Kencana mengerinyit heran, menyaksikan Alvino muda masih saja terlelap padahal matahari sudah hampir naik sejajar kepala.
"Bani, Bani bangun ...."Kencana menepuk pelan tengkuk pria itu.
Namun sang kaisar seperti nya enggan, dia hanya sedikit berdehem dan kembali menggulung diri.
"Bani.....Ayo bangun...Ih...Ini sudah siang, apa kau tidak mau melanjutkan usaha kita ha?"Kencana mengguncang guncang tubuh laki laki yg terlihat malas itu.
"Apa sih Cay? Ini masih subuh, sana jangan ganggu"suara sang kaisar terdengar serak khas orang bangun tidur gitu lah.
"Ha apa? Subuh? He tuan ini sudah siang?Dasar cowok molor, jangan kan Al, Ayam saja bisa mematuk Fauziah mu itu, tuan"Kencana memiringkan bibir sexi merah nya itu.
"Apa?"Mendengar perkataan itu sang kaisar pemalas langsung bangkit dan melebarkan mata.
"Haduuuh dengar nama Fauziah aja langsung bangkit, dasar bucin"Kencana mengerucut kan bibir nya, gadis ini terlihat menggemaskan dg bola mata yg mulai melebar itu.
"Aku bukan Bucin, tapi Pecin?"
"Ha apa itu? Pecin?"Kencana makin berkerut kening.
"Iya Pecin itu, Pejuang Cinta"Bani menarik turunkan alisnya, merasa bangga dg dirinya sendiri.
"Haha...Terserah kau sajalah tuan"Kencana mendesah malas.
"Ya sudah mandi sana, kau mau ikut tak?"Kencana lantas berdiri berkacak pinggang, seperti gadis sombong saja.
"Kemana?"
"Ke penginapan Durga, kita harus mencari petunjuk mengenai Fauziah dan Al"mata bulat Kencana menatap tajam ke arah tuan Alvino muda.
"Ok baiklah"Bani mengangguk dg semangatnya.
**
"Kak dimana selendang aku?"Fauziah mengacak acak lemari lamanya, semua kain sudah berterbangan memenuhi ranjang yg ada disamping lemari itu.
"Selendang apa sih dek?"Jawab Ariska yg langsung masuk ke dalam kamar sang adik, mata gadis itu melebar melihat kelakuan sang adik yg membuat kamarnya layak sebuah kapal pecah.
"Itu kak, Selendang Biru, hadiah dari Bani, mana ya kak?"Jari jemari lentik itu terus saja mengobrak abrik lemari nya, tanpa melirik sang kakak, yg getir karna kapal pecah ini.
"Kakak gak tau dek, kamu yg nyimpan juga"Ariska memicingkan mata.
"Eh"tak sengaja gadis itu meraba sebuah pakaian, mata indah itu terdiam sejenak dan fokus pada apa yg ditemukan nya saat ini.
"Kak, ini Hoodie Putih, pria itu kan?"Fauziah berbalik ke hadapan sang kakak dan memperlihat kan benda yg di temukannya itu.
"Eh iya dek, sepertinya iya tuh"Ariska meraba dan melirik lirik Hoodie tsb.
"Ha...Entah kemana orang nya sekarang kak?"Gadis manis bermata indah itu pun kembali mengobrak abrik lemarinya.
"Yes ketemu, selendang kesayangan ku, i missu my Bani love me ummmh"Ziah membawa selendang itu kepelukannya dan menciuminya seolah itu adalah sang kekasih.
Ariska tak menanggapi sang adik yg kegirangan karna menemukan barang kesayangannya, gadis ini justru teringat akan sesuatu yg mengganggu pokusnya.
"Dek waktu itu si Hoodie Putih kesini, dia mencari kamu"ucap sang kakak kemudian, Fauziah terkesiap, melangkah menuju sang kakak dan menghempaskan pantatnya di tepi ranjang.
"Apa kak? Kakak serius?"Mata indah itu kembali melebar.
"Iya dek, waktu itu dia nanyain kamu, kakak bilang kamu lagi di kota, dia bahkan nanyain tempat kerja kamu"
Fauziah semakin penasaran dg penuturan sang kakak mata indahnya bahkan belum berkedip.
"Lalu kakak jawab apa?"
"Ya kakak jawab kamu bekerja untuk perusahaan AA, dan kamu tau dia itu ternyata manager kamu, kalau gak salah dia anak angkatnya pemilik perusahaan tempat kamu berkerja, tapi masa iya kamu tidak mengenal atasan sendiri, aneh bukan?"Ariska mengedikan bahunya.
"Kak, Farel, manager aku, apa dia Rizzi?"
"Kakak gak tau, nama lain tu anak, dia langsung pergi gitu aja saat mengetahui nama sebenarnya kamu itu adalah Fauziah"
"Haissyh, bodoh nya aku, berarti pak Farel atasan aku itu beneran Rizzi, dia Rizzi ku kak, ha pantas dia mirip ternyata emang orang yg sama, Ziah goblok"gadis konyol ini menepuk keningnya sendiri.
"Emangnya dia gak kenal kamu? Atau kalian belum pernah ketemu selama disana?"
"Tidak kak, kami malahan dekat, maksudnya aku sekretarisnya dia, dan kami setiap hari selalu bersama dalam pekerjaan, tapi aneh nya kenapa dia tak mengenal aku ya kak?"
"Mungkin dia juga kurang yakin sama pemikiran nya sendiri, bisa jadi dia kesini itu ingin membuktikan kebenaran itu, bisa jadi kan?"
"Ya kakak benar"Ziah mengangguk pelan.
Si cantik itu meremas selendang yg ada di tangannya dan kembali memeluk selendang itu, entah mau diapakan si selendang, anggapannya mungkin bisa sedikit meringankan rasa rindu terhadap pujaan hati yg dg paksa di renggut darinya.
**
"Kucay, ini penginapan kamu?"Mata Bani melirik memutari sebuah penginapan yg terasa asing sekaligus aneh dalam pandangannya.
"Iya....Aneh bukan? Ha berapa kali aku suruh ayah untuk ngebongkar tempat laknat ini, tapi dia tidak mau dg alasan paman akan marah karna ini tempat usaha nya"Kencana menarik nafas secara perlahan, desahan demi desahan itu terasa menyesakkan dada gadis mungil dan imut ini.
Kenapa tempat tak pantas ini menjadi salah satu warisan untuknya, diantara banyak nya deretan deretan Properti dan Upeti lain yg ia terima sebagai warisan keluarga Durga.
Gadis ini tampak kecewa dg tempat yg satu ini, betapa tidak itu sebuah penginapan tapi tidak selayaknya sebuah penginapan pada umumnya.
Disiang hari seperti sekarang itu masih terlihat biasa dan wajar wajar saja kalau di telaah dari sekilas.
Tapi setelah mendekat banyak bekas bekas botol miras berserakan di sekitar tempat itu.
Lebih bangsatnya lagi sampah Kondom bekas berserakan di sekitar pintu pintu kamar penginapan itu, seolah itu benda hal yg biasa di pertontonkan dan di buang di sembarang tempat tanpa rasa malu.
Jangan tanya lagi soal puntung puntung Rokok sebuah benda kecil yg telah bermutasi menjadi gunung gunung abu di setiap sudut sudut penginapan terkutuk ini.
Sial nya itu terjadi saat penginapan belum sempat di bersihkan oleh petugasnya, Bani dan Kencana sangat tidak beruntung karna datang di saat yg kurang tepat seperti saat ini.
Kalau mereka beruntung mereka tidak akan mendapati hal najis seperti ini, bisa jadi yg baru melihat tempat ini seperti tuan Alvino muda akan beranggapan kalau ini adalah penginapan biasa.
Kalau malam jangan tanya lagi, persis warung remang remang, lampu disko di mana mana, para penjajal diri berposisi di masing masing ruangan, molek, sexi, bahkan sarkasnya yg hanya mengenakan Bra dan CD juga ada disana kenapa gak telanjang aja sekalian.
Tempat terkutuk itu kenapa bisa Fauziah dan Al berada di sana, bahkan menginap pada kamar yg sama, dan bangun tanpa sehelai benang.
Tuan Alvino muda dia pria yg hidup lahir dan di besarkan di kota yg besar lagi bebas dan hal seperti ini bukanlah hal yg Tabu baginya, di kota besar sana bahkan ada yg lebih parah dan menjijikkan dari ini.
Yg menjadi sangkut nya, kenapa desa kecil dan katanya bermartabat bisa memelihara dan membiarkan tempat ini berkembang? Apa tidak ada aparat atau para petinggi desa setempat yg ingin menindak tegas tempat terkutuk itu?
Ada pasti ada, namun suap dan pungli adalah hal yg wajar di desa ini
apa lagi pemiliknya bukanlah kalangan biasa, hal semacam itu tidak akan berpengaruh sama sekali.