Chereads / Awal Kisah Cinta Ku / Chapter 16 - Chapter 15 - Bergabung Dalam Klub Theater

Chapter 16 - Chapter 15 - Bergabung Dalam Klub Theater

"Jadi itu saja yang bisa bapak sampaikan, Pada materi kuliah hari ini. Bapak harap kalian mudah memahami semua materi ini. Dan selanjutnya kalian bebas untuk melakukan kegiatan klub di kampus setelah ini. Karena ini adalah mata kuliah terakhir yang kalian harus hadiri. Cukup sekian terima kasih" [Pak kim]

Mendengar kalimat penutupan dari yang pak kim bilang tadi, menjadi pertanda bahwa kuliah hari ini telah selesai. Hari ini kuliah selesai begitu cepat, karena mata kuliah Cuma ada beberapa saja yang harus dihadiri dan diikuti.

Kemudian, aku pun mulai merapikan mejaku dan memasukan semua alat tulisku kedalam tas.

Walau mata kuliah ku sudah selesai hari ini, bukan berarti aku bisa dengan santai berjalan pulang menuju kerumah seperti teman-teman ku di kelas ini. Karena meski mata kuliahku selesai dengan cepat atau lambat pun. Aku masih mempunyai kewajiban dan tanggung jawabku sebagai ketua di kampus ini.

Dengan bangun pagi, mengikuti kelas lalu menjadi ketua yang harus menangani semua dokumen-dokumen setiap hari yang terus berdatangan, dan pulang malam hari. Itulah rutinitas ku akhir-akhir ini setelah terpilih menjadi ketua. Walau terasa sedikit berat, aku tidak terlalu memikirkan semua itu. Karena kupikir aku mulai terbiasa dengan rutinitas ini setelah menjalani ini semua.

"hei Uki, ku dengar kau ikut kegiatan extrakurikuler klub sepak bola. Benarkah itu?"

"iya benar, dari mana kau tahu?"

"senior ku di klub bola yang bilang padaku. Dia bilang telah mendapatkan anggota baru kemarin. Tak kusangka ternyata itu kau?"

"oh begitu"

"ngomong-ngomong sebaiknya kita segera kesana dengan cepat, atau nanti para senior di klub akan marah kepada kita para anggota klub yang baru, dan juga kudengar jika mereka marah. Senior kita ini akan membuat kita berlari keliling lapangan"

"B-benarkah? Kalo begitu kita pergi segera!"

Saat aku sedang merapikan meja ku, tanpa sengaja aku mendengar dua orang teman kelas kuliah ku, sedang membicarakan tentang kegiatan extrakurikuler klub bola mereka.

Hm…Kegiatan extrakurikuler ya? Aku baru ingat, ada kegiatan extrakurikuler di kampus ini. Mungkin karena kesibukan ku sebagai ketua. Aku sampai lupa ada kegiatan extra kurikuler disini.

Dan ngomong-ngomong tentang kegiatan extra klub seperti ini, ku pikir aku ingat ada banyak klub selain bola seperti tadi. Contohnya klub renang,musik dan lainnya. Klub-klub seperti tadi adalah klub elit yang sering di juarakan di pertandingan olimpiade. Karena kampus ini cukup tersohor dan menjadi nomor satu, jadi para petinggi atau mungkin ku bilang dosen-dosen disini membebaskan mahasiswanya untuk untuk ikut klub extra manapun.

"Oh?! hai pratama!. Apa kau tertarik dengan klub kami juga? Karena dari tadi kau melihat kesini, kupikir sepertinya kau tertarik dengan klub kami. Jika mau ,aku bisa memperkenalkan kau dengan dengan senior ku di klub bola?"

Oh sial, tanpa ku sadari kepala menoleh ke arah pembicaraan mereka berdua dan fokus mendengarkan mereka mengobrol saat melamun tadi.

"Ah..kalian ikut klub bola ya? Itu kedengarannya menarik. Tapi maaf sayangnya, aku tidak bisa bergabung dengan klub bola kalian. Karena aku masih punya kewajiban menjadi ketua disini" [Pratama]

"Oh begitu, sepertinya berat juga yah? harus membagi waktumu dengan yang lainnya" ucap salah satu dari mereka

"Ya kira-kira begitulah. Aku jadi merasa tidak enak harus menolak ajakan kalian berdua" [Pratama]

Aku pun mencoba sedikit membungkukan badanku untuk meminta maaf karena menolak ajakan mereka berdua

"Tidak masalah. Kita memaklumi semua itu kok, jadi jangan khawatir"

Setelahnya kedua temanku tadi mulai berjalan pergi dari ruangan ini.

Dan melihat itu, aku kembali melanjutkan memasukan bukuku ke tas dan bersiap pergi dari ruangan ini juga.

"Hei pratama, apa kalian tadi berbicara tentang klub extrakurikuler?"

Kemudian tanpa kusadari. terdengar suara seseorang yang memecahkan suasana hening ini ,setelah kedua teman ku tadi pergi dari sini.

Saat aku mencoba untuk melihat, Siapa orang yang bertanya padaku. samar-samar aku melihat seorang perempuan yang sedang tersenyum menyapa padaku. Ketika aku mencoba melihatnya dengan jelas ke wajahnya, sekilas aku langsung tahu siapa dia.

"Hm..? Sepertinya kamu belum selesai mengemas barang-barangmu yah?"

"Oh..Rena! aku kira tadi orang lain yang berbicara padaku. Dan kupikir, tadi kamu sudah keluar dari kelas ini duluan dan pulang kerumah?" [Pratama]

"Tadinya memang begitu. Tapi aku ingat aku melupakan buku catatan ku yang tertinggal di meja sebelahmu" [Rena]

"Oh! Maksudmu buku ini? Tadinya aku kira ini salah satu buku ku tapi setelah ku lihat ternyata bukan" [Pratama]

Sambil menjawab,aku pun menunjukan buku yang dimaksud rena tadi.

"Ah..Iya buku itu yang kumaksud!" [Rena]

Rena pun merespon dengan menunjuk dengan telunjuk jarinya

"Kalo begitu, ini aku kembalikan padamu." [Pratama]

"Terima kasih telah menjaga buku ku" [Rena]

"Tidak masalah. Lagian kita teman satu kelas" [Pratama]

"Oh ya, ngomong-ngomong. Apa kalian tadi sedang berbicara tentang klub extrakurikuler barusan?" [Rena]

Tanya rena

Hm..?oh ya. Sepertinya tadi rena sempat menanyakan ini padaku sebelumnya. Mungkin karena saat dia kemari saat ingin mengambil buku catatannya. Dia mendengar pembicaraan kami bertiga barusan.

"Ah?! Tentang itu? Kurang begitulah" [Pratama]

"Ee aku tidak menyangka ternyata kamu ikut sebuah klub extra disini? Klub mana yang kamu ikuti?" [Rena]

Sambil bertanya, rena pun mulai menarik tempat duduk yang ada di sebelahku. Dan duduk persis disebelah ku. Karena kita sudah satu kelas selama ini dan duduk bersebalah saat pelajaran mata kuliah. Aku jadi tidak terkejut saat rena tiba-tiba duduk disebelahku.

"Sebenarnya aku masih belum ikut klub extra mana pun saat ini sih. karena terlalu banyak pilihan klub disini, Aku jadi pusing memilihnya." [Pratama]

Ucapku sambil berbohong.

Jujur saja. Saat pertama kali masuk kesini hingga sekarang, alasan aku masih belum ikut klub manapun bukan karena aku bingung memilih klub maupun menolak klub lain. Tapi lebih ke seperti 'lupa' kalo kampus ini punya banyak klub extra yang bisa di ikuti. Karena sangat sibuknya diriku dengan kewajibanku di kampus dan belajarku, jadi aku tidak terlalu memikirkan sebuah klub yang ingin ku kunjungi atau ku masuki.

"Oh Begitu? Aku pikir, kamu ikut klub bola tadi" [Rena]

Rena pun mengangguk paham dengan jawaban kuberikan tadi

"Kalo kamu sendiri bagaimana, rena?" [Pratama]

Kali ini giliran ku yang bertanya kepada rena

"Ah! Aku? Sepertinya aku ikut dalam klub drama" [Rena]

Ucap rena sambil menatap kedepan dengan kedua tangannya di pipi

"Klub Drama?" [Pratama]

Jawabku untuk memastikan kembali

"Iya benar, klub seni teater. Klub dimana orang-orang mempunyai minat dan antusiame terhadap seni teater" [Rena]

Rena pun menjelaskan klub yang dia ikuti

"Ee aku tidak tahu kamu punya minat tehadap seni teater sebelumnya?" [Pratama]

Ucapku

"Haha kamu benar. Awalnya memang aku tidak niatan untuk ikut klub seni teater. Dan bahkan aku belum pernah sama sekali melihat pertunjukan teater juga dalam hidupku" [Rena]

"Apa? Lalu kenapa bisa kamu ikut bergabung klub tersebut?" [Pratama]

Jawabku dengan sedikit terkejut

"Bagaimana bilangnya? Awalnya dua orang menarik dan memaksaku untuk ikut ke samping gedung kampus ini. Ah tapi sebelum itu, yang di maksud menarik dan memaksa bukan sebuah kekerasan disini ya" [Rena]

Ucap rena dengan sedikit menegaskan

"Oh begitu? Jadi kedua orang itu hanya sedang mencari anggota baru untuk klub mereka begitu? Dan lalu, bagaimana kamu bisa berakhir bergabung dengan klub mereka?" [Pratama]

Tanya ku

"Singkat cerita, mereka menunjukan padaku sebuah klub seni teater yang dimana orang-orang disana sedang melakukan latihan pertunjukan teatrikal. Disini aku masih belum tertarik dengan klub ini , tapi ketika melihat mereka berusaha berlatih keras. Membuatku menjadi sedikit tertarik dengan klub seni teater" [Rena]

Jawab rena sambil melihatku

"Oh syukurlah kalo begitu. Kupikir kamu masuk ke klub yang aneh-aneh" [Pratama]

"Haha awalnya kupikir juga begitu sih. Dan oh ya, kamu bilang masih belum menemukan klub yang cocok bukan?" [Rena]

Tanya rena

"Ya Benar" [Pratama]

"Lalu kenapa kamu tidak mencoba untuk bergabung ke klub seni teater yang ku ikuti ini saja?" [Rena]

"Bergabung, klub seni teater?" [Pratama]

Jawab ku

"Iya, apa kamu mau bergabung? Aku akan cukup senang jika kamu ikut bergabung disana. Jadi aku punya teman seusiaku dan ditambah sekelas. Kamu tahu, disana kebanyakan adalah senior kelas kita. Jadi aku kesulitan untuk akrab dengan mereka semua" [Rena]

"Hah? Memang tidak ada orang yang mau bergabung di sekitaran kita? [Pratama]

Tanyaku

"hm..kalo tidak salah. kulihat memang, sepertinya disana tidak ada anggota yang seusia kita berdua deh. Bahkan saat aku dipaksa untuk bergabung dengan klub mereka. Mereka semua sampai menangis dan memohon padaku ,agar mau bergabung ke klub seni teater " [Rena]

Jawab rena sambil menjelaskan keadaan yang dia lalui sebelumnya

Dan mendengar itu , aku langsung membuat ekspresi yang sulit di jelasan. Yang mana terlihat seperti wajah yang keheranan dan kasihan.

"Entah kenapa tiba-tiba aku merasa pada klub seni teater ini. Sampai menangis dan memohon seperti itu. Tapi kamu yakin ,tidak ditipu oleh mereka bukan?" [Pratama]

Ucapku

"Tentu saja tidak. Pratama ,kamu ini terlalu berpikiran negatif pada klub teater ini. Aku yakin jika kamu bergabung disini. Kamu akan melihat bahwa klub ini bakal menarik buat di ikuti" [Rena]

Jawab rena sambil tersenyum memberikan energi positif pada klub teater ini.

Melihat senyum positif yang rena berikan pada klub teater ini, justru malah membuatku berpikir sebaliknya. Aku tahu rena tipe orang yang baik dan tidak enakan, yang mana bisa membuat rena mudah untuk di tipu oleh orang lain. Dengan metode seperti menangis dan memohon seperti itu.

Tapi yah, aku tidak akan langsung bilang begitu kepada rena demi menjaga perasaan rena sendiri.

"Bagaimana pratama? Apakah kamu mau bergabung bersamaku di klub seni teater?" [Rena]

Tanya rena

Melihat begitu antusiasnya rena pada rena di klub rena. Kurasa sebaiknya mungkin aku melihat-lihat dulu klub seni teater ini.

"Baiklah, tapi kamu tidak keberatan bukan jika kuputuskan kalau aku sudah melihat klub seni teater ini?" [Pratama]

Kali ini giliranku yang bertanya

"Hm tidak masalah. Bagaimana aku tetap senang disini jika nanti kau bergabung atau tidak" [Rena]

Ucap rena

Dan kemudian setelah obrolan ini semua. Aku kembali merapikan buku. Disisi lain rena kali ini sedang membuka ponselnya

Entah apa yang akan angelica katakan padaku nanti, jika ia mendengar aku ikut sebuah klub dikampus. Dia pasti akan mengomel panjang lebar tentang masalah ini. pasti dia akan berkata 'seorang ketua ikut bergabung ke sebuah klub! Kau mau mengabaikan tugasmu sebagai ketua disini hah!' kurang lebih mungkin seperti itu respon yang akan angelica katakan. Dengan wajah penuh tatapan amarah yang tiada ampun yang kadang-kadang membuatku merinding saat dia menatapku seperti itu. Dia memang terlalu serius dalam hal begini sejak aku mengenalnya,mungkin lain kali akan ku suruh dia untuk bersantai agar tidak emosian terus.

Tapi yah, untuk hari ini dan kedepannya. Aku tidak mau bertemu dulu dengan dia, setelah insiden kemarin. Yang membuatku tidak bisa menatap wajahnya.

"Pratama apa kamu sudah selesai dengan buku-bukumu?" [Rena]

Tanya rena tanpa kusadari

"Iya ,memang ada apa?" [Pratama]

Aku pun bertanya balik

"Bagus kalo begitu ayo kita pergi" [Rena]

Dengan semangat rena mulai menarik tanganku secara tiba-tba

"Hah?kemana?" [Pratama]

Aku pun masih bertanya dengan wajah bingung

"Tentu saja ke klub theater. Apa kamu sudah lupa barusan?" [Rena]

Dengan suasana yang bersemangat rena masih menarik-narik tanganku

"Apa? Sekarang?" [Pratama]

''Iya" [Rena]

Dan mulai aku di tarik oleh rena menuju ke klub, tanpa menunggu jawaban yang kuberikan. Rena terus menerus menarik.

Tadinya aku mau pergi langsung ke ruangan dewan dan mulai mengerjakan tugas harianku disana. Tapi melihat rena begitu bersemangat. Rasanya aku merasa tidak enak jika menolak ajakannya. Plus juga sebenarnya aku sedang tidak ingin pergi ke ruangan dewan itu untuk sekarang ini. Mengingat kejadian kemarin, aku jadi merasa tidak ingin untuk bertemu dulu dengan angelica. Entah kenapa jika nanti bertemu dengan angelica, aku akan merasa sedikit malu setelah kejadian di café kemarin.

Tapi ya, syukurlah aku jadi punya alasan untuk itu. akan aku krim pesan ke angelica nanti, bahwa aku ada urusan jadi aku serahkan tugas hari ini padanya dan kubantu semua itu besok.

Dan juga entah kenapa perasaan saat di tarik-tarik paksa begini.membuatku merasa déjà vu dengan keadaan saat aku ditarik paksa oleh angelica dulu. Bedanya kali ini aku ditarik secara lembut tidak seperti angelica yang menarik ku secara brutal. Mungkin inilah perbedaan antara lemah lembut dan perempuan yang….tidak jadilah aku merasa bersalah jika membandingkan mereka berdua disini.

....

Kemudian, sampailah kami berdua ke klub theater drama setelah berjalan cukup jauh.

Di klub theater ini. Ku lihat tempatnya lumayan luas dan banyak peralatan yang memadai untuk melakukan kegiatan klub theater. Mulai dari panggung yang besar, ruangan khusus dibagian panggung dan lain sebagainya. Itu semua terlihat masih terawat sangat baik sampai kulihat tidak debu disana.

Memang hebat kampus nomor satu ini. Mereka menjaga dan merawat dengan baik, mungkin karena orang-orang yang berada dikampus ini berasa dari orang-orang elite dan teladan.

Oh ya ngomong-ngomong saat aku masih takjub dengan interior di klub ini. Tanpa kusadari, kami berdua sudah di sambut oleh satu orang di depan kami. Dia seorang perempuan dengan tinggi mungkin hampir setara rena dan berambut panjang dengan paras wajah yang anggun. Dia memulai mendekati kami berdua dan mulai berbicara

"Oh ya? Bukankah ini rena? Apakah sudah mutuskan untuk bergabung klub ini?"

"Iya, dan hari ini aku membawa temanku untuk ikut bergabung juga disini" [Rena]

Ucap rena sambil mengangkat kedua tangannya sambil menunjuk kepadaku.

"…?"

Melihat respon yang dia ini berikan padaku. Sepertinya, aku harus memperkenalkan diriku

"Ah maaf, aku lupa memperkenalkan diriku. Namaku indra pratama aku teman rena. Dan kedatanganku kemari untuk menemani rena ke sini" [Pratama]

Ucapku dengan sopan.

"Indra Pratama? Ah! Jadi kamu si ketua dewan sekarang itu yah?"

"Iya benar"

"Sudah kuduga. Aku pernah melihatmu di pembukaan mahasiswa baru waktu itu. dan oh ya, sepertinya tidak sopan juga jika Aku tidak ikut memperkenalkan diriku. Nama ku vineeta devinee, kakak tingkat mu di kampus ini.ya mesti kita berbeda jurusan sih. tapi panggil saja vineeta" [Vineeta]

Ucap vineeta

"Ah kalo begitu. Kak vineeta bisa memanggilku pratama" [Pratama]

"haha ,tidak usah terlalu formal dan kaku begitu. Kamu bisa memanggilku vineeta, aku tidak mau diriku di anggap tua" [Vineeta]

Balas vineeta

"Hah?! Apa tidak masalah dengan itu?" [Pratama]

Tanyaku

"Tidak apa-apa. Lagipula rena juga memanggilku begitu. Iya kan?" [Vineeta]

Rena pun mengangguk dengan pernyataan itu

"Baiklah. Akan ku usahakan jika tidak keberatan" [Pratama]

Jawabanku

"Bagus kalo begitu. Ngomong-ngomong apa benar kamu mau mendaftar di klub theater ini? Tidak apa-apa nih? Ketua dewan ikut bergabung ke sebuah klub?" [Vineeta]

Tanya vineeta

"Ah kurasa tidak masalah dengan itu. asalkan aku memerakan karakter figuran atau sampingan" [Pratama]

Ucap ku

"Hmm..? begitu?. Ya aku tidak terlalu mempermasalahkannya sih. Lagian punya seorang ketua dewan di klub ini, sepertinya bakal bagus buat kedepannya" [Vineeta]

"Apa maksudnya bakal bagus kedepannya?" [Pratama]

Tanyaku dengan penasaran

"Haha tidak usah kamu dipusingkan begitu. Lebih baik sini aku ajak kalian keliling klub ini dan memperkenalkan semua anggota" [vineeta]

Vineeta mengalihkan pertanyaanku.

Setelah itu, kami berdua diantar oleh vineeta berkeliling sekitar klub theater drama. Vineeta dengan semangat menjelaskan berbagai aktifitas dan projek yang telah dilakukan oleh klub ini. Disini, kulihat ada anggota klub yang tengah berlatih di atas panggung. Beberapa ada yang sedang berdiskusi di ruang khusus dan ada juga yang sibuk melakukan persiapan untuk pertunjukan mendatang.

Klub ini benar-benar memiliki suasana yang berbeda dengan apa yang ku pikirkan tadi. Vineeta dan anggota lainya begitu antusias dan penuh semangat. Pandangan ku yang tadinya buruk tentang klub ini, mulai sedikit demi sedikit berubah setelah melihat ini semua.

Selama berkeliling di ruangan ini, aku bertemu dengan beberapa anggota klub lainya. Mereka menyambutku dengan hangat dan terlihat senang memiliki tambahan anggota baru. Terutama setelah mereka mengetahui bahwa aku adalah ketua dewan. Meraka seperti suatu kehormatan seorang ketua dewan bisa berkunjung kesini dan bahkan sampai ikut bergabung di klub theater drama ini. Mereka juga berkata ini adalah sebuah peluang yang bagus untuk memperluas dampak klub theater.

Yang mengenai mereka yang ingin memperluas dampak klub ini. Aku tidak terlalu keberatan juga sih asal tidak terlalu berlebihan saja aku tidak masalah. Toh ,rena juga terlihat senang dan tertarik dengan klub ini.

Lalu terakhir. Vineeta membawa kami sebuah ruangan khusus di klub ini.

Disini apa yang terlihat oleh ku adalah sebuah ruangan cukup luas dengan interior yang sederhana. Juga ,mata ku langsung melihat ada banyak sekali skenario ,naskah dan perlengkapan lainnya yang terkait dengan pertunjukan.

"Jadi bagaimana? Setelah melihat-lihat ruangan klub theater drama kami tadi. Apa mulai tertarik untuk bergabung di klub ini" [Vineeta]

Tanya vineeta dengan senyum ramah

Awalnya tujuanku kemari bukanlah untuk bergabung klub theater drama ini. Tujuanku sebernarnya adalah hanya memastikan apakah klub ini benar-benar sebuah klub atau bukan. Mengingat tadi rena bicara bahwa dia di ajak bergabung ke klub ini. Tapi setelah melihat bahwa mereka semua termasuk vineeta benar-benar serius dalam klub theater drama ini. Membuat hati kecil ku berkata untuk bergabung ke klub ini. Walau pikiranku sebenarnya masih belum berkeinginan untuk bergabung ke sebuah klub.

Aku pun memandang rena untuk menunggu jawaban dari rena. Karena dialah yang pertama kali mengajak untuk bergabung. Semua tergantung pada jawabannya. Misal dia menolak aku akan menolak juga dan meminta maaf ke vineeta. Tapi jika rena ingin bergabung, ya apa boleh buat. Aku tadi sudah bilang aku akan mengamati dulu klub ini dan baru keberikan jawabanku.

Lalu, menyadari bahwa aku sedang memandanginya yang menunggu jawaban. Rena mulai responnya kepada vineeta

"Vineeta. Aku sangat terpukau dan tersentuh melihat usaha kerja keras kalian semua dalam kegiatan klub ini. Kalian semua benar-benar memotivasiku dan membuat hatiku tergerak untuk bergabung ke klub ini. Jadi mohon bimbingannya" [Rena]

Jawab rena dengan suana hati yang campur aduk setelah melihat semua tadi.

"Haha,kamu terlalu berlebihan. Kita semua melakukan itu semua dengan biasa saja kok." [Vineeta]

Vineeta pun menjwab dengan malu-malu

Lalu kemudian, tatapan mereka berdua berubah menuju kearahku sekarang. Sepertinya mereka berdua menunggu respon jawaban yang kuberikan.

Disini, aku mulai memandang langit-langit ruangan untuk berpikir sebentar.

Awalanya aku memang masih tidak terlalu memikirkan untuk bergabung ke klub mana pun tapi setelah melihat semuanya tadi dan kedua perempuan ini menatapku dengan tajam. Maka jawaban yang kuberikan...

"baiklah, aku tidak keberatan untuk mengabung ke klub theater drama ini. Setelah melihat berbagai hal tadi dalam ruang theater ini. Aku menyadari bahwa kalian semua, sepertinya benar-benar serius dan klub theater ini. dan bahkan tadi aku melihat mereka berusaha di ruangan lain. Jadi yang aku dan rena akan bergabung ke klub ini. jadi mohon bantuannya" [Pratama]

Aku pun memberikan jawabanku sambil menunduk ke vineeta

"Ah, tapi jika bisa. Jikalau akan ada pertunjukan dan aku kebagian peran. Aku hanya meminta untuk menjadikan aku peran sampingan saja. Mengingat aku merasa kasihan juga ke wakil ku jika aku terlalu fokus ke klub ini" [Pratama]

"Ah tentang itu. tenang saja aku bisa mengurusnya nanti kok" [Vineeta]

Jawab vineeta.

Lalu setelah semua itu kami berdua pun pamit undur diri dari klub. Karena hari pertama di klub ini kita berdua Cuma mengisi data diri. Vineeta pun menyuruh kami berdua pulang saja.

Kemudian aku pun berpisah dengan rena disini. Aku juga meminta maaf pada rena bisa mengatar dia sampai ke gerbang kampus. Karena aku masih ada urusan yang harus di kerjakan di ruang eksekutif.

Sambil berjalan menuju ruangan ekskutif. Aku pun merenungkan pilihanku untuk bergabung ke klub theater.

"Klub theater drama ya? Aku tidak mengira benar-benar bergabung ke sebuah klub, terlebih lagi klub theater drama." [Pratama]

Aku pun berbicara sendiri sambil berjalan di koridor kampus.