"Ya elah, padahal gue udah berusaha mingkem dari tadi. Gara-gara elo semuanya jadi rusuh dan ngebully gue kan. Karena gue belum laku," kesal Mbak Tanti. Kali ini Meta bisa melihat jika sahabatnya itu sedang tidak bercanda sama sekali. Sahabatnya benar-benar merasa kesal dengan olok-olokan dari Kinan itu. Meski Meta tahu Kinan mengatakan itu hanyalah sebuah guyonan semata yang tidak ada maksud apa pun sama sekali.
"Udah ih, Kin. Kenapa sih elo ini, seneng bener godain Mbak Tanti. Entar Mbak Tanti lagi nyiapin jodohnya. Kalau jodohnya dapet juga gue yakin pada pingsan liat kesempurnaan jodoh Mbak Tanti,"
"Nah gini dong, kalau punya temen kayak Meta. Yang kerjaannya nggak bikin dongkol doang,"
"Mbak Tanti, elo ngambek beneran?" tanya Kinan. Mbak Tanti tampan melengos karena hal itu.
"Lo pikir Mbak Tanti sedang bercanda?" tanya Meta, dia langsung mengedipkan matanya seolah menyuruh Kinan untuk tutup mulut.