Chereads / amarah bahagia / Chapter 77 - Si cantik pewaris Durga.

Chapter 77 - Si cantik pewaris Durga.

Kencana dan Bani membulat kan tekat melangkah dg berani ke tempat yg penuh gemerlap, sudut terburuk di pojok desa.

"Tin..Tin...Tin"ponsel sang kaisar tiba tiba berdering dan langkah mereka terhenti.

"Hallo, ok saya kesana?"Jawab Bani.

"Kenapa?"Kencana berkerut dahi.

"Aku ke parkiran sebentar ya, kamu tunggu disini, ingat jangan berani berani jalan sendiri, ini tempat sudah mulai beroperasi apa saja bisa terjadi sama kamu, mengerti"sebuah peringatan tampak serius di wajah Alvino muda, namun gadis itu tersenyum seperti mencemoohnya.

"Kau memperingatkan aku, atau mengkhawatirkan aku tuan, kau tidak kenal aku saja, ini tempat milikku, justru kau yg harus waspada."Ejek gadis itu dg senyum nyeringai nya.

"Tidak, apa saja bisa terjadi, dengar, tolong tunggu disini, kalau tidak tunggu di tempat paman mu, terlalu bahaya jika kau berjalan sendirian, gimana kalau geng bangsat itu tiba2 muncul?"Sang kaisar semakin serius dg ucapannya.

"Ha, iya, iya, tenang aja tuan, aku ke tempat paman aja ya, aku tunggu disana ok! puas"

"Ok, awas kalau berani sendiri"Alvino muda melototkan matanya, dan berlalu meninggalkan Kencana yg tersenyum senyum gak jelas mendapati perlakuan sang kaisar.

"Bani...Bani, bikin gemes aja haha..."Gadis mungil itu melangkahkan kaki dg anggun nya, heels entah beberapa senti berhasil membuat kaki nya terlihat lebih jenjang di balut dres selutut lengkap dg outer nya.

Dia cantik dan sangat menarik malam ini, seperti terniat betul ke tempat kacang kacang ini, entah apa maksud Kencana di balik semua penampilan nya hari ini.

Mungkin itu juga yg membuat Alvino muda merasa khawatir terhadap fartner kesayangannya itu.

Kencana terus melangkah tanpa ragu dan takut, senyum indah terukir di bibirnya, lirikannya begitu menggoda, di tengah remang remang cahaya, penerangan tempat ini benar benar minim.

Terdengar juga musik disko yg sangat keras, memecah gendang telinga, membuat jantung berdegup bagi yg tidak terbiasa.

Namun Kencana, dia sebenarnya jauh dari hal hal berbau seperti ini, meski sering bergerumul dg jutaan manusia yg sifat dan kebiasaannya jelas tak sama, namun gadis ini cukup mempunyai pergaulan baik lagi sopan, meski dia terlihat sedikit centil dan pecicilan.

Para Bunga Latar berjajar di depan setiap pintu kamar ruangan penginapan, memulai berbagai aksi dan rayuan mautnya.

Setiap laki laki hidung belang yg melewati satu persatu dari mereka dg berbagai metode yg memalukan demi mendapat koceh yg pantas.

Gadis kenes seperti Kencana, melewati mereka tanpa rasa prihatin sekalipun, malah si mungil ini tersenyum sinis, dan berlalu begitu saja dg gaya berkelas yg tidak dapat dinilai rupiah.

"Eh Can, kau gak salah kesini? Malam malam begini? Kau sehat nak?"Ejek sang paman.

Gadis itu kemudian duduk dg manis di kursi khusus pengunjung yg akan mendaftar untuk Cek in.

Oh ya sebelum melirik para bunga bunga yg berdiri di depan kamar masing masing, para pria buaya harus cek in dulu, dan harus membayar di muka, itu peraturan mutlak Durga house.

Jika sekedar menginap saja juga bisa, ada kamar khusus bagi tamu yg bermaksud baik tersebut, yaitu di bagian belakang, beberapa deretan kamar tersedia disana.

Tempatnya cukup nyaman selain itu tidak akan ada para penjajal diri atau pun suara keras musik yg akan mengganggu kenyamanan mereka.

Karna itu harus mendaftar terlebih dahulu sebelum menyentuh kawasan dangerous ini, dan memberikan alasan yg benar.

Bukan apa apa peraturan warung esek esek ini sengaja di buat demikian demi tidak ada kasus berkelanjutan setelah nya, dan berbuntut panjang di kemudian hari nya.

"Kenapa? Ini milikku, terserah aku mau apain tempat ini"Ketus gadis itu, Kencana menatap sang paman dg tatapan tajam, amarah tampak jelas di wajah si mungil.

"Kau mau minum? Atau mulai depresi karna tunangan mu sebentar lagi mau menikah?Ha"pria itu tersenyum sinis.

"Jaga ucapanmu paman, apa kau mau aku membongkar tempat laknat mu ini? Kau pendosa kau tidak layak di anggap manusia"sarkas Kencana cukup keras, namun suara musik DJ itu tidaklah akan terkalahkan, tetap meski berteriak akan terdengar lambat juga.

"Oh paman takut nak? Kau ganas rupanya? Apa sekolah mu yg setinggi langit itu membuat mu menjadi tidak sopan sekarang?"Sang paman mendekati gadis itu dan menyodorkan segelas jus.

"Makasih, sekolah mengajarkan bagaimana mencari rezeki yg halal, apa pantas aku berlaku sopan sedangkan paman sendiri tidak sopan terhadap wanita"ketus nya lagi, Kencana meneguk jus Strawberry itu.

"Cana dengar berapa kali paman bilang kau tak perlu ikut campur, kau pewaris Durga kau tidak tau betapa sulitnya menyambung hidup, kau terbiasa dg segala kemewahan, dan mendapatkan dg mudah yg kau ingin"

"Aku ngerti, kalau paman mau jadikan tempat ini penginapan pada umumnya atau gak syariah gitu, maka aku dg ikhlas memberikan penginapan ini sama paman, dan satu hal menikahlah cari gadis yg baik yg setia menerima paman apa adanya, jangan seperti ini paman?"Kencana kembali meneguk jus itu hingga gelasnya kosong.

"Suatu saat paman akan bertobat, paman janji"

"Ha..Suatu saat? Sekarang Kencana mau?"

"Tunggu Cana ada tamu tuh, kamu kesini deh berikan mereka tempat duduk, sini duduk di kursinya paman aja"perintah pria karismatik yg tak lagi muda itu.

Kencana memutar bola mata dan beranjak ke arah kursi sang paman lalu duduk dg manja disana, seperti seorang Ratu.

"Dasar kadal kadal tak berguna"batin gadis itu, bola mata itu melirik dg tajam dan merasa jijik ke arah para tamu yg akan mendaftar tersebut.

"Eh Lur, kau punya cocor merah yg baru nih, wah ini terlihat sangat mahal Lur, berapa harga nya?"Seorang tamu yg sedang melakukan Cek in diri, pria hidung belang sekelas om om melirik gadis itu dg lirikan menjijikkan bin gatal.

"Oh ini, tidak dia pemilik tempat ini, jadi di peringatkan jangan macam macam ya sama dia ok!"jawab sang paman dg nada rendah nya, sebuah teguran halus, meski terlihat jahat pria ini tidak mungkin menyodorkan keponakan nya sendiri kepada pria tak manusiawi seperti itu.

"Heh, lu kira gue gak ngerti maksud lu ha? Dasar budak nafsu"sarkas Kencana dg keras, dia bahkan berdiri dan menghadang si kadal itu, menarik kerah kemeja nya lalu menatap dg mata melotot tajam.

"Cana, jangan sayang, gak boleh gitu ayo duduk, ok!"titah sang paman.

Kencana melunak dan kembali ke tempat duduk nya meski emosi itu masih saja menguasainya.

Sikadal belang kemudian berlalu dari tempat itu, perasaan pria itu cukup sedikit tertekan karna mendapati gadis bengis barusan.