Chereads / amarah bahagia / Chapter 71 - Clue pertama.

Chapter 71 - Clue pertama.

Kencana dan Alvino muda benar benar dalam kondisi mata yg sangat jijik melihat daerah yg ia datangi saat ini.

Sang kaisar bahkan berkali kali menggeleng gelengkan kepalanya karna tak habis pikir dg ketabuan yg ia lihat hari ini.

Sedang kan si imut Kencana menelan Saliva dalam dalam.

"Kita ke paman aku yuk, siapa tau kita menemukan Clue nya disitu?"Ajak Kencana kemudian, dg mantap Alvino muda mengangguk.

"Siang paman?"Sapa Kencana dg nada yg dingin, gadis ini sepertinya tidak respect sama sekali dg sang paman.

Pria di rentang usia 40 tahunan itu bahkan belum beristri, keseharian nya di sibukkan dg meladeni tamu tamu absurt tempat esek esek tsb.

Dia pria cukup menarik, dia gagah dg postur tubuh proporsional, sayang pekerjaan nya mengandung setan, menurunkan harga dirinya sendiri, apa ini termasuk tuntutan dalam kerasnya sang Fana? Iya menurut pria berlengan kekar ini.

"Hei, Kencana? Tumben kesini? Biasanya kamu anti penginapan Durga? Kok tiba2 kemari?"Ejek sang paman, pria itu di sibukkan dg merapikan buku buku tamu dan berkas berkas hutang piutang para pengunjung tetap penginapan itu.

Oh ya penginapan juga menyediakan sebuah Bar, anggap saja Bar, sebenarnya itu seperti warung kecil yg menyediakan Minuman dan Rokok dan bisa di nikmati juga di ruangan itu, kalau mau Ajib Ajib juga bisa, disana ada lampu disko dan DJ pemandu nya juga ada, keren juga ya nih penginapan esek esek.

"Kalau tidak butuh sesuatu Cana juga ogah kesini, tempat brengsek, laknat sarangnya para setan"sarkas Kencana dg keras, gadis ini sampai memukul meja dg tangan halusnya, tuan Alvino muda yg diam saja sampai terjingkat.

"Hmm, Cana, Cana .."Sang paman tersenyum sinis, dan menanggapinya dg santai.

"Mana catatan tamu sepuluh tahun lalu, ayo berikan pada ku paman?"Titah sang pewaris Durga dg ganas dan pemberani, mata nya menatap tajam ke arah pria yg di dapuk sebagai pamannya tsb.

"Ehh Cay, ngomong yg sopan, bagaimanapun dia paman kamu"ucap Alvino muda dg lirih cenderung berbisik.

Kencana tak peduli dia hanya memutar bola mata yg membesar itu.

"No problem bung, dia keponakan saya memang seperti itu"sayang meski berbisik suara Bani terdengar jelas oleh pria tsb.

Bani memberikan sebuah senyuman kecil, seperti menyengir antara ikhlas dan tak ikhlas sang kaisar kenapa terjebak dg orang2 aneh seperti ini?

"Ayo mana catatan nya?"Kencana kembali mengotot atas keinginan nya itu.

"Ada di laci paling bawah, kamu cari sendiri sana, paman sibuk, masih banyak pekerjaan"pria itu menunjuk sebuah meja kerja yg tergeletak pada sudut ruangan.

Seperti nya itu meja sudah lama tak dihuni, kaki nya saja sudah menjadi tempat tinggal bagi binatang pemakan kayu, sedikit lagi ini meja bakalan ambruk kalau tidak juga ditindak lebih lanjut.

Tanpa ucapan terimakasih Kencana bergegas menuju meja tersebut diikuti tuan kaisar, yg melangkah heran, kenapa meja seburuk rupa ini masih saja di pelihara disini? Kalau di tempat sang kaisar mah sudah pasti jadi santapan Api.

Kencana terus mengobrak abrik isi laci tersebut dg posisi menjongkok di lantai karna lacinya memang paling bawah, mencari cari berkas yg ingin ia ketahui, tangan gadis kenes ini sangat lincah sekaligus mata yg fokus pada setiap helai helai buku yg ia temukan.

"Hei tuan, bantu aku kenapa, kau malah bengong disitu? Ayo mari makan abu sama sama sini"hardik gadis mungil itu, Bani yg sedari tadi berdiri saja tersentak dan ikut membantu gadis itu memeriksa kertas kertas lusuh yg hampir punah di makan zaman ini.

"Kau nih Cay, makan abu, uhuk uhuk"ledek Alvino muda, dia ingin meringangkan sedikit nafas gadis ini yg sesak dg tempat tsb, semua jelas dari raut wajah sang gadis yg kalau bukan karna ini penting dalam misi mereka gadis itu haram untuk menjejaki tempat ini, Alvino muda memang kaisar yg pandai menilai hati seorang gadis ya.

"Haaah kau garing tuan, ayo cepat temukan"desak si mungil itu kemudian, tangannya begitu lincah sama seperti bola mata bulatnya itu.

"Cay...Ini Cay, Arsip 2011, tepat 10 tahun yg lalu"Bani menemukan sebuah buku besar yg sudah lusuh bahkan tulisan tinta nya saja sudah terlihat samar samar.

"Iya "Kencana menarik kasar buku itu dari tangan sang fartner, dan memeriksa nya dg teliti.

"Kalau tak salah ibu Miranti bilang mereka kesini itu saat malam pesta perpisahan dan itu tepat di bulan apa ya aku lupa? Aku lulus SMP bulan apa ya Ban?"Kencana melirik sejenak ke arah sang kaisar.

"Mana aku tau nona? Kau bukan satu alumni dg ku, aku High School aja bahkan gak di Indonesia nona"Bani pun tersenyum miring, lagian aneh saja jelas tuan kaisar datang entah dari surga mana, malah disodori pertanyaan langka seperti tadi, aduh Kencana yg menggemaskan.

"Oh iya, maaf aku lupa, kau kan pangeran entah berantah haha"ketawa Kencana membuat Bani mengerucut .

"Fauziah bilang dia lulus SMP itu bulan Mei, aku gak tau tanggal berapa?"Jawab Alvino muda kemudian dg wajah yg di tekuk nya.

"Ha kau ingat ya, memang Pecin sejati kau tuan, aku bangga, aku sendiri saja gak ingat kapan kami lulus tapi kau tuan, mashaallah"

Kencana, antara tersenyum bangga atau tersenyum menyindir gadis ini punya sejuta ekspresi.

"Itu karna aku pintar Nona, ingatan ku masih fresh, sedang kan kau buntu di penuhi oleh siapa itu tuan tanah, sialan apalah itu"oceh Bani kemudian dg bibir yg manyun.

"Al namanya, apa kau mau ku kenalkan?"Gadis nakal dia mengedipkan satu mata yg manja ke arah sang kaisar yg bergurat seperti anak manja sedang merajuk.

"Ih tidak perlu cih, yg ada aku ingin menggali kuburan langsung untuk nya sendiri kau tau ha"Bani kini tersenyum menyeringai.

"Kau tega sekali tuan, membuat aku menjanda bahkan sebelum menikah, tersangat terlalu "Kencana mendorong dg keras tubuh Bani hingga sang kaisar itu pun tergolek di atas lantai, gadis mungil itu lantas menertawainya dg puas.

Memang gadis Kenes, jahil dan luar angkasa Cana ini, gak salah dia mendapat julukan si Kenes memang aslinya pecicilan manja manja menggemaskan.

"Eh ini Bani, disini ada ternyata nah ini nama anak anak SMP Karya Kasih, itu SMP nya Al dan Fauziah"Kencana melototi catatan itu dg tajam, Bani bangkit dan langsung mengarahkan pandangannya kesana, terlalu bersemangat hingga tak sengaja kepala mereka berbenturan.

"Awwww, Bani sakit "pekik Kencana kemudian seraya memegangi bekas benturan barusan.