedatangan petugas keamanan mulai mendekat, kedua preman itu semakin panik dan mulai melarikan diri. Namun karena salah satu kedua preman itu sedang memegangiku, dia secara reflek mendorong ku dengan keras ke depan demi melarikan diri dari sini.

Aku yang terdorong dengan keras. mulai terjatuh kedepan karena dorongan dari belakang. Dan secara reflek aku pun menutup mataku tanpa kusadari

Tetapi…saat aku membuka mataku, Aku tidak merasa bahwa diriku sedang terjatuh disini. Saat ku lihat sekeliling, aku masih belum terjatuh ke tanah. Malahan disini yang kurasakan seperti ada sebuah tangan yang menahan tubuhku agar tidak jatuh tadi. Saat ku lihat tangan siapa yang menahan ku, sekilas aku langsung melihat pratama sedang menahanku agar tidak jatuh tadi.

"Apa kau tidak apa-apa, Angelica?" [Pratama]

Dengan wajah tenang dia bertanya padaku

"Ya tidak masalah. Terlebih lagi, bagaimana dengan kedua preman tadi?" [Angelica]

"Kedua preman itu sudah melarikan diri setelah petugas keamanan mulai mengejar mereka" [Pramata]

Kata pratama

"Oh begitu. Juga, sampai kapan kau akan terus menyentuhku seperti ini!" [Angelica]

Dengan sedikit kesal, aku pun mencoba memaksa untuk berdiri

"Ah, kau benar" [Pratama]

Setelah mendengar itu. Pratama pun mulai melepaskan tangannya

"Ngomong-ngomong, kenapa kau bisa beurusan dengan kedua preman tadi? Apa kau tidak sengaja menyakiti hati kedua preman tadi dengan gaya bicara mu?" [Pratama]

Pratama pun bertanya dengan nada yang agak membuat ku kesal

"Apa katamu! aku tidak sama sepertimu, yang berbicara dengan nada menyengkelkan seperti tadi kepada kedua preman itu. Aku masih bisa menjaga nada bicaraku. Tetapi hanya saja kedua preman tadi tiba-tiba menghampiriku dan menyeretku kesini" [Angelica]

Disini emosiku mulai meluap seperti biasanya setiap kali kita berdua bersama

"Kau sendiri, kenapa juga berjalan sendiri disini. Kurang kerjaan sekali" [Pratama]

"Aku tidak butuh komentarmu! Juga, kali ini aku akan bertanya padamu. Bagaimana kau tahu disini aku dalam masalah?" [Angelica]

Dengan muncul diwaktu yang tepat seperti tadi, aku jadi penasaraan. Bagaimana bisa pratama tahu aku sedang dalam masalah tadi?

"Oh tentang itu? Awalnya, aku hanya ingin pergi membaca buku seharian di perpustakaan di daerah ini. Tetapi sesaat, ketika aku sedang berjalan. Aku sekilas melihat sesosok perempuan yang sedang kebingungan di jalan seperti orang hilang. Karena penasaran, aku mencoba melihat lebih seksama apa yang sedang dia lakukan. Tetapi kemudian dua orang preman mendatangi perempuan tadi dan mulai membawanya ke gang sempit seperti ini. Dan saat kulihat lebih jauh lagi ternyata itu kau" [Pratama]

"Apa? Jadi, Saat kedua preman itu mendatangiku. kau sudah melihatnya? kenapa kau tidak langsung menolong ku?!" [Angelica]

Tanyaku

"Hei kamu pikir, kutu buku sepertiku bisa menghadapi kedua preman itu sekaligus. hah?" [Pratama]

"Makanya, setidaknya latihlah ototmu sesekali agar bisa bertindak langsung!" [Angelica]

dengan kesal aku pun menjawab apa yang di ucapkan pratama

"Jangan memintaku yang tidak-tidak. Aku bukan penjagamu maupun bodyguardmu tahu! plus setidaknya aku menyelamatkanmu dengan caraku sendiri kau tahu" [Pratama]

Jawab pratama sedikit mengeluh

"Lalu, bagaimana dengan petugas keamanannya? Bagaimana mereka bisa datang tetap waktu?" [Angelica]

Karena penasaran dengan kedatangan petugas keamanan yang tetap waktu. Aku pun mencoba pertanya pada pratama mengenai hal itu

"Oh itu? Ya karena aku tahu, aku tidak bisa menghadapi kedua preman itu sendirian. Jadi pada waktu bersamaan, ketika kau sedang di bawa oleh kedua preman tadi, aku langsung menelpon petugas keamanan. Dan itulah alasan kenapa mereka bisa datang tepat waktu. Hebat bukan rencanaku?" [Pratama]

Di akhir kalimatnya, dia pun memberi sebuah senyuman sombong yang mana itu malah membuatku geli disini, saat melihatnya

"(gekh) aku tidak tahu kau memiliki sifat seperti itu selama ini. Kau membuatku merasa jijik" [Angelica]

Kataku dengan ekspresi kesal

"Cerewet! Setidaknya, berterima kasihlah padaku sedikit kek" [Pratama]

Dengan kesal dia pun menjawab ejekanku padanya

"Baik-baik, aku sangat berterima kasih ha.." [Angelica]

Kataku dengan enggan sambil mengejek menggodanya

"Apa-apaan dengan terima kasihmu yang tidak tulus itu? Tetapi ya terserahlah, melihatmu yang sudah kembali bersikap biasa seperti itu. Ku rasa kau baik-baik saja sekarang, jadi aku tidak perlu khawatir lagi padamu. Juga lain kali berhati-hatilah saat kau berjalan sendiri, agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi" [Pratama]

Setelah mengatakan itu semua, pratama berniat untuk pergi dari sini

Ah, jadi semua ejekannya sebelumnya bertujuan agar aku tetap tenang dan tidak takut setelah kejadian ini. Aku kira dia memang tipe orang yang, jika ada orang yang tidak disukainya, dia akan terus menjahilinya. Ternyata aku salah

"Jika tidak ada yang ingin kau katakan lagi, Aku akan mulai pergi dari sini. Dan oh ya, tenang saja, mengenai petugas keamanannya. Aku yang akan mengurusnya, kau tinggal pulang saja dan berhati-hati mengerti?" [Pratama]

Pratama mengucapkan itu sambil berniat pergi

Namun ,saat melihat dia mulai berjalan menjauh dari ku. Aku secara cepat mengulurkan tanganku dan mulai meraihnya sekuat tenaga

"Hei tunggu dulu…!!" [Angelica]

Teriak ku sekuat tenaga sambil menariknya

"Argh! Hugh..hugh..Kau ini benar-benar suka sekali menarik kerah orang lainya?! Ada apa sih memangnya?! Jika masih butuh sesuatu, kau kan tinggal panggil saja aku" [Pratama]

"Diam! Tidak usah banyak bicara. Aku masih butuh bantuanmu disini" [Angelica]

"Hah?" [Pratama]

Pratama tampak bingung dengan wajah bertanya-tanya

· Sudut pandang pratama

"Ha….Jika kau ingin meminjam ponselku, kenapa kau tidak mengatakan dengan baik-baik sedari awal. tanpa perlu Menarik kerahku seperti tadi" [Pratama]

kataku sambil menghela nafas, bertanya pada Angelica yang berada di depanku.

Saat ini, kami berdua sedang duduk di sebuah kafe yang dekat dengan tempat di mana kedua preman menyerang Angelica. Setelah kejadian tadi, kami berdua memutuskan untuk pergi ke café ini.

"Aku melakukannya karena kau mau pergi begitu saja" [Angelica]

Jawab angelica

"Kau kan tinggal bilang saja 'hei tunggu' atau sebagainya. Dan lalu, bagaimana dengan supir pribadimu? Apa dia sudah sampai?" [Angelica]

Aku pun mencoba mengganti topik lainnya

"Dia bilang, dia akan sampai beberapa menit lagi kesini" [Angelica]

"Oh, syukurlah kalo begitu" [Pratama]

Ucapku, merasa lega mendengarnya

"Terima kasih" [Angelica]

Sambil berkata begitu. dia pun mulai menatapku

"Terima kasih? Bukankah kau sudah berterima kasih padaku tadi dengan wajah setengah hati?" [Pratama]

Aku ingat tadi Angelica berterima kasih padaku, meskipun sepertinya dia melakukannya dengan setengah hati. Namun, ku pikir dia memang sudah berterima kasih padaku dengan cara yang setengah hati itu. Karena, kupikir begitulah sifat Angelica yang kukenal.

"Ya kau benar, Tetapi kali ini aku akan berterima kasih padamu dengan sungguh-sungguh karena sudah menyelamatkan ku tadi. Jujur ku pikir, aku akan berakhir oleh kedua preman itu karena kejadian tadi. Tetapi sesaat setelah aku berpikir aku sudah tidak ada harapan lagi, kau datang menolongku dengan membawa petugas keamanan sebagai persiapanmu. Saat ku lihat kau datang menolong, sebenarnya ada perasaan senang atau bahagia dalam diriku. Ketika kau datang menolong, walau perlu di garis bawahi kau memang terkadang menyebalkan tetapi aku tetap bersyukur kau telah menolong ku" [Angelica]

Kata angelica sambil tersenyum padaku

Senyum angelica kali ini, berbeda dengan senyum yang biasanya di lakukan. Kali ini entah kenapa, dia terlihat tersenyum tulus dan bersyukur. Ini berbeda dengan senyumnya sebelum ini yang penuh dengan ejekan dan keangkuhan. Dan juga entah kenapa, melihat senyumnya kali ini yang begitu tulus, membuat hatiku sedikit berdebar nelihatnya.

"Oh..ini kali pertama kau mengucapkan terima kasih padaku seperti itu. Kita sudah mengenal beberapa bulan sejak masuk ke universitas, tetapi ini kali pertama aku melihat kau berterima kasih seperti itu. Aku seharusnya merekam momen ini tadi dengan ponselku" [Pratama]

Ucapku sambil senyum mengejek, berpura-pura agar Angelica tidak memperhatikanku yang sedang gugup setelah melihat senyumnya tadi

"Diam, jangan terlalu senang dulu. Ini hanya sekali saja. Kau tahu" [Angelica]

Balas angelica dengan nada tegas dan malu-malu

Dan disaat bersama juga, sebuah mobil mewah berhenti di depan café ini. Dari sini aku langsung tahu bawah itu pasti mobil milik angelica, yang ia telpon tadi

"Yang jelas Kau terkadang memang menyebalkan, tetapi sifat menyebalkanmu itulah yang telah menyelamatkan ku hari ini. Aku berterima kasih sekali lagi" [Angelica]

Setelah mengatakan itu angelica bergegas pergi dari sini dan mulai berjalan ke arah mobilnya. Disini aku sedikit melihat wajah memerah angelica tadi sebelum dia berdiri dan pergi dari sini.

"Ya ampun, aku tidak tahu bahwa angelica bisa bersikap seperti itu ha.." [Pratama]

Sambil mengela nafas, aku pun mencoba menenangkan diriku saat ini.

Ada apa denganku hari, Tidak biasanya aku berdebar dan gugup melihat angelica tadi. Padahal kita sering bertemu di kampus, tapi kali ini aku bisa gugup setelah melihat dia tersenyum.

Dan ngomong-ngomong…Sepertinya angelica lupa membayar minuman dan makanan yang dia pesan ini.

Ha…jadi pada akhirnya aku yang harus membayarnya juga kah?