Nani memustukan untuk pergi karena dia tak ingin mengganggu bosnya itu, tapi ketika dia hendak melangkah pergi, tangannya digenggam erat oleh Meta.
"Sus…," kata itu terdengar sangat parau, bahkan bisa menyayat hati siapa pun yang mendengarnya. Hati Nani terasa kelu, bahkan hanya melihat mata sembab Meta yang masih basah serta suaranya yang nyaris menghilang itu. "Kenapa sih laki-laki itu nggak peka," lanjutnya kemudian.
Nani tampak menelan ludahnya dengan susah, kemudian dia duduk di samping Meta yang masih berbaring. Pelan, dia mengelus lengan Meta. Tampak pergelangan tangan itu berwarna merah, dan tidak hanya pada satu bagian. Tapi keduanya juga. Nani kemudian memandang Meta dengan tatapan seriusnya.
"Ini Bu Meta kenapa? Kenapa merah-merah kayak gini, Bu?" tanya Nani khawatir.