"Sorry Cay, aku terlalu excited"Bani mengusap kepala Kencana yg terbentur oleh kepalanya itu, kekikukan sempat terjadi.
Bagaimana ya dia laki laki yg sangat keren caranya memperlakukan wanita juga sangat manis, membuat terenyuh dan Baper seketika.
"Ahh sudah"Kencana mengalihkan kekikukan dirinya, dan rasa aneh mendapat perlakuan selembut tadi, kalau dg tuan tanah mudah mana pernah sampai di perhatiin segitunya, yg ada kasar dan gak manusiawi, sayang cinta kencana mati terpaku oleh manusia seperti Al Wijaya itu.
"Ini disini tertulis mereka datang pukul 17:30, Cay"Bani menatap Kencana begitu sebaliknya dan kembali mereka fokus ke arah buku tsb.
"Coba deh siapa lagi selain mereka, yg datang pada pukul segitu hingga larut, cek cek"
"Aduh Cay, ini tulisan udah kabur dan samar begini susah kali"
"Ah kau ini, katanya cerdas ayo pecahkan teka tekinya"Kencana mendorong sedikit lengan kokoh Alvino muda.
"Iya sabar lah, ini....Ini"Bani terus mengorek isi buku itu dg saksama.
"Ini apaan Cay? Hura Geng, jam 20 lebih 30, dan di ikuti oleh om Sarto, om Kasrun, Jicayo, apaan sih gak jelas kali Cay, emang laki2 brengsek semua nih Cay, aku makin jijik baca nya, pria Bayam, sebutan itu bahkan kurang pantas mereka lebih pantas di panggil Iblis desa tau gak Cay"oceh sang kaisar, bibir sexi laki laki itu terlihat menggemaskan membaca apa saja yg tertalaah oleh netra indahnya itu.
"Tunggu Hura Geng?"Kencana menyerap nama itu dalam dalam ke sudut terdalam otak nya, mengingat itu nama bukan lah hal yg baru ia dengar.
"Iya apa kamu mengingat sesuatu?"Bani mengerinyit, Kencana menggeleng halus, entah apa maksudnya? Wajah gadis ini memperlihat kan sesuatu yg ia ketahui tapi itu seperti sebuah ketaksaan.
"Bani ikut aku?"Kencana menarik dg kasar lengan sang kaisar, Bani tersentak dan menurut saja, seperti gembala yg sedang menggiring ternaknya, terlalu miris bukan?
"Brakkkkk"Kencana mendobrak sebuah ruangan, setelah dg tergesa gesa mencari ruangan itu sedari tadi.
Alvino muda tersenyum kecut memandang keganasan gadis ini, dia gadis atau Samsonwati ini, sungguh rasa yg ambigu.
Sontak beberapa perempuan nyaris telanjang, berbusana dari pada tidak sama sekali, yg ada di dalam ruangan itu menjerit kaget karna kuatnya hantaman ganas barusan.
"Aaaa, syetdah, gadis horor dari mana ini?"Teriak mereka.
"Haduh Sapi perah, kambing kampung, mending gue kabur, daripada melihat ini semua njirr??"Batin tuan Alvino muda seraya menutup matanya dg sebelah tangan, tapi di sela sela jari itu, kemolekan para pendosa itu, tetap saja ketara wahai tuan Alvino muda yg sok munafik.
"Saya tidak ingin mengganggu kalian, saya hanya ingin bertanya disini?"Ucap Kencana kemudian dg nada tinggi dan sikap bengisnya, para kupu kupu itu bergidik ketakutan, sayap mereka seakan dipatahkan oleh gadis ganas ini.
"Bani keluar kamu"teriak Kencana kemudian, gadis mungil ini menyadari selain dari rasa takut mereka terhadap Kencana, para Bunga Bunga Latar itu juga jelalatan gatal menatap pria tampan yg berdiri canggung di belakang Kencana.
Alvino muda terjingkat karna teriakan barusan, dia langsung enyah dari situ dan mengelus dada yg terasa sesak sedari tadi.
"Oh ya kalian pasti mengira siapa saya benari berani nya memerintah kalian iyakan? Perkenal kan, saya Kencana Durga, pemilik House Durga ini, dan saya bisa saja menggiring kalian semua kebalai desa dan melempar kalian semua kepenjara Rehabilitasi, jika kalian tidak berkata dg jujur"tegas Kencana dg mata melotot tajam memandangi satu persatu para Cocor Merah yg tersulut ketakutan tsb.
"Sekarang katakan apa kalian mengenal Hura Geng? Apa mereka yg menggiring kalian kemari?"Sambung nona Durga kemudian, sorot tajam mata indah itu terlihat menakutkan.
"Iya...Nona, kami mengenal mereka, dan saya salah satu dari korban kekejaman mereka"jawab salah satu sang bunga dg sedikit terbata bata.
"Oh ya jelaskan bagaimana ceritanya?"Kencana sedikit melunak dan menghampiri gadis tersebut.
"Saya yatim piatu, saya tinggal sendiri di desa sebrang sana sangat jauh dari tempat ini, mereka melecehkan saya, mengancam saya, memaksa dan akhirnya menggiring saya ketempat ini, karna saya sudah kehabisan harga diri akhirnya saya menikmati pekerjaan ini dan menjadi kebiasaan hidup saya"jelas wanita muda di rentang usia yg mungkin sekitar 17 tahun, miris dia berkata jujur apa adanya.
Kencana terenyuh entah bagaimana rasanya hidup dalam dosa seperti ini,
gadis malang, masa depan nya terkoyak habis habisan, pikir Kencana.
"Ada lagi cerita yg lain?"Kencana mengelilingi mereka satu persatu, seperti polisi yg sedang mengintrogasi para tersangka.
"Ya saya"jawab yg lain, wanita di rentang usia kira kira sama dg Kencana saat ini.
"Ceritakan"titah gadis Kenes itu kemudian yg langsung mendekati bunga yg satu ini.
"Saya awal nya di jebak dg minuman memabukkan hingga tak sadarkan diri, saya datang dg teman laki laki saya"gadis itu berhenti berbicara, sepertinya dia sedikit ragu menceritakan kisah nya.
Sementara di luar sana, Alvino muda menelp seseorang.
"Hallo Kawaki, kirimkan saya mobil segera"perintah tuan Alvino muda dg tegas, rupanya yg di tlp sang Bodygard, dia meminta di antarkan kendaraan karna merasa tak enak meminjam mobil Kencana terus terusan.
"Siap bos!"jawab tegas dari sana.
"Ok thanks, Kawaki"Bani menutup tlp nya.
Sang kaisar merogok kantong nya dan mengeluarkan dompet dari sana, lalu menghitung lembar kes yg ia punya, cukup banyak, dia sengaja melakukannya karna tau di desa itu sangatlah minim akan ATM dan sejenisnya.
Senyum manis terukir indah di bibir si tampan itu kemudian, entah apa yg ada dalam benak pria ini sekarang? Apa dia melihat sosok Soekarno di ganti dg Fauziah kah? Pria aneh.
Sementara cerita para bunga Raya di dalam sana masih berlanjut.
"Saya tidak sadar semalam itu saya dan dia entah berbuat apa? Yg saya tau tiba tiba daerah intim saya sangat perih saya sampai tidak kuat berdiri, sakit dimana mana"seorang bunga menangis rintih di hadapan sang gadis mungil, Cana berdesik pilu dia menepuk pelan tengkuk gadis itu.
"Ada lagi korban geng bangsat itu?"
"Saya nona"Kencana menghadap ke arah gadis berkulit eksotis, di rentang usia yg meragukan wajah dan postur bisa saja menipu bukan.
"Saya di jebak sewaktu masih SMP, saya di tidurkan dg seorang pria yg usianya sekitar 40 tahun"bunga ini kemudian mengambil nafas sejenak.
Ini cerita yg cukup membuat Kencana penasaran, apalagi ada nama SMP di sana.
"Saya terbangun di pagi hari dg kondisi tubuh yg lemah, tapi tidak sakit di mana mana, memang saya dalam keadaan tanpa busana pria itu juga.
Tapi saya merasa tidak terjadi apa apa terhadap tubuh saya, saya hanya lemas karna ketiduran cukup lama, atau mungkin pengaruh obat tidur yg ada pada minuman saya malam itu.
Dan di saat saya ingin lari dari kamar itu tiba2 segerombolan dari mereka datang memaksa saya dan mengancam saya kalau saya tidak menuruti keinginan mereka maka mereka akan memberitahu orang tua saya kalau saya disini itu menjual diri pada pria hidung belang, padahal tidak sama sekali.
Orang tua saya memiliki penyakit Jantung mereka bisa saja mati mendadak mendengar kabar itu, bejatnya mereka juga ngerekam saya, sebagai bukti.
Akhirnya saya tidak bisa berbuat apa apa saya lemah disitu dan mau tak mau suka tak suka, di usia saya yg masih sangat labil itu saya menyerah kan diri saya.
Dan benar saya masih perawan, mereka yg merenggutnya bukan pria tua yg tidur semalaman dg saya, pria tua itu hanya Kambing Hitam untuk ngejebak saya"
Cerita yg berhasil menguras habis air mata seorang Kencana Durga, mungkinkah hal demikian terjadi terhadap Fauziah? Gadis ini harus berfikir lebih keras lagi untuk membuktikan semuanya dan menimbang baik buruknya sebuah resiko berhadapan dg Hura Geng itu.
Kencana melangkah lemah, diantara terik sang Surya yg menyapa lembut tubuh mungilnya, beberapa cerita singkat barusan membuat gadis ini bersyukur lebih banyak atas hidupnya sendiri, setidak nya dia gadis beruntung, suci dan hidup bergelimang harta, segala sesuatu di dapat dg sangat mudah olehnya.
"Eh Cay, are you ok!"Bani langsung menyambut gadis itu dg antusias nya, penasaran akan apa yg di temukan Kencana di dalam sana.