Alvino pungut kebakaran Jenggot, semua kerjaan menanti disana sini, pontang panting, belum lagi AA yg semakin banyak mendapat investor, jadwal semakin padat sementara sang CEO menghilang lenyap bak di telan bumi.
Mengenai Bindari IO, Farel berhasil menggaet pengusaha kenamaan negri memakai jasa mereka dalam sebuah Ivent Pribadi, Bindari semakin melejit tinggi karnanya, client pun harus mengantri bahkan sampai ada yg di tolak Alvino pungut.
"Pak Farel, malam ini ada meeting dg tuan Jeremi dari Jermaine Contraction, mereka mau kita harus on time, kalau tidak kerjasama ini terancam batal, pak "jelas Leena, gadis itu terlihat gugup dan cemas, ketakutan akan sergahan dari sang atasan.
Belakangan akibat terlalu banyak perkerjaan dan lelah yg menerpa Alvino pungut mendadak sensian.
"Haduuuuh, biarin batalin semua batalin, gue capek, sialan itu bule cap Kamvlet beraninya dia ngatur2 gue, AA gak bakal bangkrut tanpa dia aissshsyah ..."Jawab Alvino pungut dg nada membentak, Leena sampai menyipitkan mata dan mengernyit ketakutan pada atasan nya itu.
"Tapi pak...Jermaine Contraction itu kebanggaan pak Bani, dia bisa ngamuk kalau kita batalin kerjasama dg mereka"jawab Leena ragu ragu dan di rundung kepanikan, bibir sexi gadis ini sampai memucat kehilangan Rona Merah yg biasa menjadi andalan nya.
Sial lagi telepon di meja wakil CEO berdering, Farel semakin mengamuk.
"Hallo, apa lagi? Siapa ini?"Bentak Alvino pungut dg keras.
Leena semakin tersulut, berkali kali gadis itu mengusap dada yg terasa sesak ulah atasannya itu.
"Maaf pak, ada client yg ingin merubah konsep Ivent mereka, dan mereka juga mengubah waktu pelaksanaannya lebih cepat dari tenggat waktu yg telah di sepakati"
"Apa? Brengsek, seenak nya saja, batalin kerjasama itu batalin semua"bentak Alvino pungut semakin berapi api.
"Apa kerjaan kalian ha? Apa harus saya yg mengurus semuanya? Kalian makan gaji buta semua? Bulsyet kalian sama brengsek nya"semakin menjadi tuan Alvino pungut mendadak bengis dg kata kata yg tak bisa di kontrol nya.
Aduh gimana nih?
Bisa bisa Citra AA dan Bindari terancam punah nih? Bukan itu, Alvino pungut bisa kehilangan rasa hormat para karyawannya.
Leena lebih memilih keluar dari ruangan itu, demi menjaga dirinya dari hal hal yg tak di ingkan, Farel seperti singa yg sedang mengamuk saja.
Farel mengamuk habis habisan, menendang apa saja yg bisa di tendang nya, melempar apasaja yg tergeletak di meja kerja itu.
Nyebut tuan, nyebut, sing legowo to, Sebuah Vas melayang, dan tepat mendarat di kepala tuan Alvino, entah angin apa yg membawa mantan presdir itu tiba tiba datang tanpa memberitahu? Farel sangat terjingkat di buatnya, rasain tuh?
"Aduh.....Duh....Boy...Why...? Astaghfirullah"
Tuan Alvino menjerit kesakitan di kepalanya, nasib baik Vas itu terbuat dari Plastik, coba kalau kaca mungkin sang Presdir akan berakhir di rumah sakit.
"Pa...Ya Allah pa..Maafin Farel pa, Farel gak nyadar kalau papa masuk tiba tiba"Alvino pungut lekas mendekati sang ayah, gurat wajah nya terlihat sangat panik.
"Ha..Sudah papa baik baik saja"tegas sang ayah, yg langsung menepis tangan putra angkat nya itu.
Di tatap nya keadaan sekitar, seperti usainya sebuah peperangan, dan Farel adalah pemenang dari perang sengit barusan.
"Maaf pa"Farel menggaruk kepalanya yg tidak gatal itu, tak tau harus bicara apa dg sang ayah, bukankah ini sedikit berlebihan?
"Kamu bereskan semua, baru papa mau mendengar penjelasan kamu"hardik tuan Alvino kemudian.
Farel terpaksa menuruti keinginan sang ayah, kalau tak, bisa bisa di pecat jadi anak, apalagi melihat kondisi ruangan yg seperti ini tuan Alvino sangat tidak suka.
"Jelaskan sekarang kenapa?"Tanya tuan Alvino kemudian, setelah semua berhasil di rapikan kembali oleh anak nya itu.
"Begini pa..."
"Wait..Wait"Hartawan menghentikan sang anak, pria paruh baya itu mengambil telpon di meja.
"Hallo, kopi dua cangkir, keruangan wakil CEO, segera"perintah sang Presdir lewat tlp itu.
Farel menghembuskan nafas dg kasar dan kembali mengulangi nya berkali kali, sampai keberanian nya terkumpul untuk menghadapi sang ayah.
Pintu ruangan bergetar seperti ada yg mengetuk dari luar.
"Masuk"titah Hartawan dg tegas.
Seorang pria berseragam OB memasuki ruangan itu membawa nampan berisi 2 cangkir kopi seperti yg di pesan tuan Alvino barusan.
Kopi itu seperti tinggal di tuang saja kecangkir dan di bawa kesana, cemat amat siapnya.
"Minum dulu"perintah sang ayah dg nada dingin.
Dalam nyali menciut Alvino pungut menurut dan meneguk kopi itu perlahan.
"Sekarang katakan?"
"Maaf pa..."Farel meletakkan kembali cangkir kopi itu.
Tuan Alvino mengedikan bahunya
"Farel pusing pa, kerjaan menumpuk sana sini, client banyak sekali tingkahnya, belum lagi IO, Farel benar2 stres pa ngurusin semuanya sendiri, belum lagi harus bolak balik sana sini, Farel capek pa"upat Alvino pungut, dahi pria itu sampai berkerut.
Tuan Alvino manggut manggut paham, sang ayah sadar kerjaan memang menumpuk, di tambah Putra tertuanya pergi dalam waktu yg tak menentu, menyerahkan begitu saja tanggung jawab kepada sang adik.
Apalah daya Alvino pungut manusia biasa bukannya Robot yg tidak ada rasa lelah nya.
Sejenak dg sikap tenang dan berwibawa nya sang ayah menyipitkan mata, menarik nafas dg kasar.
"Ok baiklah, papa akan membantu kamu"tegasnya kemudian dalam raut datar.
"Papa serius?"Farel melebarkan matanya.
Hartawan mengangguk pelan.
Alvino pungut pun berhamburan memeluk sang ayah, wajah nya tiba tiba sumringah puas dg perkataan tuan Alvino tersebut.
Farel kembali ke posisi awal nya, meneguk kopi yg tadi terasa pahit tapi tegukan kedua sepertinya mulai terasa manis.
"Emang nya kakak kemana sih pa? Kenapa dia tiba tiba menghilang dan gak ngasih kabar sama aku?"Pertanyaan itu menyentakkan tuan Alvino, nyaris saja sang ayah tersedak kopi.
"Hmm dia mendadak ke Paris, teman semasa dia di High School dulu itu menikah, dan dia mengundang Bani, dia juga mengancam kalau kakak kamu tidak menghadiri pernikahan itu dia akan membatalkan pernikahannya, jadi ya mana mungkin kakak kamu mau menjadi penyebab batalnya pernikahan seseorang"
Kewalahan mencari alasan dalam sekejap jadilah kalimat kalimat demikian yg keluar dari mulut tuan Alvino.
"Hmm teman tak tau diri itu namanya, egois itu orang, aku jadi korban ke egoisan nya itu"percaya begitu saja tampa curiga, Alvino pungut mengupat dg alasan mendadak tuan Alvino.
"Papa harap kamu mengerti ya posisi kakak kamu, dia orang baik kan, makannya dia ninggalin pekerjaan nya sendiri demi kebahagiaan seorang teman"Hartawan menepuk pelan tengkuk sang putra.
Alvino pungut manggut manggut dalam rasa tidak ikhlas nya, dia kakak gak tega sama orang lain tapi menyiksa adik nya sendiri, sunggu keterlaluan, kakak yg durhaka.
Awas kalau kembali nanti akan di beri perhitungan yg pantas atas kesenonohan nya ini, dia harus membayar dg mahal, begitulah pola pikir Alvino pungut saat ini.