"Jadi elo balik ke Jakarta bareng kita apa balik sendiri?" tanya Fabian kepada Lintang pada akhirnya.
Lintang tampak mengangguk-anggukkan kepalanya, mulutnya penuh dengan makanan kemudian dia mengangkat jempolnya.
"Barenglah, nggak sanggup gue hidup di tengah hutan kayak gini. Entar masalah pembuatan kamar mandi dan lain sebagainya biar diurus sama Udin dan Edi. Kan nanti Aidan bisa saling bertukar kabar melalui telepon," jawab Lintang.
"Memangnya mereka punya telepon?" tanya Fabian yang agaknya tidak percaya. Bukannya dia ingin menghina, hanya saja memang di sini jarang sekali pemuda yang menggunakan ponsel. Terlebih juga jaringan di sini benar-benar susah.