Kinan berjalan ke arah pintu utama, saat mendengar suara bel terus saja berbunyi tanpa henti. Sembari malas-malasan sambil mengucek matanya, menata bagian atas masker yang melorot. Entah siapa gerangan tamu yang tidak punya sopan santun itu. Sampai-sampai bertamu dengan cara yang sangat menyebalkan. Kinan, pasti akan memukul tamu itu jika memang yang datang adalah orang iseng.
"Iya, bentaran, ih! Berisik!" gerutunya, menarik gagang pintu agar terbuka.
Tapi, rasa jengkel berubah menjadi kaget, tatkala ia melihat Meta berdiri di luar pintu, sambil menangis tersedu, dengan membawa kopernya di sana.
Lagi, Kinan memeriksa sekitar, barangkalali ada Pak Cipto, atau bahkan Yoga di sana. Namun nyatanya... nihil.
"Met... Met, elo kenapa, Met? Ayok... ayok masuk!" katanya. Merangkul bahu Meta kemudian mengajaknya masuk.