Pagi ini, Hanung tampak mengerutkan alisnya, bagaimana tidak. Dia merasakan sesuatu yang geli yang terus merayap di dadanya, saat dia membuka mata, Hesti sudah menghadap wajahnya, dengan senyuman dan seringaian nakalnya.
Hanung tampak menelan ludahnya dengan susah. Otaknya terus mencari di mana gerangan dia meletakkan tisu magic tersebut. Dia harus memakai tisu, sebab jika tidak, dia takut kalau dia barus saja masuk langsung keluar. Dia tidak mau disebut suami letoy, cemen, tidak perkasa atau apa pun itu. Lagi, Hanung tampak menelan ludahnya dengan susah. Dia sama sekali tak menyangka jika nasibnya akan seperti ini sekarang.
"Mas… ayok, kita lanjutkan yang semalam yang tertunda itu," kata Hesti, mengedipkan matanya nakal kemudian mengulum senyum memandang Hanung.