Setelah ini, Meta langsung masuk ke kamar Kinan. Sambil membawakan makan siang untuk teman-temannya juga. Dia meletakkan di atas meja yang lainnya, dia hanya mengambil satu bubur di tangannya lalu dia duduk di depan sahabatnya.
Kinan tanpa suara, tapi dia memandang Meta sambil tanpa kedip. Bahkan, setiap gerak-gerik Meta dia pandangi tanpa kedip. Untuk kemudian, saat Meta hendak menyuapinya bubur. Kinan langsung memegang tangan Meta, matanya kini sudah nanar dengan ujung hidung yang memerah. Dia sudah tak tahu lagi harus bagaimana, dia sudah tak tahu lagi harus berbuat apa. Dia hanya memiliki Meta, dia hanya memiliki Mbak Tanti, juga Mbak Hesti sebagai pegangan dari apa yang telah ia lakukan sekarang.