Chereads / amarah bahagia / Chapter 83 - Sebuah harapan(18+)

Chapter 83 - Sebuah harapan(18+)

"Hei, kau panggil siapa itu jalang? Hah? Percuma dia tidak akan kesini, tidak akan ada yg mendengarmu, lebih baik diam, terima, maka kau ku buat ketagihan ok!"ucap lelaki binal itu dalam senyuman yg licik.

Lantas pria itu meneruskan aksinya, menelusuri kembali tubuh gadis itu dg ganasnya tiada ampun lagi kali ini.

Kencana pasrah, menelan dalam kepahitan, menghitam seluruh perjalanan dan mencapaian nya selama hidup, ini akhir dari hidup sang pewaris tahta.

Zack semakin brutal dia lantas menyingkirkan seluruh penutup tubuh mungil itu, tak sehelai pun di biarkan tersisa, sadis memang, kematian mungkin lebih baik daripada ini.

"Hikhikhik....Bani....Please help me, hikhikhik....Aaaa"Kencana kembali memekik gila, meski tubuh nya telah sepenuh nya di kuasai sang bandit.

Dia tidak peduli dg teriakan atau pun isakan gadis malang itu, dia menjilat bibirnya sendiri kala melihat beberapa gundukan, lekukan indah mulus semua begitu sempurna.

"Jangan panggil dia sayang"bisik pria itu, yg lantas menggigit daun pendengaran gadis itu.

Zack rajanya para bandit, entah sejak kapan tubuh atletis kekar lagi perkasa itu terekspos sepenuhnya, tampa sisa sehelai apa pun lagi disana.

Dia merambah beringas di atas tubuh lemah sang rahara malang, yg tak berkutik lagi, hidup gadis ini benar benar telah hancur, bahkan lebih dari sekedar hancur.

Trauma mungkin tidak cukup menjadi luka terdalam nya, kemalangan yg tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Dalam kepasrahan itu, Kencana menutup matanya perlahan, dia seolah telah mati saat ini, pikiran itu kosong, sekosong kosongnya.

Zack terus berulah, kali ini dia ingin menancapkan luka yg sesungguhnya, mata Zack jelas bergerak liar, menatapi sebutir mutiara dalam cangkangnya, dan segera memberikan perintah kepada sebuah benda pusaka untuk melakukan perbuatan keji di dalam lembah yg gersang.

"Braaaaaakkkkkkk....."Sebuah hantaman keras, menghentika pusaka melakukan tugasnya, dia gagal memasuki lembah itu.

Sang perwaris membuka mata lebar lebar, sebuah cahaya dari ujung jalan sana terlihat nyata, apa itu malaikat yg akan menjemputnya? Begitu pikir gadis malang itu saat ini.

"Bedebah...."Teriak pria yg mendobrak pintu dg keras itu, nampaknya kali ini dia tak salah pintu lagi.

Sang kaisar gagah, menarik paksa tubuh yg melingkup gadis itu, menendangnya, lalu memberikan satu pukulan saja yg mendarat keras pada pipi si bandit hingga dia terpental ke arah tembok dan tersungkur di samping meja nakas.

Pria itu seketika limbung terhuyung pukulan yg cukup keras dari sang kaisar.

Alvino muda emosi level Raksasa, bukan hanya tanduk, api bahkan berkobar kobar mengelilingi tubuhnya yg membantu untuk membakar hidup hidup bandit biadap itu.

"Bani....."Kencana melirih dalam kesakitan hati, mata gadis ini bahkan tak sebesar biasanya, menyipit tak jelas lagi.

"Kucay, ya Allah, bedebah itu merusak Kucay ku, Kucay sadar, Kucay aku Bani, sebut namaku Cay, aku mohon"Bani merintih dalam dalam, perih seketika, harga yg mahal atas keterlambatan dirinya sang fartner harus menanggung beban terburuk sepanjang hidup.

Isakan jelas ketara dari sang kaisar, dia menangis, dg amarah yg meluap luap, dia menarik keras sprei kasur itu, menutupi tubuh sang Rahara malang.

"Kenapa kau tidak suka tubuhku tuan?"Dalam kesadaran yg hampir punah gadis itu meracau atas deritanya.

Seketika mata seorang Alvino muda, memerah tajam sempurna lebih tajam dari sebuah Silet, lebih tajam dari mulut tetangga mungkin.

Dia menggerutukkan giginya, mengepalkan tinju seerat eratnya, tubuh nya bahkan berguncang karna dorongan dahsyat sebuah amarah.

Lantas sang kaisar yg gagah tiada tanding itu kembali mengarah ke pada bandit yg meringis di sudut tembok, sedikit berlari sebelum akhirnya melepaskan tendangan bebas ke arah tubuh keparat Zack.

"Mati kau bedebah, brengsek ku bunuh kau"Bani di buru terus di hasut oleh emosi luar biasanya, tanpa ampun dia menggeprek geprek tubuh sang bos yg tak berkutik.

Bahkan sedikitpun bos bandit besar itu tak bisa melakukan perlawanan terhadap pria satu ini, karna sedari awal cidukan pria tampan yg keras itu berhasil membuat meremuk tubuh tanpa benangnya.

"Kau rasakan akibat nya beraninya kau menyentuh dia, bangsat"Bani membrutal.

"Aahk, aakh"pekik Zack, menerima tendangan bertubi tubi sang kaisar.

"Mati kau....Mati kau....Bajingan...Kau sampah"Bani lantas membawa berdiri tubuh tak berkutik itu, dan melemparnya kembali lewat sebuah tonjokan yg kali ini tepat pada bibir pria itu, seketika cairan merah mengucur disana, mungkin gigi nya patah.

Sang bos hebat perkasa terpental kembali kesudut ruangan, Bani tersenyum miring dan kembali melangkah ke arah pria yg tak berdaya lagi, nampaknya sang kaisar belum puas memamah pria itu.

"Bani..."Suara melirih terdengar menyayat di telinga sang kaisar.

Pria itu kemudian mengurungkan niat membabi butanya, dan berbalik mendekati gadis malang yg tersungkur di bungkus sprei itu.

"Kucay..."Panggil Bani lirih, setetes luka kembali menghampiri pipi sang kaisar.

"Ayo kita pergi, sebelum anak buah Zack membuat mu babak belur"dalam mata yg tak mampu terbuka lagi serta tubuh lunglai nya ucapan lirih itu masih terdengar oleh tuan Korea ini.

"Tidak Cay, aku belum puas mencincang cincang pria biadap itu"

"No, Bani ikuti apa yg aku katakan..."Suara gadis itu semakin pelan saja, nyaris hilang.

Mata Kencana menutup, tubuhnya terkujur dalam dekapan sang fartner, gadis itu kehilangan kesadarannya, dia pingsan.

"Cay....Kucay..."Bani menepuk pelan kedua pipi gadis itu namun dia membatu tak bergerak.

Bani lantas mengangkat bak bridal style, tubuh gadis itu, membawanya keluar dari tempat laknat yg menjadi saksi bisu kehancuran sang pewaris, dia ternoda di atas warisan nya sendiri.

Tak peduli Zack yg sepertinya terkulai disana, Bani membiarkan pria itu begitu saja, Kencana lebih penting dari sekedar memberi pelajaran pria itu.

Namun di sebuah parkiran tiba tiba sang kaisar di hadang oleh beberap preman pasar bertubuh besar, itu anak buah nya si bandit.

"Kawaki...."Teriak Bani sangat keras, sontak sang bodygard terlatih datang langsung menyerbu kawanan preman tak berguna itu.

Alvino muda mempercepat langkahnya, menuju tempat di mana kendaraannya terparkir, sembari masih menggendong tubuh lemah gadis mungil yg di tutup sprei itu.

"Kucay...Sadar....Ayo Cay..Aku gak akan maafin diri aku sendiri kalau kamu gak bangun juga, please Cay, panggil aku Cay"Bani berusaha menyadarkan rekannya, yg kini tersandar di bangku mobil itu.

"Bani..."Akhirnya mulut itu bergerak pelan, memanggil sang kaisar, Bani sedikit melega.

Perlahan dia membuka mata yg membengkak itu, dan samar saat melihat pria yg ada di sampingnya saat ini, namun yg pasti raut pria itu terlihat jelas sangat jelas khawatir bahkan nyaris putus asa.